Hello!
Part 4 update!
Eits, jangan lupa vote, follow, and comment ya, Gengs!Tengkyu😘
***
"Ra, anter gue beli minum, yuk!" Ajak Valen sembari menarik paksa tangan kiri Haura.
Haura yang masih berusaha untuk menyelesaikan tugas menggambarnya pun langsung menghela nafas. "Bentar, gue beresin ini dulu. Biar gak bawa tugas ke rumah."
"Yaelah, nanti aja. Ini kan lagi istirahat. Bentar lagi bel, loh."
Haura memutuskan untuk menutup buku gambarnya. Gadis itu langsung ditarik oleh Valen, namun Haura berhasil mengerem saat berada di depan loker pribadinya.
"Bentaran, gue sekalian mau beli es teh."
Valen mengangguk pasrah dan membiarkan Haura membuka lokernya terlebih dahulu. Valen yang paling tahu kalau sahabatnya itu selalu membawa botol sendiri untuk membeli minum. Katanya jaga-jaga kalau belum abis bisa ditutup buat nanti.
Haura menemukan botol pink bergambar kelinci lucu. Itu adalah botol kesayangannya yang dibeli saat sedang diskon di Supermarket. Namun saat hendak menutup lokernya kembali, Haura menemukan sebuah foto di paling pojok. Haura mengambilnya dan menatap 2 wajah ceria dalam lembar kertas itu.
"Gue selalu berharap di kepala gue gak ada nama lo meskipun cuma sesaat. Tapi sayangnya kenangan kita ada dimana-mana," gumamnya pelan sembari tersenyum pahit.
Haura jadi teringat tentang hari itu, hari dimana PLS terakhirnya sudah selesai. Haura yang hendak pulang dan berdiri di depan halte bus tiba-tiba terkejutkan oleh suara motor vespa yang sangat bising yang kemudian berhenti di hadapannya.
"Lo mau pulang?" tanya sang pengendara yang sedang melepas helm kuningnya.
Haura menatap bingung ke arah cowok tersebut. Saat melihat wajahnya, ia langsung mengingat namanya. Gian, ya begitulah saat cowok itu memperkenalkan diri di pertemuan pertamanya.
"Lo inget gue 'kan? Gue yang bantu lo pas lagi jatuh."
Haura mengangguk singkat, "inget."
"Lo belum ngasih gue imbalan."
"Mau gue bayar berapa?" tanya Haura setengah kesal. Padahal hanya membantunya untuk bangun saja, mengapa harus diberi imbalan segala?
Menyebalkan.
"Ayo naik ke boncengan gue."
Kurang ajar!
Pasalnya, mereka belum saling mengenal secara lebih intens, sekarang cowok itu malah menyuruhnya naik. Haura kurang suka dengan orang seperti itu, tidak sopan.
"Gue gak bakal macem-macem, kok." Gian mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh Haura, kemudian cowok itu terkekeh. "Temenin gue ke gramedia, katanya hari Selasa harus bawa buku bacaan buat literasi. Gue gak terlalu paham tentang buku, jadi temenin gue buat milih-milih."
Mendengar hal itu, Haura jadi teringat tentang jadwal SMA Reach Star. Setiap hari Selasa dan Kamis di adakan literasi sebelum pembelajaran dimulai. Haura juga teringat kalau dirinya tidak memiliki buku bacaan. Ada beberapa novel yang dibelinya waktu awal SMP, namun itu sudah lecek.
Haura menatap tampang Gian, menebak karakter cowok tersebut dari sudut pandangnya. Apakah dia bisa dipercaya?
"Seratus persen gue bisa dipercaya." Gian menepuk dadanya 2 kali, membuat Haura mengernyit heran. Kok bisa ucapan Gian sangat sinkron dengan pikirannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagian yang Hilang
Novela Juvenil"Gian itu bukan bunuh diri, tapi dibunuh!" bentak Haura penuh emosi. "Oke kalo itu emang anggapan lo. Tapi siapa yang bunuh dia?" "lo!" ucapan yang keluar dari mulut Haura sukses membuat orang di hadapannya membisu. "Lo bunuh temen gue!" ...