•Biru, Bukan Abu•

4 0 0
                                    

Selamat datang di part 7, Gengs!
Ayo komen sebanyak-banyaknya. Jangan lupa Follow aku juga yaaaaaa

SELAMAT MEMBACA😘

***

Haura baru saja selesai mandi. Gadis itu menggulung rambut basahnya menggunakan handuk putih lalu duduk di meja belajar. Ia mengecek daftar tugas yang mungkin akan dikerjakannya malam ini.

Setelah memutuskan apa saja yang akan dikerjakan, Haura langsung mengganti pakaiannya dengan piyama merah polkadot. Haura juga memakai jaketnya karena sore ini sedang hujan deras, suhu ruangan kamar pun terasa sangat dingin.

Setelah mengumpulkan segala energi, akhirnya Haura mulai membuka buku matematikanya. Ia mengerjakan tugas tentang peluang. Ia juga membuka vidio pembelajaran karena materi yang gurunya sampaikan di sekolah kemarin sama sekali tidak dapat dicerna oleh otaknya.

"Ck, gak paham. Gue gak paham!" ringisnya yang kemudian menutup buku tersebut.

Kini, berakhirlah Haura di atas ranjang. Entahlah, gadis itu tidak pernah berpikir keras jika ia memang tidak bisa. Baginya, menyiksa otak dengan soal-soal yang rumit hanya membuang-buang tenaga, pikiran, dan energi.

Bukankah begitu?

"Ah, emang yang paling enak cuma rebahan," ucapnya yang diakhiri dengan senyum miring.

Tak hanya itu, Haura juga menyalakan laptop untuk menonton drama korea yang belum selesai. Setujukah jika tontonan ini lebih enak dari pada vidio pembelajaran?

Sembari menonton, Haura membuka ponselnya yang ternyata sudah ramai dipenuhi oleh notifikasi dari grup kelas. Setelah dibuka, ternyata tidak ada yang penting. Mereka hanya menggosipkan tentang anak baru yang akan masuk Senin depan.

Namun saat Haura hendak mematikan ponselnya, matanya tertuju pada satu pesan baru yang diterimanya 10 menit yang lalu. Dengan cepat, Haura segera membuka pesan tersebut yang hanya berisi satu stiker botol obat berwarna putih.

Hey, apa maksudnya?

Haura hanya terdiam sembari menatap nama si pengirim. Gian, seseorang yang sudah mati namun kontaknya masih hidup.

Aneh!

Haura semakin geram dibuatnya. Gadis itu penasaran, sebenarnya siapa yang mengambil ponsel Gian? Giliran Haura yang mencoba menelponnya, kontak itu selalu tidak aktif. Menyebalkan bukan?

Haura men-screen shoot ruang pesan tersebut dan mengirimkannya pada Valen agar sahabatnya itu percaya bahwa seseorang telah menyimpan benda pipih milik Gian.

Satu detik kemudian, muncul panggilan dari Valen yang langsung diangkat oleh Haura. Benar 'kan? Sudah pasti Valen juga penasaran tentang siapa orang yang ada di balik semua itu.

"Ra, gue masih gak paham. Kenapa nomor Gian masih aktif?" tanya Valen menyerobot.

"Ya ampun, kan gue udah bilang sama lo kalo ponsel Gian itu dicuri sama tuh orang."

"Lo tau siapa dia?"

"Gue gak tau, tapi gue yakin kalo dia ada hubungannya sama pembunuhan Gian. Atau emang dia yang bunuh Gian?"

"Nethink mulu, lo!"

"Bukannya gue--" ucapan Haura terhenti kala sebuah pesan masuk dari nomor Gian. Gadis itu langsung membukanya dan membaca satu kalimat yang membuatnya semakin bingung.

Gian : Biru, bukan abu.

"Ra, kok lo diem?" tanya Valen yang sendari tadi menunggu jawaban dari Haura. "Lo kenapa?"

Bagian yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang