2

99 13 0
                                    

"Heyyyy bangunn udah siang ini.. nanti kamu terlambat pergi kerja nakk" teriak mamaku.

Spontan, aku langsung melompat dari tempat tidur ku. Langsung bergegas mandi dan segera pamitan ke mamaku.

"Maa, aku pergi dulu yaa, assalamualaikum." aku mencium tangan mamaku lalu bergegas keluar rumah.

"Waalaikumsalam, hati-hati kesandung pohon kecambah. Ckckck anak itu.." ujar mamaku (Irene, umurnya 45 tahun. suka ngomel tapi sangat penyayang)

Tiba nya aku di cafe, Theo (21 tahun, nyebelin, ketus, julid, agak dingin, tapi perhatian sih) udah nunggu di meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tiba nya aku di cafe, Theo (21 tahun, nyebelin, ketus, julid, agak dingin, tapi perhatian sih) udah nunggu di meja.

"Hai mbak, kenapa terlambat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hai mbak, kenapa terlambat. Abis maraton drakor ya?"

Ku balas dengan tersenyum simpul "gausah sok tau lu."

"Tapi emang bener kan?"

"Iya sih,"

Theo tersenyum, "sekarang, pel tuh lantai. Sebelum ada yang kesini."

"Lahh?? Kok gue? Emang situ siapa nyuruh-nyuruh?" Cetusku galak.

"Oohh jadi ga mau?? Yaudah gue laporin aja ke Tante kalo lu tadi datangnya telat, biar gajinya di potong" dia mengeluarkan hp nya dan pura-pura menelpon.

Babik, ganteng-ganteng nyebelin banget sih elu bang:)

"Etdah jangan la kampret, yaudah iya, nih gue ngepel." sungutku sambil berjalan mengambil pel.

Setelah selesai bersih-bersih, satu persatu pengunjung mulai datang dan memesan.

Sehari harian itu, kami sibuk kerja ngelayanin banyaknya pengunjung yang datang ke cafe. Aku bertugas mencatat pesanan dan Theo yang menyiapkan pesanan. Ternyata, dia jago banget masak, bikin kue, dan minuman.
Tapi...

"Eh mbak, tuh cuciin piringnya."

Aku yang sedang mengelap meja langsung naik darah,

"Lu gak liat gue lagi ngapain? Lu aja yang nyuci bisa kan?!" ujarku jengkel.

"Sini gue aja yang lap. Lu cuciin piring sono." dia mendekati ku dan merampas lap yang ada di tanganku.

Mau nyolot tapi ntar di aduin ke yang punya cafe, ntar bilang nya aku malas lah, atau apalah. Pasrah banget aku mah:)

Saat sedang mencuci piring, ketika piring terakhir selesai, tiba tiba karna tanganku licin, jadi piring yang ada di tanganku itu jatuh dan pecah. Aku panik, langsung ngambil sapu dan hendak bersiin sisa pecahannya.

Tapi Theo datang dan ngelarang aku,

"Lu pergi aja, biar gue yang urus." ujarnya, dia ngambil sapu yang ku pegang tadi.

"Tapi.."

"Udah gapapa, lagian ini bahaya."
Sambil menatap ke arahku.

Aku langsung memalingkan wajah, lalu menyingkir.

Dia membersihkan pecahan piring tersebut dengan hati hati. Lalu membuangnya ke tempat sampah. Dia lalu menghampiriku..
"Lu gapapa kan?"

"Iya gue gapapa, makasih ya."

"hm."
Dia lalu pergi dari tempat.

Aku lega, aku pikir dia akan marah padaku. Ternyata malah membantu. Ngga buruk juga...

Ketika malam tiba, aku menghidupkan lampu dan mencari lilin aroma. Biasanya aku pasang di dekat meja kasir, karena aku menyukai aromanya.

Saat aku mencarinya, ternyata lilin tersebut berada di rak lemari paling atas.

Tinggi sekali, gimana aku ngambilnya, batinku
Dengan susah payah aku menjangkau nya, ah apa aku harus mengambil kursi?

Saat aku masih berusaha ngambil tuh lilin, eh tiba tiba ada tangan lain yang ngambil.

"Ini lilinnya, nona cebol." Theo ngasih lilin itu padaku. Aku langsung cemberut,

"Gausah manggil gitu."

"Tapi kan emang itu kenyataannya."

"Uh, paan sih, gue kan gak sependek itu. Sok tinggi banget njir." aku menggerutu sambil melewatinya.

Dia langsung menangkap tanganku
"Lu bilang apa tadi?"

"Apasih." aku mencoba ngelepasin tangannya itu.

"Ngedumel gak jelas, trus bilang gue sok tinggi?"

"Iya." Aku menatapnya yang juga menatapku.

Tatapan nya mau marah, tapi aku ga peduli. Kalau mau marah ya kuy lah gelud sini•‿•

Tiba tiba dia tertawa dan mengelus rambutku.

"Apa? Lucu sekali kah?" tanyaku kesal.

"Iya, lucu banget."

Ujarnya sambil tersenyum, eh?! Kok malah senyum? Aku merasa wajahku memerah, ntah itu karena marah atau malu. Dan aku langsung pergi aja ninggalin dia. Yakali aku tungguin, bisa jantungan mendadak saya:)

~to be continue~

THEO | Ten LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang