26

29 8 6
                                    

Theo

Nama itu kini selalu ada di pikiranku.
Dari awal pertemuan hingga menjadikan kami dekat hingga sekarang.

Bagaimana dengan perasaan? Entah la, aku rasa aku gak bisa bohong. Bahwa aku mulai menyukai laki-laki itu.

Meski nyebelin ya, tapi dia itu orang yang perhatian, baik dan lumayan sabar sih. Senyumannya itu loh, buat siapapun yang mau marah ke dia pasti gak jadi, udah melting duluan.

Intinya, kenapa aku suka padanya itu karena dia beda, ya beda. Beda nama. Ehe.

Wajah cuek nya akan berubah seketika menjadi hangat ketika melihat ku, dia akan tersenyum sambil memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi itu.

Sweet Boy, uwu( ˘ ³˘)

"Eh! Jangan ngelamun" seseorang menepuk pundak ku.

Aku menoleh, "apasih bangg,"

"Itu makan nasi nya, ntar dingin" sahut Jeno.

Aku mendengus, memperhatikan piring berisi nasi dan telur mata sapi, bukan mata harimau ya.

"bang Lucas Hendery kemana bang?" Tanyaku sambil ngunyah nasi.

"Ke kampus udah dari tadi pagi"

Oh iya, mereka kan mau lanjutin kuliah nya.
Wah bakal lama gak ketemu nih. Gapapa deh, akhirnya nih rumah jadi tenang juga.

Selesai sarapan, aku beranjak ke ruang tamu dan ngambil sapu. Mau nyapuin rumah dulu biar bersih, itu lah gunanya anak perempuan. Ya buat bersihin rumah biar gak kotor-,-

Nyapu di rumah gede nan luas ini emang gak gampang. Lamaaaa bangeeeett, untungnya udah biasa kok.

Ketika aku selesai nyapu, hp ku bunyi, ada yang nelpon nih. Aku langsung mengambil hp ku dan liat siapa yang nelpon, rupanya Theo.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, kamu dimana?"

"Rumah, emang kenapa?" Tanyaku.

"Mau ngajak jalan, boleh kan?" Tumben nih anak ngajak jalan.

"Boleh, bentar ya aku siap-siap dulu" sahutku.

"Okeh, cepetan ya gak pake lama"

"Dih kirain aku Ying apa" cetusku.

"Ying siapa?"

"Ck temennya Boboiboy yang larinya cepet tuh"

"Ohh, yaudah cepet ya"

"Ck iya-iya lagian kamu juga belom kesini udah minta cepet-cepet aja" dengusku jengkel.

"Siapa bilang? Aku udah di sini kok"

Hah?!

"Maksudnya?"

"Buka pintunya" titahnya.

Aku yang bingung+penasaran langsung berbalik dan membuka pintu. Tampak laki-laki gondrong itu tersenyum manis sambil menatap ku.

"F*ckー"

Theo langsung nutup mulutku.

"Jangan ngomong kasar"

Aku melepas tangannya itu, "anjir lu"

"Aku gak disuruh masuk nih" tanya nya sambil memiringkan wajah.

"Masuk aja" dia lalu masuk, aku mengekor dari belakang.

Tiba-tiba mamaku keluar dari kamarnya, lalu menyambut si Theo,

THEO | Ten LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang