06. Someone Like You

125 18 33
                                    

Hujan masih menderai. Sepertinya, hujan akan lama berhenti. Untungnya, dengan sigap Granger menghubungi supirnya untuk menjemputnya dan Silvanna. Meskipun nanti reda, pukul sebelas malam seperti sekarang bukanlah waktu yang cocok untuk naik motor. Angin malam terlalu kejam untuk dilawan oleh tubuh basah kuyup mereka berdua.

Hanya membutuhkan waktu setengah jam untuk menunggu mobil jemputan datang. Sepertinya, mobil yang digunakan sang supir berbeda dengan mobil Granger yang sebelumnya. Seorang pria bertubuh kurus nan tinggi keluar seraya memegang sebuah payung dan kantung jas hujan.

Pria kurus itu lantas memberikan payung itu pada sang majikan. "Maaf, Tuan. Tadi saya sempat salah ambil jalan. Maaf sudah menunggu sedikit lama."

"Tidak apa-apa, Khufra," sahut Granger. Pria itu menyikut Silvanna dan memberi kode untuk memberikan kunci motornya pada Khufra.

Silvanna merogoh saku celananya dan memberikan kunci motor itu pada supirnya Granger.

"Hati-hati, Khufra. Terima kasih," ucap Granger seraya menarik Silvanna untuk mendekat. Mereka akan menembus hujan bersama meski hanya beberapa meter.

Keduanya sudah masuk ke mobil sedan itu. Terhirup parfum mobil yang membuat mereka tenang.

"Sorry, kalo bikin mobil lo basah," kata Silvanna pelan.

"Gue yang ngajak lo. Lagian, masih ada jasa pembersih mobil, kata Granger.

Granger sontak membuka jas dan kemejanya di dalam mobil. Silvanna tak luput dari jeritan karena kaget melihat klien gilanya itu tiba-tiba melepas pakaian atasnya.

"Heh, lo mau ngapain?!" serunya sambil membuang muka dan menutup pandangannya ke arah Granger dengan kedua telapak tangannya.

"Mau ganti baju. Gue nggak mau masuk angin!" jawab Granger santai. Ia memakai kaos panjang hitam yang ternyata sudah disiapkan Khufra di jok belakang.

Granger yang siap menancap gas, menoleh ke arah Silvanna yang masih menutupi mukanya.

"Mau sampe kapan?" tanya Granger.

Silvanna tak menjawab. Ia perlahan menurunkan telapak tangan dari wajahnya. Terlihat sosok Granger yang sudah memakai kaos lengan panjang. Sejak saat itu, Silvanna menggeser duduknya untuk lebih menjauh dari Granger.

"Buka jaket lo. Gue udah bawain di belakang," kata Granger mengedikkan dagunya ke arah jok belakang.

Silvanna menengok, menemukan jaket yang lumayan tebal. Ia mengambilnya lalu mengganti jaketnya dengan jaket itu.

"Seenggaknya, lo nggak terlalu kedinginan," kata Granger yang mulai melajukan mobilnya.

Selama jarak tertentu, tak ada satupun kata yang terlahir dari mulut mereka. Ada rasa canggung yang muncul mendadak dari hati Silvanna setelah melihat kliennya itu mengganti baju tanpa permisi. Mau pamer body atau apa? mungkin itu yang di pikirkan Silvanna saat ini.

"Hei, emang lo udah lama gabung sama Rider Angel?" tanya Granger untuk menghapus keheningan.

"Mulai awal kebentuk, gue udah di situ," jawab Silvanna.

"Berarti, lo udah lumayan lama ya dapet job ngintai-ngintai begini?" tanya Granger.

"Nggak cuma ini, gue juga sering jadi debt collector, joki balap, sampe mata-mata dari sebuah perusahaan. Ya, intinya nggak cuma ngintai."

"Lo keliatan masih muda banget. Apa keluarga lo nggak keberatan? Masalahnya kerjaan begini pasti banyak risikonya, kan?"

"Nggak ada yang merasa keberatan soal kerjaan gue. Gue menikmatinya, kok." Silvanna mengangguk, menoleh ke arah Granger sebentar.

Rider AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang