Tiga orang yang tengah duduk di meja di ujung ruangan menyadari kehadiran Silvanna di sana. Mereka sama-sama menghampiri hingga berhadapan di satu titik di tengah ruangan.
Satu perempuan yang berdiri di antara dua cowok di sebelahnya tersenyum begitu licik. "Lama nggak ketemu, Silvanna."
"Alice... Apa maksud lo dan temen-temen lo?! Mana temen-temen gue!" Geram Silvanna.
"Mereka sekarat dan masuk rumah sakit setelah dihajar Aldous dan Alucard. Gue nggak tau mereka masih hidup atau udah mati."
"Kurang ajar! Apa gue pernah usik geng lo sampe lo tega ngusik gue dan temen-temen gue?!"
"Kesalahan lo nggak akan pernah terbayar, Silvanna!"
"Apa salah gue?! Coba sebutin salah gue dan bakal gue bayar hari ini juga!"
Alucard, pembalap dengan julukan Obsidian Blade itu maju untuk mengambil alih posisi Alice yang ditariknya mundur. "Kesalahan lo cuma bisa dibayar dengan nyawa lo!" kata Alucard sambil menyentuh bahu Silvanna dengan telunjuknya. Nada bicaranya tidak sekeras Alice, mungkin dia tahu etika bagaimana berbicara dengan seorang perempuan.
"Kalo cuma nyawa gue yang bisa bikin kalian nggak ganggu temen-temen gue, kenapa lo nyelametin gue di balapan tempo hari?!" geram Silvanna. "Kenapa lo nggak biarin gue nabrak pager pembatas biar gue sekalian mati di situ?!"
"Cara itu nggak seru, Sil!" timpal Alice, "Gue mau bikin drama yang lebih gila buat hancurin lo!" Satu tinjuan dilayangkan Alice ke sudut bibir Silvanna hingga ia tersungkur ke belakang.
Silvanna mengaduh, namun ia tidak bisa bermanja-manja di situasi seperti ini. Ia lekas bangkit untuk membalas perbuatan Alice. Silvanna membalas dengan meninju hidung Alice hingga kepalanya mendongak.
Terlihat di hidung Alice mulai mengeluarkan darah segar. Jangan lupakan pada luka memar yang Silvanna dapatkan lebih dulu di sudut kiri bibirnya.
"Lo pikir gue takut sama lo!" Hampir saja Silvanna meninju pipi Alice kalau saja tidak ditahan Aldous dan Alucard. "Gue nggak terima disalahin tanpa gue tau salah gue apa!" tegas Silvanna. "Sekarang mau kalian apa?!"
"Dateng dan ikut roadrace ini!" Aldous menyodorkan sebuah brochure balap pada Silvanna.
Silvanna membacanya dengan saksama, ia tahu kalau road race yang dimaksud Aldous itu roadrice illegal.
"Ini illegal, mana bisa gue ikut!" tolak Silvanna mengembalikan brochure itu ke dada Aldous.
"Kalo lo beneran jago balap, harusnya lo nggak takut!" Alice yang sudah geram langsung maju untuk kembali berhadapan dengan Silvanna. Namun, Alucard tetap menahannya.
"Mau nggak mau, lo harus ikut buat nyelametin temen-temen lo!" peringat Aldous sebelum mereka bertiga beranjak dari sana.
Silvanna sempat berpikir, salah dia apa sampai ketiga orang gila itu begitu dendam padanya. Apa karena dia lebih unggul dari Alucard di dunia balap?
Seketika ia teringat teman-temannya. Ia harus segera ke rumah sakit untuk memastikan keadaan teman-temannya.
❤❤❤
Silvanna berlari menuju ruang IGD di rumah sakit terdekat dari basecamp. Namun, ketika masuk, ia tidak menemukan salah satu teman-temannya di sana. Ia bergegas ke dokter jaga untuk menanyakan keberadaan teman-temannya.
"Dokter, anggota Rider Angel apa ada di sini?" tanya Silvanna. Kebetulan, rumah sakit ini menjadi tempat langganan mereka ketika salah satu dari mereka terluka karena menjalankan misi atau akibat hal lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rider Angel
FanfictionUntuk menutupi kabar pacarnya yang sudah meninggal akibat kecelakaan motor di track road race, Silvanna rela memegang peran ganda. Gadis ini harus mengimbangi 'suka dan tidak suka' untuk menjalani kenyataan hidupnya. Jalanan bukan kehidupannya, sert...