Setelah menyanggupi tantangan dari Alice dan teman-temannya, Silvanna melakukan banyak persiapan, termasuk sering ke sirkuit untuk latihan balap. Mumpung teman-temannya masih pada cidera dan basecamp kosong, Silvanna pergi ke sirkuit tiap sore.
Sebelum pergi ke sirkuit, Silvanna selalu mengurusi Ling terlebih dahulu. Cowok sipit itu belum pulih dari cideranya. Satu kerjaan terberat Silvanna menghadapi Ling adalah betapa susahnya dia kalau disuruh minum obat. Sudah berbagai cara dilakukan Silvanna untuk memaksa Ling segera menelan obatnya.
Namun, harus dengan drama yang begitu panjang sampai Ling benar-benar mau menelan obat kapsul pereda sakit itu.
"Berarti lo masih mau begini, Ling. Cepet makan obatnya!" ancam Silvanna sembari mengambil ancang-ancang segelas air.
"Lo aja sana! Pait anjir!"
"Nyari yang pedes, omongan ibu kos sana!" sahut Silvanna. "Cepet ditelen!"
"Nggak mau anjir!" Memang terlihat menarik dari luar, namun ketika berhadapan dengan obat, Ling paling bocah dan harus banyak negosiasi dengannya.
"Lo kalah sama bocah SD tau nggak!"
Belum sempat ditelan, Ling memuntahkan kembali kapsulnya. Hal itu membuat Silvanna semakin gemas. Silvanna harus segera mengambil tindakan!
Ling didorong hingga terduduk di bibir ranjang, kemudian Silvanna naik ke pangkuannya. Otomatis, jarak wajah keduanya cukup dekat. Ling bisa dengan jelas melihat mata Silvanna yang melotot tajam padanya. Selama menatap mata itu, Ling mendadak haus. Ia menelan ludahnya sendiri.
Silvanna membuka obat yang baru dan meletakkannya di depan bibir Ling yang masih tertutup rapat. "Telen, atau gue tetep di sini sampe lo kegerahan!"
Kali ini Ling menurut. Ia membuka matanya dan mengambil obat itu dengan lidahnya. Sementara itu, Silvanna tersenyum penuh kemenangan. Segelas air putih sudah disiapkannya untuk Ling.
"Anak pinter!" pujinya cengengesan.
"Udah?" tanya Ling yang mungkin sudah merasa gerah.
"Lo beneran nelen kan?"
Untuk meyakinkan Silvanna, Ling membuka mulutnya untuk menunjukkan tiada sisa di kapsul di mulutnya. Obat itu sudah lolos ke system pencernaannya.
"Lo jangan di situ, dong! Nanti ada yang berdiri," ucap Ling.
Memang dasarnya suka lemot, butuh beberapa saat untuk Silvanna mengerti maksud perkataan Ling. Kalau saja Ling tidak menengok ke bawah, Silvanna mungkin akan tetap di situ.
Silvanna melotot dan langsung melompat turun dari pangkuan Ling. "Anjir mesum lo!" omelnya.
"Lo yang mulai," Ling membela dirinya.
Seluruh pipi Silvanna memerah. Diiringi cemberut di wajahnya, ia berpamitan untuk pergi ke sirkuit. "Yaudah, gue ke sirkuit dulu."
Sekeluarnya Silvanna dari kamar kosnya, Ling bergegas mengambil ponsel untuk menelepon seseorang. "Lun, lo sama Selena udah siap? Jalanin misi kita sekarang, dia mau jalan ke sirkuit."
Setelah mendapatkan jawaban positif dari Lunox, Ling menutup teleponnya. Ia rasa, rencananya akan berhasil kali ini.
❤❤❤
Di belakang Silvanna, teman-temannya mengatur sebuah rencana untuk mengurungkan Silvanna menyetujui tantangan dari Alice. Bukan apa-apa, ini juga untuk keselamatannya. Alice terkenal begitu licik dan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan tujuannya.
Kali ini, Lunox bersama Selena membuntuti Silvanna dengan mobil yang dikemudikan Lunox. Mereka mendapati Silvanna tengah berhenti di sebuah SPBU. Mungkin sudah kebelet, Silvanna segera berlari menuju toilet dan meninggalkan motornya begitu saja di parkiran.
![](https://img.wattpad.com/cover/274163327-288-k148019.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rider Angel
FanfictionUntuk menutupi kabar pacarnya yang sudah meninggal akibat kecelakaan motor di track road race, Silvanna rela memegang peran ganda. Gadis ini harus mengimbangi 'suka dan tidak suka' untuk menjalani kenyataan hidupnya. Jalanan bukan kehidupannya, sert...