08. Heartbeat

84 15 50
                                    

"Perempuan tadi itu siapa?" tanya Granger. "Dia bikin lo begitu nggak nyaman."

Silvanna kembali menatap Granger datar. Mengambil jeda sebelum ia mengatakan sesuatu.

Namun, tiba-tiba ia mendorong tubuh Granger yang hanya berjarak beberapa senti itu. 

"Lo nggak usah cari kesempatan ya, Om!" omel Silvanna sambil memisuh. 

Granger pasrah dan ikut menyandar di pilar sama seperti Silvanna. "Bukan maksud apa-apa, gue cuma mau tutupin keberadaan lo aja." Dari perkataannya, sepertinya Granger juga merasa bersalah.

Silvanna menoleh, membiarkan matanya terpaku pada sosok ayah satu anak itu.

"Lagian, gue cuma mau tau alesannya kenapa lo sampe menghindari perempuan itu."

"Lo nggak tau apa-apa, Gran. Jadi mending gue nggak cerita ke lo kalo hidup lo masih mau damai." Deretan kalimat Silvanna terdengar dingin. 

Dinginnya komunikasi keduanya membuat suasana semakin canggung. Tak ada lagi saling bercanda seperti sebelumnya.

"Sorry," gumam Granger. "Sorry kalo gue terlalu mau mencampuri urusan lo. Gue bukan siapa-siapa."

Silvanna hanya mendengarkan. Baguslah kalau cowok ini mengerti posisinya.

Tak lama dari itu, Granger berdiri tegak dan merapikan jasnya. "Mending kita ke Lova, takut dia nyariin." Granger melangkah lebih dulu tanpa menunggu Silvanna.

"Katanya lo mau beli jas dulu?"

"Kayaknya nggak bisa sekarang. Kita balik aja." Granger hanya menjawab lewan bahunya tanpa membalik badan. Nada bicaranya masih sama.

Mau tak mau, Silvanna mengikutinya tanpa banyak bicara.

Silvanna membiarkan Granger memasuki area bermain anak untuk menjemput Lova di sana. Mau tak mau Silvanna merasa tidak enak juga karena sudah menuduh Granger yang tidak-tidak. Tapi di sisi lain, itulah yang menjadi kebiasaan Silvanna untuk menghindari modus-modus cowok yang pernah mendekatinya dulu.

Silvanna terkesiap ketika tangan seseorang menyentuh bahu kanannya. Ia berbalik dan menemukan sosok wanita yang dihindarinya tadi. Matanya terbuka lebar ketika bertemu tatap dengan wanita itu.

"Kamu Silvanna, kan?!" sahut wanita paruh baya itu di depan wajah Silvanna persis. Amarah terpancar dari sorot matanya yang melebar.

Silvanna bergeming, tak tahu harus berbuat apa.

Ia tertangkap basah!

"Umm.."

"Mana anak saya?!" tanya wanita itu sambil menarik lengan Silvanna.

Untungnya, Silvanna sudah memakai masker. Jadi, ia bisa saja mengelak kalau dirinya bukanlah gadis yang dimaksud wanita itu.

"Sayang, ayo pulang. Lova ketiduran di area bermain tadi." Seseorang hadir di samping Silvanna sambil merangkul bahunya.

Dari aroma parfumnya, Silvanna hafal betul siapa yang ada di sebelahnya sekarang.

"Kamu siapa?" tanya Wanita itu sambil menunjuk Granger.

"Maaf, Anda siapa?" tanya Granger balik. "Apa Anda kenal dengan istri saya?"

Kalau bukan dalam kondisi terdesak seperti ini, ingin rasanya Silvanna menginjak kaki Granger sekarang juga.

"Dia Silvanna, kan?"

"M-maaf, Nyonya. Mungkin Anda salah orang." Akhirnya Silvanna angkat bicara.

Granger semakin erat merangkul Silvanna dengan lengan kanannya, sementara tangan kirinya menggendong Lova yang tertidur di bahu kirinya. "Dia Shilla, istri saya."

Rider AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang