BAGIAN 7

6.2K 352 2
                                    

Auris menatap laki-laki yang duduk disamping kanannya itu. Masih ada rasa kesal dalam hatinya meskipun laki-laki itu sudah meminta maaf padanya. "Nggak perlu, gue bisa pakai punya kak Arven atau kak Axel." Ucapnya.

"Nggak ngeyel, mereka nanti juga bikin proposal buat kelompok dan individu" jelas Xavier sambil mencubit kedua pipi Auris.

"Auhh" Auris mengaduh kesakitan kala Xavier mencubit kedua pipinya. "Emang lo nggak bikin proposal?" Tanyanya kemudian sambil mengusap kedua pipinya.

"Gue cuma bikin proposal mandiri, karena kelompok pertama proposal kelompok dari dosen" jelas Xavier.

"Wow jadi Kak Xavier kelompok pertama?" Pekik Vani histeris.

"Yang gue denger kelompok pertama dan kedua dapet tugas dari sekolah tapi kenapa cuma kelompok pertama yang dapet proposal kelompok dari sekolah sedangkan kelompok dua juga harus bikin proposal?" Tanya Salsa dengan telunjuknya berada didagu.

"Sebenarnya kelompok satu dan dua juga dapet proposal dari sekolah cuma kelompok satu dan dua berada ditempat yang berbeda." Jelas Agil.

"Lalu?" Chyra sangat kepo dengan pembahasan ini.

"Karena kelompok dua meminta untuk berada ditempat yang sama dengan kelompok pertama jadi kepala penyelenggara menyetujui asal mereka bikin proposal sendiri yang berbeda" Jelas Angga.

"Ohh gitu" Salsa mangut mangut.

"Lo kenapa? Kok kayak sedih gitu?" Tanya Vani manatap Auris dengan wajah murungnya.

"Gue kan anak baru, pasti gue nggak akan kenal sama kelompok gue nanti, gue nggak bisa bebas seperti bersama kalian dan kakak gue, kan kelompoknya dipilihin sama guru" jelas Auris. "Tapi nggak papa gue aka terima bagaimanapun kelompok gue nanti" ucapnya tersenyum miris.

Xavier melihat Auris sedih pun juga ikut sedih. Apa dia belum lihat nama kelompoknya sampai berfikiran seperti itu? Batin Xavier lalu memeluk Auris. "Kita satu kelompok kok!" Ucap Xavier mengelus rambut Auris.

Auris mendongak keatas menatap Xavier. "Serius?" Tanya Auris tidak yakin dengan perkataan Xavier.

"Adek lupa siapa Xavier?" Tanya Arven membuka suara.

"Mana mau sih Xavier pisah sama adek" ucap Axel.

"Memangnga kenapa?" Tanya vani dkk polos dan serempak.

"Kepo" ucap Xavier dingin dan tetap memeluk Auris. Sedangkan Auris bodoamat dia fokus dengan gamenya saat ini entah sejak kapan ia login pada gamenya.

"Udah jangan kepo" ucap Agil menatap Salsa.

"Ehemmm" Vani dan Chyra berdehem kala melihat wajah merah Salsa saat Agil memandang Salsa.

"Sa, ikut gue yuk" ajak Auris kepada Salsa.

Auris penyelamat. Ter luv deh. Batin Salsa bersoram gembira. "Ayok. Kemana?" Tanya Salsa menatap Auris.

"Ke toilet. Kebelet nih" ucap Auris tapi masih fokus sama ponselnya.

"Sini aku aja yang mainin" Xavier menawarkan diri.

"Nih, awas aja kalau kalah. Gue nggak mau ngomong sama lo selama seminggu" ancam Auris kepada Xavier.

"Iya" jawab Xavier.

Setelah memberikan ponselnya kepada Xavier, Auris dan salsa langsung menuju toilet yang terdekat dengan kantin. Yaitu toilet kelas XII IPS. Sedangkan dikantin mereka terus bercanda.

"Emang kalian belum lihat kelompok kalian?" Tanya Angga kepada Vani dan Chyra.

"Belum kak. Tadi Auris laper. Dan kata Auris belakangan aja biar tidak desak desakan" jelas Vani.

Sementara didalam toilet Auris tengah berkaca sambil ngobrol dengan Salsa.

"Oh iya, Au. Lo disekolah lama lo pasti terkenal dong?" Tanya Salsa.

Auris yang awalnya menatap Auris kini menatap Salsa yang tengah membenahi rambutnya itu. "Not really." Jawabnya.

"Terus lo kenapa pindah, kan nanggung aja gitu, kenapa nggak sampai lulus sekolah aja" tanya Salsa yang tingkat kekepoannya tinggi.

"Ada yang harus gue selesaikan disini" jawab Auris.

"Terus kalau semua urusan lo selesai lo balik lagi gitu, yahh gue pisah dong sama lo, padahal lo itu udah gue anggep kek adek gue sendiri karena umur gue kan lebih tua daripada lo" ucap Salsa dengan raut wajah sedih menghadap Auris.

"Tergantung juga, kalau nggak ada yang harepin gue disini, gue akan balik." Jelas Auris singkat.

"Mending lo pergi aja sekarang, biar nggam jadi sampah disini" ucap seseorang yang baru saja datang memasuki toilet bersama ketiga temannya.

Salsa berbalik badan melihat siapa yang datang, sedangkan Auris bodoamat, menatap kaca sambil mengelap tangannya dengan tissue karena habis cuci tangan.

"Bener tuh, biar nggan deket-deket sama inti geng Valentzas lagi" tambah temannya yaitu Manda.

Dan iya yang berbicara tadi adalah Jesi yang datang bersama kedua temannya dan tak sengaja mendengar pembicaraan Salsa dan Auris.

"Lo nggak ada hak buat ngatur Auris, kak" ucap Salsa berani.

"Heh adek kelas, yang sopan lo sama kakak kelas" ucap Naya marah tidak terima.

"Kakak kelas kek lo tuh nggak pantes di sopanin" ucap Salsa.

Jesi yang tersulut emosi mengangkat tangannya ingin menampar Salsa. Namun sebelum tangan itu menampar pipi Salsa lebih dulu di cekal oleh Auris. "Ngakunya kakak kelas, kelakuan kek bocah SD" ucap Auris meremehkan.

"Lo" Jesi tambah emosi dengan apa yang di ucapkan oleh Auris. Manda dan Naya langsung mendorong Auris hingga jatuh dan jidat Auris mengenai wastafek sehingga mengeluarkan darah segar.

"Anjing lo" umpat Salsa tidak terima lalu mendorong Manda dan Naya hingga jatuh ke lantai.

"Bangsat, ngapain lo dorong mereka" umpat Jesi menunjuk wajah Salsa.

"Sa, lo keluar aja, ini urusan gue" ucap Auris berdiri dari jatuhnya dan membuatkan keningnya yang mengeluarkan darah itu.

"Tapi, Au..."

Auris memotong ucapan Salsa. "Sa, keluar" ucap Auris dingin dan datar membuat Salsa sedikit takut dan langsung keluar dari toilet.

"Bagus, satu lawan tiga dan lo bakal kalah pastinya" ucap Jesi tersenyum bahagaian.

"Oh ya?" Auris tersenyum remeh manatap Jesi.

Diluar toliet, Salsa sangat cemas dan saat hendak ingin masuk kembali ke dalam toilet ternyata toiletnya sudah terkunci. Salsa akhirnya mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Vani.

Di kantin, Vani dan Chyra serta Xavier dkk merasa cemas kenapa Auris dan Salsa belum kembali juga dari toilet. Harusnya tiga puluh menit sudah kembali namun mereka belum kembali juga sampai saat ini.

"Kok mereka nggak balik balik ya?" Vani merasa cemas dengan Auris dan Salsa yang tidak juga kembali.

"Susul aja" ucap Xavier.

Mereka semua berdiri dan hendak pergi. Namun berhenti saat Vani mendapatkan telfon dari Salsa.

"Salsa nelfon nih" ucap Vani sambil memperlihatkan ponselnya kepada Chyra dsn Xavier dkk.

"Angkat" ucap inti geng Valentzas dingin dan kompak.

Vani pun mengangkat telfon Salsa.

📞
Sa, lo dimana kok nggak balik balik sih?

Cepetan ke toilet, Auris berdarah,
dan gue nggak bisa masuk toilet
karena terkunci.

What???
Auris berdarah. Maksudnya gimana?

Nanti gue cerita, cepetan kesini

Tut..

"Kita ketoilet sekarang, katanya Auris berdarah, dan Salsa nggak bisa masuk toilet." Jelas Vani.

Tanpa menunggu lama, inti geng Valentzas langsung menuju ke toilet begitu juga dengan Vani dan Chyra juga menyusul ke toilet.

AURIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang