BAGIAN 11

4.6K 260 4
                                    

Saat ini kelas XII serta vani dkk sudah berada dipanti asuhan 'KASIH BUNDA' Tinggal menunggu sang ketua kelas dan bendahara kelas serta Auris, Arven, Axel dan Xavier saja yang belum datang. Tak lama setelah itu masuklah 3 buah mobil yang tak lain adalah mobil Xavier, Arven dan Doni. Mereka keluar dari mobil kemudian membuka bagasi mobil masing-masing.

"Yang cowok bantu bawa masuk dong" ucap Doni.

Empat orang cowok datang menghampiri ketiga mobil tersebut. Mata mereka kaget dengan bagasi mobil Xavier penuh dengan coklat dan beberapa makanan ringan. Bagasi Arven penuh dengan mainan dan bagasi Doni penuh dengan mainan.

"Pantes aja si degem minta tolong ternyata bawa setoko" ucap Andi salah satu dari empat orang tadi.

"Degem apaan dah?" Tanya Beni kepada Andi.

"Dedek gemes" ucap Andi tersenyum.

"Udah udah ayok bantu bawa masuk kedalam" lerai Doni.

Semua barang sudah berada di dalam dan acara baksos segera dimulai karena sudah lengkap semua. Acara dilaksanakan di aula panti karena sebelumnya memang sudah konfirmasi kepada pihak panti kalau mereka akan mengadakan baksos.

Acara sudah dilaksanakan dengan lancar tanpa hambatan dan sekarang sebagian dari siswa dan siswi bermain dengan anak-anak dan yang lainnya berbicara dengan pengurus panti.

"Neng Auris kapan pulangnya?" Tanya kepala pamti yang bernama Siti Aisyah. Orangnya berumur setengah baya dan berhijab serta punya tahi lalat di dibawah matanya.

"Baru beberapa hari, bun" jawab Auris.

"Ibu sudah mengenal adek saya?" Tanya Arven karena dari cara bicara bunda Aisyah seperti sudah akrab.

"Neng Auris memang sering kesini dari kecil" jcap Bunda Aisyah.

"Kok kakak nggak tau?" Tanya Axel kepada Auris.

"Adek kan kesini sama mom dan dad" ucap Auris polos.

"Udah cantik, baik lagi, meskipun luarnya datar dan dingin" celetuk Beni langsung mendapatkan tatapan tajam dari inti geng Valentzas. Hal itu sontak membuat Beni mengangkat dua jarinya membentuk huruf V. "Peace" ucapnya.

Acara baksos sudah selesai dan mereka sudah berpamitan kepada semua yang ada dipanti. Saat ini mereka semua sedang dalam perjalanan pulang.

Di mobil Xavier, Xavier menyetir mobil dengan satu tangan dan satu tangannya lagi menggandeng tangan Auris.

"Kak nggak capek tangannya?" Tanya Auris kepada Xavier.

"Nggak, semangat malah" jawab Xavier tersenyum.

"Oh iya kak untuk sementara kita berhenti dulu ya pencarian buktinya biar orang gue aja sementara" ucap Auris.

"Kenapa? Bukannya biar cepet selesai?" Heran Xavier.

"Besok minggu kita sudah berangkat ke bali buat penelitian sejarah selama empat hari, dan tiga hari selanjutnya kita harus susun laporan. Jadi biar fokus ke situ aja dulu, biar pikiran kita nggak terpecah belah" jelas Auris menatap Xavier.

Xavier memberhentikan mobilnya digarasi rumahnya karena Xavier membawa Auris kerumahnya. Xavier menatap Auris. "Kan kita bisa mantau" ucapnya.

"Gue gau geng Valentzas itu banyak urusan apalagi sebentar lagi akan ada perekrutan anggota baru" jelas Auris. "Nggak usah khawatir, orang orang gue sedang mengawasi target. Kalau ada apa-apa pasti gue kasih tau ke kalian" tambahnya lagi.

Xavier memeluk tubuh Auris karena ia tau apa yang dirasakan Auris sekarang. Marah, sedih bercampur aduk namun Auris terlalu pandai dalam menyembunyikan hal itu dari orang lain namun tidak untuk dirinya dan keluarganya yang sudah paham betul dengan Auris.

"Gue juga harus fokus kepada kak Jesi karena dia merencakana sesuatu buat gue, tapi gue belum tau pasti apa rencananya karena orang suruhan gue masih mantau kak Jesi" ucap Auris sambil membalas pelukan Xavier.

"Lo tenang aja. Selama ada gue lo akan baik-baik aja. Meskipun gue tau kalau Jesi orangnya nekad tapi dia nggak akan berani melawan geng Valentzas. Dan kita semua selalu ada buat lo" ucao Xavier lembut.

"Thanks kak" ucao Auris tulus.

"Ya udah sekarang ayo kita masuk. Bunda udah nungguin" ajak Xavier dan diangguki oleh Auris.

Xavier membawa Auris masuk kedalam mansionnya.  Dan keluarga Xavier ternyata sedang berkumpul di ruang keluarga.

Seorang gadis berusia empat belas tahun melihat kedatangan Xavier dan Auris. "Kak urisss" panggilnya langsung berlari menuju Auris dan memeluknya.

Auris yang namanya dipanggil pun tersenyum ketika anak gadis itu datang menghampirinya dan memeluknya, ia pun membalas pelukan itu dengan hangat dan tersenyum.  Sepasang suami istri yang melihat itu pun tersenyum sedangkan Xavier mendengus sebal.

"Kakak kapan pulang ke Indo?" Tanya anak gadis itu.

"Beberapa hari yang lalu, Sherin sayang" jawab Auris.

SHERINA PUTRI RADJENDRA. Anak kedua atau anak terakhir dari keluarga Radjendra. Berusia empat belas tahun dan sekarang masih SMP. Sifatnya yang cerewet namun manja ketika bersama Auris. Sebelumnya Sherin memang sudah kenal Auris.

Sepasang suami istri itu menghampiri anak-anaknya yang tengah berdiri.

"Kenapa baru pulang, boy?" Tanya wanita paruh baya dengan suara lembutnya.

MONICA RADJENDRA.  Nyonya dari keluarga Radjendra yang tak lain adalah bunda dari Xavier dan Sherin. Tentu saja istri dari tuan besar Radjendra. Monic akan bersikap lembut hanya kepada keluarga namun ketika ada yang mengganggu keluarga nya atau orang yang ia sayang, Monic akan berubah 180 derajat. Selain ibu rumah tangga, Monic juga mengurus boutique nya sendiri karena Monic adalah seorang desainer terkenal. Monic sendiri merupakan sahabat dari Bella, mommy Auris.

"Tadi agak lamaan di panti, bun" jawab Xavier.

"Diajak duduk dong bunda, kasian anak-anak berdiri terus" ucap pria paruh baya yang tak lain adalah suami dari Monic.

ANDITO RADJENDRA. Suami dari monic serta ayah dari Xavier dan Sherin. Pemilik Radjendra company perusaan terkaya nomor dua didunia. Sifatnya yang tegas dan lembut ketika bersama keluarga namun akan dingin dan galak ketika diluar. Dito merupakan sahabat dari Jarvis dan Marcel.

"Oh iya, ayah. Bunda lupa karena saking senengnya ketemu sama Auris yang gemesin ini" ucap Monic memeluk Auris lalu mencubit kedua pipi Auris.

Kenapa semua keluarga gue dan keluarga Xavier anggap gue gemes ya. Kata orang gue dingin dan datar. Batin Auris.

"Ya udah ayok duduk dulu" ajak monic.

"Abang ke kamar dulu, bun. Mau ganti baju" pamit Xavier.

"Mandi abang, bau juga" ucap Sherin mengejek Xavier abangnya.

"Mana ada abang bau" elak Xavier.

"Bau keringat tuh, bang" ucap Sherin sambil menutup hidungnya. "Yok kak duduk. Jauh-jauh sama abang bau ini" ajak Sherin menarik tangan Auris dan mengajaknya duduk di sebelahnya.

"Sana abang ganti baju jangan lupa mandi" ucap Bunda Monic.

"Kalau anak ayah nggak mau mandi jangan mau deket-deket ya, Auris" ucap ayah Dito kepada Auris.

"Siap ayah" jawab Auris yang sudah duduk bersama Sherin sambil mengangkat tangannya hormat.

"Iya abang mandi" ucao Xavier kesal namun bahagia. "Kalau udah mandi nanti bolek peluk ya?" Tanya Xavier kepada Auris.

Auris yang hendak menjawab langsung dipotong oleh Sherin. " Jangan mau kak" ucal Sherin.

Xavier sudah tidak menanggapi adik cerewetnya itu dan langsung menuju ke kamarnya. Sedangkan yang berada diruang keluarga mereka bertukar cerita sambil bercanda.

AURIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang