BAGIAN 25

4.2K 219 30
                                    

Di bandara Internasional Soekarno-Hatta sudah ada Auris bersama keluarga dan Inti geng Valentzas. Mereka tengah menunggu pewasat menuju Italia yang kurang lebih 30 menit lagi akan terbang. Disini Auris masih terdiam entah apa yang menganggu pikirannya saat ini.

Xavier yang melihat gadisnya seperti itu pun langsung memeluknya dari samping karena posisi mereka sedang duduk di kursi tunggu. "Ada apa, hmm?" tanya Xavier menatap Auris lekat.

Auris tersadar dan langsung menatap Xavier dengan tersenyum"Nope" jawabnya.

"Sepertinya aku tau apa yang mengganggu pikiranmu saat ini" ucap Xavier.

Auris tersenyum dan memeluk Xavier. "Kamu memang selalu mengerti aku". Kemudian Auris menatap wajah Xavier. "Aku serahkan selanjutnya kepadamu dan keluargamu. Tugasku sudah selesai. Seperti permintaanku dulu untuk menunggu sedikit untuk mengungkap siapa pelaku dan apa motifnya karena dia adalah orang terdekat dari Xelina sendiri" ucap Auris.

"Orang tua Xelina akan tiba disini besok pagi karena cuaca di Mexico buruk sehingga tiba bisa terbang malam ini" Xavier memberi informasi kepada Auris.

"Sayang, nanti kalau sudah sampai sana kabarin mom ya" ucap Mommy kepada Auris anak kesayangannya itu yang tiba-tiba berdiri didepan Auris.

Auris berdiri dan memeluk mommynya itu. "Siap ibu negara" ucap Auris.

"Nanti kamu akan dijemput oleh kakakmu dibandara" ucap daddy kepada anaknya itu.

Auris melepaskan pelukannya dari sang mommy kemudian memeluk sang daddy. "Yes, dad" ucap Auris.

Auris melepaskan pelukannya dan menuju sang kakak yaitu Arven dan memeluknya erat. "Adek pasti akan merindukan pelukan ini" ucap Auris.

Arven membalas pelukan sang adik "Kakak juga pasti akan sangat merindukan adek" ucapnya.

Kemudian Auris berpindah kepada kakak sepupunya yaitu Axel "Aku pasti akan  merindukan tidur dipeluk kakak" ucap Auris kepada Axel kemudian memeluknya.

Axel membalas pelukan sang adik kesayangannya itu "Kakak juga, baby girl. kakak pasti akan selalu menjengukmu setiap bulan untuk mengobati rasa rindumu itu" ucap Axel kepada sang adik.

Kemudian Auris melepaskan pelukan itu dan berjalan menuju Agil si cowok ramah itu. "Gue pasti akan rindu saat kita menjadi partner dalam satu tempat kemudian dengan mudahnya kita melancarkan misi dan tujuan kita, kak" ucapnya kepada Agil.

Agil membawa Auris kedalam dekapannya dan Auris membalas pelukan itu "Gue juga. Tenang aja. Kita masih bisa menjalankan misi kita dari jarak jauh" ucap Agil kepada Auris.

Auris melepaskan pelukan itu "Tentu" ucapnya tersenyum kepada Agil.

Auris berjalan menuju Angga si cowok cerewet dengan sejuta cerita saat bersama Auris dan inti gengnya itu. "Gue pasti akan merindukan cerita konyol lo itu kak" ucap Auris kepada Angga.

Angga membawa auris kedalam pelukannya "Tenang aja, gue akan mebawa sejuta cerita buat lo, dan gue akan sering-sring hubungin lo nanti" ucap Angga kepada Auris.

Auris melepaskan pelukan itu kemudian menatap Angga. "Harus. Dan kalau lo punya cewek harus kenalin ke gue" Ucap Auris menatap Angga.

"Dia mah kagak ada yang mau.  soalnya cerewet kek cewek" ucap Agil mengejek Angga.

"Ada dong. Sekarang aja lagi PDKT gue" ucap Angga dengan bangga.

"Pokoknya kalau udah resmi harus kabarin gue" ucap Auris.

"Tentu saja"ucap Angga.

"Ekhemmm" seseorang berdehem dan semua orang menatap arah sumber suara itu.

"Kenapa lo? keselek kodok?" tanya Angga kepada Xavier. Dan ya, yang berdehem tadi adalah Xavier.

Auris berjalan menuju tempat Xavier berdiri. "Kenapa, hmm?" tanya Auris tersenyum kepada Xavier.

Xavier langsung memeluk Auris posesif. "Gapapa, aku pasti akan kangen banget sama kesayanganku ini.  Kangen manjanya, kangen cerewetnya,  pokoknya kangen semuanya" ucap Xavier kepada Auris.

Auris memang sangat manja kepada Xavier dari kecil. Bukan hanya kepada Xavier melainkan kepada semua orang terdekatkan.

Auris merenggangkan sedikit pelukannya itu lalu menatap lekat wajah xavier. "Sukses dulu kemudian lamar aku dan halalin aku" ucapnya kepada Xavier.

"Tentu" ucap Xavier dengan penuh keyakinan.  "Tunggu 4 tahun kedepan" tambahnya.

"Akan aku tunggu  waktu itu tiba, sayang" ucap Auris.

Xavier memeluk erat kembali. Mendekap dengan penuh kasih karena mereka akan berpisah untuk beberapa tahun kedepan. Xavier seakan tak mau berpisah lagi karena sebelum pindah SMA di Indonesia, mereka sudah berpisah.

"Aku akan berjuang lagi melawan rindu" ucap Xavier kepada Auris sambil mengecup pucuk kepalanya dengan sayang.

"Kita sama-sama berjuang" ucap Auris.

Mereka melepaskan pelukan masing-masing kemudian saling tatap.

"Hati-hati, sampai sana hubungi aku dan keluargamu" ucap Xavier.

"Tentu" ucap Auris.

Auris beralih kepada mommy dan daddynya. "Mom, dad, aku berangkat ya" pamit Auris menatap kedua orang tuanya.

"Iya sayang. Hati-hati" ucap sang mommy yaitu Bella.

"Jangan lupa telfon nanti ketika sudah sampai" ucap sang daddy yaitu Jarvis.

"Yes, mom, dad" jawab Auris.

Setelah berpamitan, Auris menyeret kopernya  karena pesawat akan segera terbang menuju Italia.

***

Disisi lain disebuah taman sekolah diteman taman tersebut sangat sepi karena siswa dan siswi lainnya masih berada di dalam aula sekolah untuk melanjutkan acara yang belum selesai tadi.

"Gue masih nggak percaya dengan semua ini" ucap salah satunya.

"Gue juga, bagaimana mungkin seorang sahabat membunuh sahabatnya sendiri hanya karena sebuah obsesi" ucap salah satunya lagi.

"Gue merasa gagal, Van" ucap seseorang itu yang tak lain adalah Salsa dan satunya lagi adalah Vani.

Vani menatap Salsa sambil mengusap air matanya yang terus jatuh membasahi pipinya itu. "Dan dia menjadikan Auris yang notabennya anak baru sebagai kambing hitam kemarahannya" ucapnya.

Salsa menganggukkan kepalanya. "Makanya waktu itu gue nyuruh buat ikutin dulu apa kata  Chyra sambil kita cari tau apa yang sebenarnya terjadi" ucapnya kepada Vani dengan tatapan terus lurus ke depan.

Saat mereka berdua yang dilanda kesedihan dengan kejadian yang sudah terjadi, tiba-tiba kedua ponsel Salsa berbunyi pertanda ada sebuah pesan masuk. Salsa yang menyadari itu langsung membuka ponselnya dan membukanya.

"Sebuah pesan yang entah siapa pengirimnya karena nomor tidak tersimpan dan aku tidak kenal dengan nomor  ini" ucap Salsa menatap Vani dan Memperlihatkan isi pesan tersebut dan belum dibuka oleh Salsa.

"Coba lo buka siapa tau penting" ucap Vani kepada  Salsa dan di angguki oleh Salsa.

+6285608559xxx

Pesan ini gue kirim lewat lo sebagai permintaan maaf gue kepada lo dan vani atas semua kesalahan gue yang disengaja atau tidak. Tugas gue udah selesai di Indonesia karena tugas gue adalah mencari  pelaku pembunuhan sahabat kecil gue yang udah gue anggep saudara kandung gue yaitu  Xelina. Setelah lo sama Vani baca pesan gue, gue pastiin gue udah nggak di Indonesia lagi. Jangan berharap buat ketemu sama gue kali karena itu adalah hal yang tidak mungkin.

Auristella.

Begitulah isi pesan tersebut. Salsa dan Vani yang membaca pesan tersebut menangis karena mereka belum sempat bertemu dan meminta maaf kepada Auris namun Auris sudah pergi.


TAMAT

AURIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang