BAGIAN 18

3.2K 223 4
                                    

Didalam sebuah balkon kamar, seorang gadis tengah bermain dengan laptopnya sambil duduk di sofa balkon dengan cemilan dan minuman dimeja. Gadis itu tersenyum smirk melihat hasil jemarinya.

"you think i don't know? you are too stupid to hide. " Ucap gadis itu yang tak lain adalah Auris.

Kemudian auris mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

📞
Halo

Ya, ada apa adikku sayang?

Aku perlu bantuan kakak

Apa itu?

Aku akan mengirimkan email kepada kakak setelah ini dan kakak pelajari dengan baik, setelah itu aku yakin kakak akan mengerti

Baiklah, segera kirimkan kepada kakak

Oke. See you

See you too

Bib

Telepon itu dimatikan oleh Auris.

Huhh

Auris mengambil nafas kasar. "Setelah ini aku akan mempersiapkan diri untuk semuanya"ucapnya sambil memutar-mutar ponsel yang ada ditangannya itu.

***

Disebuah cafe ada dua orang gadis yang tengah menikmati obrolan mereka berdua. Mereka membahas kejadian yang mereka alami hari ini. Ya. Mereka tak lain adalah Salsa dan Vani. Mereka berdua janjian bertemu di cafe Star dimana cafe tersebut pertama kali mereka datangi dan jaraknya jauh dari rumah mereka berdua sehingga tidak mungkin orang terdekat mereka tau kalau mereka sedang berada disini.

"Gue nggak bisa ngejauhin Auris gitu aja. Satu sisi gue juga nggak mau persahabatan kita berita hancur" ucap Vani dengan raut wajah sedih dan bingung.

Salsa mengambil jus alpukatnya lalu menyeruput dengan sedotan sedikit untuk membasahi lidahnya. Kemudian meletakkan kembali dimeja. "Gue juga nggak mau, Van. Tapi gue yakin ada sesuatu yang kita nggak tau dari Chyra maupun Auris" ucap Salsa menjelaskan kejanggalannya.

"Lo bener. Nggak mungkin tiba-tiba Chyra membenci Auris hanya karena Auris yang cuek. Karena sejak pertama kali masuk Auris adalah orang yang cuek, dia senyum dan tertawa lepas dengan kita saja bisa dihitung jari" ucap Vani sambil mengingat kejadian dimana Auris bisa tertawa lepas bersamanya dan ketika Chyra yang tiba-tiba membenci Auris.

"Bagi gue, persahabatan itu segalanya. Kita saling terbuka, saling berbagi. Ya meskipun nggak semua harus diceritakan setidaknya kita tau sedikit saja permasalahan masing-masing bagi gue udah cukup karena dengan begitu gue ngerasa kalau gue ini bener-bener seorang sahabat" ucap Salsa mengartikan sebuah sahabat baginya.

"Lo bener, dan gue ngerasa kalau gue nggak ngerasain itu dari Chyra apalagi sejak meninggalnya dia yang pelaku pembunuhannya belum diketahui sampai sekarang" ucap Vani memberikan pendapatnya.

"Mungkin nggak sih ini ada hubungannya?" Salsa menebak sesuai kejadian yang terjadi.

"Apa Chyra tau sesuatu? Atau bahkan Auris yang tau?" Vani mencoba menebak.

"Aneh nggak sih kalau Auris tau? Auris saja baru pindah dari luar negeri dan kejadian itu sudah satu tahun lalu. Nggak masuk akal tau nggak sih" jelas Salsa kepada Vani.

"Bener juga. Gue jadi bingung" Vani menggaruk pipinya yang tidak gatal itu.

"Satu-satunya cara adalah kita harus cari tau sendiri" ucap Salsa memberi solusi.

"Lo bener. Tapi gimana caranya?" Vani menyetujui solusi dari Salsa namun ia bingung dengan caranya.

"Pertama kita harus cari tau dari Chyra karena kita dekat dengannya. Kita selidiki semua yang berhubungan dengan Chyra" ucap Salsa.

"Kita aja nggak tau tentang Chyra, dia terlalu tertutup" ucap Vani kesal karena pada dasarnya Chyra selalu tertutup kepada mereka berdua.

"Waktunya kita jadi agen rahasia" ucap Salsa sambil mengangkat gelasnya keatas.

Vani yang paham pun tersenyum lalu mengambil gelasnya dan mengangkat ke atas sejajar dengan gelas Salsa. "Waktunya jadi agen rahasia"ucapnya .

"Cheers" ucao Vani dan Salsa bersamaan dan bunyi lah gelas yang di tabrakan.

***

Di markas geng Valentzas semua anggota dan inti sedang berkumpul di aula karena mereka sedang melakukan rapat bulanan geng mereka. Ya rapat itu selalu dilakukan setiap bulan dengan bahasan evaluasi dan usulan kegiatan yang sifatnya kondisional

"Selamat malam semuanya" sapa sang ketua dengan penuh wibawanya.

"Malam" sapa semua anggota.

Ya. Sang ketua itu adalah Xavier. Kenapa anggotanya tidak menyebut Xavier dengan kata bos, king dan sebagainya karena Xavier meminta cukup menyebut namanya saja dengan tujuan agar tidak canggung.

"Seperti bulan lalu, kalian semua dikumpulkan di aula untuk evaluasi bulanan serta pengajuan usulan kegiatan yang sifatnya kondisional. Sebelum ke usulan kegiatan, apakah ada masalah dari kalian semua, baik dari internal maupun eksternal" ucao Xavier dengan lantang.

Salah satu anggota mengangkat tangannya Arven yang melihat itu angkat bicara. "Silakan Farhan" ucapnya.

Ya. Arven akan ambil alih setelah Xavier menanyakan pertanyaan seperti tadi karena itu sidah biasa dilakukan. Arven sebagai wakil ketua mengerti akan tugasnya.

"Untuk keadaan markas dan anggota dari wilayah timur dalam segi internal baik-baik saja, namun saat perjalanan kesini ada seseorang yang memberikan surat, sepertinya ini surat dari geng baru, cuma saya belum sempet buka karena dapetnya pas mau berangkat kesini" ucap Farhan yang merupakan ketua dan penanggung jawab markas bagian timur.

"Bawa kesini" ucap Arven kepada Farhan.

"Baik" Farhan langsung menuju ke meja inti geng Valentzas dimana tempat Arven duduk lalu memberikan suratnya. Setelah diterima oleh Arven, Farhan kembali ke tempatnya.

Arven membuka surat tersebut dan membacanya. Raut wajah Arven berubah drastis setelah membaca surat itu membuat semua anggota geng Valentzas bingung dan khawatir.

"Bacakan?" Xavier angkat bicara.

"Hari ini gue main dulu di markas timur, cukup melihat saja, gue cuma mau ngasih tau, sang ratu legendaris sudah ada di Indonesia, gue harap kalian mempersiapkan penyambutan untuk sang ratu" itu isi suratnya.

Mendengar kata sang Ratu legendaris yang sudah berada di Indonesia membuat mereka semua kaget sekaligus senang juga rasa penasaran yang mencampur aduk menjadi satu. Selama ini mereka tidak tau siapa Ratu legendaris itu yang mereka tau sang Ratu masih muda.

"Dari siapa?" Tanya Agil

Arven membolak-balikkan surat tersebut. "Tidak ada tanda apapaun" ucapnya.

"Mana gue lihat" ucap Xavier meminta surat itu.

Arven memberikan surat itu kepada Xavier kemudian duduk kembali.

Xavier membolak-balikkan surat tersebut, dia tidak menemukan tanda apapun. Kemudian mencium aroma surat tersebut. Xavier mengamati aroma tersebut.

"Aroma mawar yang sangat pekat" ucap Xavier.

"Siap pemilik aroma mawar yang sangat pekat itu, tidak ada geng yang mempunyai aroma seperti itu" ucap Angga.

"Boleh gue lihat?" Tanya Axel kepada Xavier.

Xavier memberikan surat tersebut kepada Axel, kemudian Axel juga mencium aroma tersebut.

"Aroma mawar yang dibuat khusus oleh seseorang, aroma ini belum terlalu pekat dan aroma ini hanya dimiliki oleh para inti sebuah mafia besar. Dan untuk anggota mafia ini juga mempunyai aroma mawar khusus juga, untuk sang pemimpin bahkan aromanya sangat pekat dan menenangkan jiwa." Jelas Axel.

AURIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang