Alena

99 8 0
                                    

Gavin menatap lurus gundukkan tanah yang sudah ditaburi banyak bunga-bunga, ia pusut pelan nisan yang bertuliskan Anthonio S Arevik tersebut.

Matanya kembali memerah, sejak diperjalanan tadi, ia terus memikirkan paman nya hingga beberapa kali air matanya jatuh.

"Paman.."

"Maafkan aku, A-aku gagal melindungi paman"

"Aku memang tidak bisa diandalkan, Paman boleh benci aku sekarang!"

"Paman..." lirihnya sambil terisak.

Gavin tertunduk sambil menutupi wajahnya, akhirnya air mata yang terus ia tahan kini sudah meledak diwaktu yang tepat.

Didepan makam sang Paman, ia berkali-kali meminta maaf, bahkan sekarang ia sudah berlutut sambil memegangi tanah basah tersebut.

Semenjak orangtuanya meninggal, Anthonio menggantikan peran ayahnya, ia mendidik Gavin dengan baik, bahkan Anthonio memberikan tanggung jawab besar pada Gavin, ia ingin keponakannya itu yang mengelola perusahaannya.

Gavin memang pria yang bisa dibilang kejam, ia dikenal sebagai boss yang tak kenal bulu, siapapun yang berbuat salah, maka ia tak segan untuk membuat orang itu jera.

Dikantor pun semua orang akan merasa suasanya jadi mencekam jika sang boss berlalu dihadapan mereka, tidak ada yang berani memandang wajahnya, apalagi menatap matanya, karna Gavin akan membalas tatapan tersebut hingga menembus ke jantung mereka, bahkan semua pegawai dikantor tersebut tidak ada satu orangpun yang pernah melihat senyum dari seorang Gavin Arevik.

Berbeda jika ia sedang berhadapan dengan Anthonio, pria itu akan membungkukkan badannya, pria itu akan banyak tersenyum saat bersama pamannya, karna Gavin sangat menghormati sosok pengganti ayahnya itu.

"Tuan, hari sudah semakin senja, ayo kita pulang kerumah duka"

Mark menepuk bahu Gavin, pria itu terus menemani sang boss, ia menjadi saksi betapa hancurnya hati Gavin saat ini.

"Baiklah, ayo kita pergi kerumah paman"

Gavin berdiri sambil terus memandangi makam Anthonio, tempat peristirahatan terakhirnya, kini sang paman sudah kembali kepangkuan Tuhan, Raga nya yang sudah tidak bisa lagi dilihat, hanya nama dan kenangannya yang tersisa dihati orang-orang yang ditinggalkannya.

"Selamat tinggal Paman, beristirahatlah dengan damai"

Gavin membalikkan badannya perlahan, kakinya terasa berat untuk melangkah, ia tak tega meninggalkan Anthonio didalam sana sendirian, akan tetapi ini sudah menjadi takdir Tuhan, Sehebat apapun Gavin didunia ia tetap tidak bisa melawan Takdir.

                             💫

"Bibi Alena..."

Wanita itu sama sekali tidak mengubris  panggilan dari Gavin, wanita yang kerap dipanggil Alena itu duduk dipinggiran ranjang sambil memeluk kedua lututnya, kedua matanya menatap lurus kearah jendela kamar.

Gavin bisa melihat pandangan mata tersebut sangat kosong, bahkan wajah Alena sudah mulai memucat.

Pria itu perlahan mendekat, saat ia sudah berdiri dihadapan Alena, Gavin mencoba memeluk istri dari pamannya tersebut.

"Im so sorry" ucap Gavin.

"harusnya aku bisa menepati janjiku ke paman untuk melindungi kalian dari bajingan itu"

"Maafkan aku Bi"

Alena membalas pelukan Gavin, ia semakin sedih saat melihat kondisi keponakannya saat ini yang terlihat begitu kacau.

Alkina Alisha (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang