JANGAN MENILAI ORANG DARI PENAMPILAN

582 21 0
                                    

Refal POV

"Nis, lu enggak apa-apa?" tanyaku, seraya membuka kotak P3K yang berisikan obat-obatan.

"Gue ... enggak apa-apa, kok." Setelah membalas ucapan, Anissa kembali menyentuh keningnya dengan tangan kanan.

Setelah kotak P3K berisikan obat-obatan terbuka, aku mengambil kapas putih dan menyiram beberapa tetes obat biru. Dengan perlahan, aku membasahi luka goresan di kening cewek cantik yang saat ini ada di hadapan. Sedari tadi, ia hanya mendahkan kepala seperti tengah berpikir keras.

Aku meletakkan kapas putih di keningnya, lalu ia merings kesakitan. "Auch ... Fal, pelan-pelan dong."

"Yey! Ini juga udah pelan. Tadi, lu berani baku hantam sama Misel. Tiba diobati malah kesakitan. Ach ... kesatria seperti apa lu."

Anissa pun memukul keningku. "Kesatria kepala lu. Namanya juga cewek, wajar aja dong, kalau gue enggak tahan rasa sakit."

"Ngeles mulu dari tadi. Mau diobati enggak, nih?" tukasku, lalu tubuh berubah posisi menghadap samping.

Dari arah berlawanan, ia memekik. "Terserah lu aja. Ya, udah, kalau lu enggak ikhlas keluar aja."

Setelah berkata, ia merebut kotak P3K yang berisikan obat-obatan dari tangan kiriku. "Eh-eh, lu mau ngapain? Jangan bunuh diri di sini."

"Bunuh diri kepala lu, gue mau ngobati luka gue sendiri," pekiknya, lalu ia membuka kotak P3K dan memandang dengan bola mata ke sana ke mari.

Dari hadapannya, aku meringis geli. "Hayo, loh, ngapa nengoknya gitu banget? Pasti bingung, 'kan, mau pakai obat apa. Makanya, kalau dikasih tahu sama cowok ganteng jangan suka ngebantah."

Setelah berkata, aku mengambil kotak berisikan obat-obatan dari tangan cewek keras kepala itu. "Sini, biar gue yang ngobati." Selang beberapa menit, aku kembali meletakkan kapas dengan cairan obat biru di keningnya.

Seketika kedua bola mata gagal fokus dengan tatapan yang Anissa lempar saat ini, ia juga memandang wajahku tanpa berkedip. Jantung pun berdetak sangat kencang, tak mampu untuk memalingkan penglihatan pada sosok siluet cewek cantik di hadapan.

'Astaga ... Anissa cantik banget hari ini, jantung gue berdetak sangat kencang. Apakah ini yang namanya cinta? Tapi ... secepat itu gue merasa nyaman padanya,' batinku.

Hampir tiga menit tanpa jeda untuk saling tukar tatap, akhirnya lamunan buyar ketika cewek di hadapan membuang tatapan.

"Fal, lu ngapain ngelihatnya gitu banget." Dengan menggunakan dua tangan, Anissa menepis pundakku dan membuat posisi duduk menjadi menyandar di kursi.

Aku pun mengaruk kepala dua kali. "Eh, maaf. Gue ... gue ...."

"Gue apa? Mau cari kesempatan dalam kesempitan, 'kan, lu?" cibirnya, lalu ia memakai jilbabnya.

Penglihatan masih sama dengan tadi, menatap mantap lawan bicara dan tak mampu untuk berpaling. Sungguh wanita ciptaan Tuhan kali ini mampu menggoyahkan jiwa dan ragaku. Kecantikan yang menempel di wajah Anissa berbeda, tak seperti wanita yang aku kenal selama ini.

"Nis, gue mau ngomong sama lu." Aku mengubah posisi menjadi menghadap lawan bicara. Anissa pun hanya mendelik beberapa kali, selepas itu ia membuang tatapan.

"Ngomong apa?" tanyanya singkat.

"Lu kenapa, sih, pakai acara baku hantam sama Misel. Pasti kalian lagi memperebutkan gue, 'kan?" Dengan penuh percaya diri, aku memungkas pembicaraan. Optimis dalam hati, kalau Nissa tengah memperjuangkan aku di depan cewek yang memiliki geng paling ditakuti di sekolah.

Pasung Suami KejamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang