PART 21

17 4 0
                                    

WARNING: Kalian boleh SKIP part ini sampai kata "Thank you". Aku tidak ingin ceritaku di report hanya karena menuliskan bagian yang "agak" sensitif. Jadi aku mohon kebijaksanaanya untuk tidak mereport ceritaku dan menghargai penulis pemula yang sudah susah payah mencari ide. Kalian bisa melewatkan bagian ini sampai kata "Thank You" dari Mark Lee. Tidak sulit bukan? Sekian, terima kasih.

Setelah George diijinkan keluar dari rumah sakit, George sementara akan tinggal di kediaman Johnny dan ia akan dirawat hingga ia sembuh total sedangkan keluarganya di Kanada masih dalam pengawasan kepolisian 

"You guys can rest for several days again before we catch George's kidnappers" ucap Johnny.

"Okey, Sir thank you.." ucap Mark kemudian mereka semua berpisah untuk menikmati me time yang diberikan Johnny. Beberapa dari mereka memilih untuk keluar dari rumah Johnny, termasuk Mark Lee. Ia berjalan menuju salah satu arah yang belum ia pernah lewati selama ia berada di sini. Ia pun mengeluarkan ponselnya untuk memotret pemandangan kota London menjelang malam. 

Sungguh lukisan yang indah dari sang Pencipta

Kemudian ia memilih kendaraan umum untuk mempersingkat waktu menuju tempat yang ingin ia kunjungi.

"Ahh.. Wesminster Cathedral .." batin Mark kemudian ia turun di bus stop yang letaknya tidak jauh dari Katedral itu. Setelah ia membayar ongkos, ia turun kemudian menyebarangi jalan.

"I think it's okey, my intention is just to pray to God" batin Mark saat mengingat bangunan katedral itu identik dengan kepercayaan yang dianut oleh pamannya yang tidak sama dengan kepercayaan yang ia imani. Namun langkahnya terhenti saat ia berada  tepat di depan pintu katedral.

"Good evening boy. Can I help you?" Tanya seseorang yang sukses mengagetkan Mark. Ia menggunakan jubah panjang berwarna. Rupanya ia  adalah seorang bruder muda yang bernama Joseph.

"Eumm.. I'd like to ask. Am I allowed to pray here even though I disagree with your faith and belief?" tanya Mark hati-hati dengan "memoles" kalimatnya dengan kata tersirat dan berharap agar Bruder itu mengerti apa yang ia maksud. 

"Hmm.. what's your name boy?" tanya bruder itu

"My name is Mark" jawabnya

"Ahh I see.. sure, why not? We are brothers" 

"Really?"

"Yes.. come follow me" Mark pun mengekor di belakang bruder itu. Sesampainya di depan pintu, Bruder itu membukakan pintu masuk gereja dan berapa terkejutnya ia melihat desain interior bangunan gotik itu.

"I.. I feel like in heaven" batin Mark dengan takjub.

"Well, please pray.." Mark pun mengangguk kemudian sang Bruder itu berlalu meninggalkan Mark seorang diri di dalam. Ia menadahkan kepalanya keatas dan..

Tess.. tess..

Air mata Mark menetes saat sepasang matanya melihat salib yang menggantung di dekat kubah gereja.

"Jesus Christ.." 

"Sorry for leaving You for several week" bisiknya dengan penuh rasa sesal. Ia berusaha menahan emosinya agar tidak meledak-ledak mengingat ia berada di dalam gereja.

"Jesus.. I've been here but I can't find any other clues where my parents are.."

"I don't want it all to go to waste. I have left my college, gave up my participation as a contestant and.."

"And also leave You Jesus" Mark menangis tersedu-sedu dan menundukan kepalanya. Ia tampak menyesal atas apa yang sudah ia lakukan dan ia juga khawatir bahwa apa yang selama ini ia lakukan semuanya akan sia-sia.

We're Psychopath?!?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang