Jangan lupa follow, vote dan komentarnya temen-temen.
Happy reading
________
Kiki membawaku kedalam mobilnya, kami keluar lewat pintu belakang gedung karena situasi yang amat ramai bisa mengundang ratusan pasang mata dan hal ini tidak memungkinkan untuk kami lewat dari pintu utama.
Aku sebenarnya enggan diantar pulang olehnya, rasanya tak enak hati dengan kolega bisnis keluarganya dan teman-teman sekelas kami yang menunggunya. Namun apa boleh buat, Kiki tetaplah Kiki, seorang lelaki dominan dengan sifat pemaksanya.
"Gue gak papa, itung-itung gue berperan jadi artis action tadi" ucapku mengada-ada, bahkan jika direka ulang akupun tak akan mau. Masih teringat jelas saat pisau itu bermain di leherku.
Kiki berdecih tak suka. "bisa-bisanya dalam keadaan genting kaya gini lo bercanda?"
"Ki, sudahlah" aku menarik ujung jas yang Kiki kenakan. "Ya? Sudah ya?" Aku memohon suara pelan.
Dia hanya menghela nafas. Percuma rasanya berdebat dengannya dalam keadaan emosi. Sebenarnya aku juga takut tapi bagaimana lagi jika aku terlihat ketakutan maka Kiki akan semakin waspada.
"Nia, dimana kalung itu?"
Aku berusaha mengingatnya kembali.
"Penjahatnya menarik kalung itu dan melemparnya kebawah balkon "Tanpa menjawab. Kiki menekan salah satu benda yang tersembunyi di belakang telinganya, sebuah earpiece. Aku paham itu karena aku pernah melihatnya di salah satu film mengenai pasukan pengawal khusus negara. Itu bukanlah alat komunikasi sembarangan, tidak semua pengawal mengenakannya karena harganya yang tergolong mahal.
"Cari kalung itu dibawah balkon, pastikan kalian mendapatkannya. Cepat!! "
"Wooo!! Gue suka cara lo" dengan spontan aku mengatakannya. Sedikit gila tapi memang aku akui dia terlihat keren.
"Gue juga suka sama lo, jadi tolong jaga diri. Jangan sampai mati duluan"
"Dasar gila"
"Sebentar lagi misi gue selesai, banyak-banyak berdoa biar gue selamat. Kalo gue selamat artinya lo aman dan sebaliknya kalo gue mati, lo gak aman"
Aku menutup kedua telinga ku kemudian bernyanyi kecil, malas mendengarkannya, selalu saja melantur. Memangnya siapa juga yang mau mendoakannya.
"Doain gue, oke?"
"Aku milikmu malam ini, kan menunggumu sampai pagi" Nyanyian ku semakin kencang. "Tapi jika dirimu pergi...." Aku memang berniat mengganti liriknya. "...Ya jangan kembali"
"Lo nyanyi atau nyuruh gue mati?"
"Ki, jangan mati.. oke? Harta bokap lo belum jatuh ke tangan yang tepat" aku mengelus bahunya.
"Sial-" Ucapan Kiki terputus ketika mendengar kaca mobilnya diketuk.
"Maaf tuan, ini kalungnya" seseorang berpakaian rapih serba hitam itu memberikan kalungnya. Tanpa menjawab Kiki menerimanya lalu memakaikannya kepadaku.
"Jangan sampai terlepas lagi. Jaga baik-baik"
"Ya masa gue make 2 kalung?"
"Untuk saat ini, cukup make kalung yang gue kasih"
"Why?"
"Kalung ini bisa melacak siapapun pemakainya. Jadi lo harus jaga baik-baik, oke?"
Aku berdesis "Gak mau!! Gue bukan bintang" memangnya dia pikir aku ini seekor anjing kali ya, untuk apa juga itu kalung pelacak itu. Bulu kudukku merinding, Kiki benar-benar terlihat seperti psikopat.
![](https://img.wattpad.com/cover/223481158-288-k98316.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Mas Dosen
Literatura Feminina(follow dulu yuk sebelum baca ceritanya) Gue menelfon dosen yang dari tadi gak kunjung balik. Demi apa? Keajaiban di belahan dunia mana nih, kok tiba-tiba dia mau ngangkat telfon. "Saya ada jam pak" "Yasudah jangan dipersulit, bawa pulang aja, kore...