14. calon menantu mamah

1.1K 101 152
                                    

kemaren ada beberapa orang yang sebel di DM gara-gara partnya pendek. Hayo ngaku?!

Untuk itu, sebagai balas dendam gue bikin part panjang lagi nih, tapi bolehkan gue ngelunjak sedikit,   jangan lupa follow, vote dan komentarnya suyung-suyung ❤️

Syudahhh?

Happy reading

__________

Di tinggal tanpa kabar membuatku sedih sendiri, sebenernya bukan karena di tinggal begitu saja tanpa memberi tahuku dulu, toh dia juga meninggalkan surat untukku. Tapi yang gue sedihkan di sini, kenapa dia hilang begitu saja seolah di telan bumi.

Gue kembali mengambil hp di tikar yang sempat ku gelar beberapa waktu lalu. Sayang sekali mamah sengaja tidak menaruh sofa atau apapun itu di balkonku, selain beberapa pot bunga kesukaannya, katanya supaya anaknya terhibur dengan bunga itu. Tapi gue yakin bukan itu alasannya, You know what I mean.  Mamah itu kelewat pelit.

Pesan WhatsAppku hanya di baca, sudah seperti koran bukan. Kiki sebenernya kemana sih? Kenapa dia perginya dadakan?.

Ini sudah dua hari berlalu sejak gue membaca surat dari Kiki, benar saja dia sama sekali tidak menanggapiku. Dia memang membaca semua pesan dariku tapi tidak membalasnya.

Kembali ku letakkan hpku dengan kecewa. Apa-apaan sih, kenapa gue jadi galau gini coba. Mungkin karena Drakor yang sering gue lihat atau kebanyakan berharap dengan sahabat?

Seolah menelan kembali ludah yang sudah kubuang. Gue sama sekali tidak percaya dan tidak menyangka ternyata memang benar kata orang, bersahabat dengan lawan jenis malah memperkeruh suasana hati. Entah itu kesel, suka atau malah cinta, gue gak tau yang pasti semua itu bisa tumbuh karena terbiasa. Ingin menyangkalnya tapi tidak bisa, ketika bersamanya lah gue merasa kesal bahkan benci tapi ketika di tinggalkan gue bisa uring-uringan sendiri.

Sebelum melirik hp yang sudah bergetar, gue mencoba berdoa dalam hati terlebih dahulu, semoga saja ini benar dari Kiki.

Pak harun is calling...

Malas rasanya mengangkat telpon dalam keadaan galau seperti ini, lagi pula pak Harun pasti akan mengajakku ribut dan itu akan membuat moodku semakin anjlok.

"Lo dimana sih ki?" Gue menyandarkan diri di balkon, memejamkan mata  juga menarik kedua kakiku menutupi dada, lalu membenamkan kepalaku di antara lutut-lutut. Menyedihkan sekali, seperti anak kucing yang kehilangan induknya.

Jika boleh di ibaratkan, gue seperti sedang di tepi jurang sekarang. Sudah di pastikan bingung mau berdiam diri atau justru melompat bebas. Keduanya sama-sama menimbulkan konsekuensi. Kenapa gue jadi alay dan dramatis seperti ini sih? Kemana perginya Vania yang tahan banting?.

Ting!

Hpku kembali bergetar, ingin sekali membantingnya agar diam, tapi kalau rusak gimana? Mamah sudah pasti akan mengomel daripada membelikannya yang baru.

Pak Harun
Apa belum sembuh juga?
(16:21)

Angkat!
(17:00)

Gue meringis melihat notifikasi dari pak Harun. Kemarin sepulang membaca surat dari Kiki gue memutuskan ikut libur selama 2 hari, sesuai dengan surat yang di tulis disana. Tidak tau alasannya, yang jelas tidak ada semangat dan senyuman Kiki membuatku malas kuliah, sangking bucinnya kali ya.

Bodohnya lagi, gue menyeret Gita untuk menjadi partner kebohongan gue. Orang pinter sepertinya bisa apa sih selain mengacaukan rencana ku. Gita memang menyebalkan sekali, gue menyuruhnya menuliskan izin karena acara pribadi. Eh dia malah  menulis kalau gue terkena sakit cacar. Pinter kok di pelihara!

Dear Mas DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang