07. Kasih Judul Sendiri

1.3K 190 353
                                    

Happy reading

_______

Dengan sedikit rasa yang bikin gue bingung, entah harus senang atau sedih karena dianterin sama manusia kardus itu. Gue terlalu bimbang buat mastikan hati gue sendiri, disatu sisi gue sedih tapi dilain sisi, hati gue cenat- cenut gak karuan. Apakah ini yang dinamakan serangan jantung dadakan?

"Assalamualaikum" salam gue sambil menutup pintu rumah.

Tapi gak kunjung gue dengar jawaban salam dari orang rumah, yang bisa gue denger cuma suara samar- samar dari film India yang bikin emak gue mewek.

"SEPADA"

"EH RALAT JADI SPADA"

"SPADA YUHUUU" gue teriak layaknya tarzan di hutan.  Percuma juga sebenarnya gue teriak karena gak akan kedengeran soalnya ni rumah gedenya gak bercanda, mana kalo mau ke ruang tamu harus naek angkot dulu.

Eh bercanda deng.

Gue jalan kearah sumber suara yang gue bilang samar- samar tadi. Setelah sampai diruang tv, gue dibuat terheran-heran, gak ada siapa- siapa disana. Jadinya ini ceritanya tv yang nonton sofa apa gimana sih?

'Eh bentar gue nyium bau- bau brownies nih, pasti di dapur' batin gue sambil jalan ke dapur dengan jalan melenggak-lenggok kesenangan.

"SPADA" kata gue setelah ada didapur.

"Heh anak gadis kok kerjaannya teriak- teriak"

Gue langsung noleh ke suara yang udah gue hapal diluar kepala sambil nyengir garing "Cek sound mah"

"Sini mamah cek coba"

"He?" Spontan gue bingung

"Coba teriak lagi" suruh mama Anggi dengan menggerakkan centong yang ada digenggamannya ke arah muka gue.

Seketika gue inget kata papa, anak yang baik dan bisa dikatakan berbakti sama orang tua itu anak yang selalu nurut sama orang tuanya. Inget itu Nia!

Sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, gue harus patuh akan perintahnya kan, alhasil gue langsung teriak dengan lantangnya. Jangan salahin gue ya, kan mama anggi yang nyuruh. Yakan?

"HELO MAMAH YANG CANTIKKK"

"Astaghfirullah" eluh mama gue yang udah menjatohkan centongnya gitu aja dan sekarang tangannya melambai diudara.

Entah itu intrupsi buat udahan atau justru mau mukul mulut gue. Tapi gue rasa gak mungkin deh kalo itu hanya sekedar intrupsi, gue rasa pasti dalam itungan detik roman- romannya bakalan ada yang nabok nih. Liat lah kita itung bersama...

Satu

Dua

Tiga

Kan bener, tangan mama udah mau nyamber aja ke pipi bakpau gue. Spontan gue langsung agak mencondongkan badan untuk menghindar dari pukulan mautnya.

"Eh gak kena" goda gue setelah menghindar sambil menaikkan kedua alis gue secara bergantian. Seneng banget ngeledekin mak- mak yang gampang sensi macam mama gue.

"Kurang asem kamu ya! Sini gak!" Kan mamah gue udah ngegas, gampang banget dipancing.

"Iyalah, gak ada sejarahnya nia gak wangi mah" kata gue membanggakan diri

"Teros, jawab teros. Gak ada hormatnya ya sama orang tua" omel mamah gue yang sekarang lagi berkacak pinggang.

"Hormat ke mamah grak!" Kata gue berbarengan dengan menghentakkan kaki ke lantai. Setelahnya meletakkan lengan tangan kanan ke jidat.

Dear Mas DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang