11. Apartemen Pak Harun

1.4K 123 103
                                    


Gak mau tau pokoknya vote dan komentar ya!! becanda zeyeng. Seikhlasnya aja kalo gak ikhlas ya jangan di paksakan....

Karena yang di paksakan itu   berujung sad ending

Happy reading

_________

Seminggu telah berlalu semenjak kejadian di kantin, jangan kalian pikir dalam seminggu itu gue bebas leha-leha semacam tuan putri di istana raja. Justru semakin lama tugas itu semakin membuat gue frustasi sendiri, bahkan gue sempat minta di ruqyah biar setan yang malas bisa keluar dari tubuh gue dan hanya menyisakan setan rajin. Konyol memang, tapi gimana lagi gue gak punya banyak pilihan rasa malas itu sering meneror gue setiap waktu.

Esok hari gue wajib mengembalikan setumpuk lembaran UTS dan juga transkip nilai ke pak Harun. Inget ini wajib bukan sunnah, pasalnya pak Harun sudah beberapa kali gue bohongin. Gue bilang kalau hukuman darinya sudah beres tapi apa nyatanya? bahkan gue lupa kalau harus nyelesain itu, gue kira dia gak akan inget makanya gue santai tapi dugaan gue meleset. Pak Harun sempat marah menagih hukumannya dan bodohnya lagi gue minta kesempatan untuk hari esok, jadilah malam ini gue lembur total untuk itu.

Gue mencoba mengerjakan pekerjaan  yang sempat tertunda. Dari pagi hingga hampir menjelang pagi lagi, gue berhasil menyelesaikannya.

"Hah.. akhirnya" gue merebahkan diri di kasur membayangkan hal yang membuat gue mengantuk. Dengan masih dalam keadaan sadar, suara ketukan pintu membuat mata gue melirik kearahnya. Jujur saja, gue belum tidur dari kemarin. Dari pagi hingga hampir menjelang pagi lagi gue belum tidur sedikitpun. Ini semua gue lakuin untuk menyelesaikan hukuman, yakali gue ngelakuin ini demi manusia minim akhlak kaya pak Harun.

"Ya-- mamah?" gue membuka pintu melihat mamah di depan sana, tumben sekali jam segini mamah masih kelayapan di dalam rumah karena biasanya mamah sudah buat pulau sendiri, maklum saja kita orang berada.

"Kenapa kamu belum tidur?" Tanya mamah menatapku heran.

"Kok mamah tau?"

"Lampu kamar kamu menyala, mamah gak pernah tuh liat kamu tidur dalam keadaaan lampu menyala"

Oh kirain gue mamah sudah merambat profesi kaya Roy kiosy.

Bukannya menjawab gue justru menatapnya gantian.
"Mamah sendiri kok belum tidur?" Tanyaku balik

"Mamah ada kerjaan, ada gaun yang harus di rancang buat besok. Lalu anak mamah ini memangnya ada kerjaan?"

Gue menyengir dengan kepedean tingkat tinggi walaupun gue sadar wajah ini sudah di penuhi dengan minyak. "Maklum mah, semester 5 masih hot-hotnya"

Mamah ikut menyengir kaku lalu melirik baju gue yang belum sempat di ganti dari kemarin. Mungkin mamah kira ini gembel dari mana lagi, penampilanku sungguh tidak bisa di kendalikan mengingat gue belum mandi dari kemarin. Bahkan pergi ke kampus pun gue tidak berani, untuk sejenak gue menjadi pecundang yang lari dari kenyataan hanya untuk menyelesaikan hukuman yang di berikan pak Harun.

"Kenapa mah?"

Mamah mendekatiku, tapi gue justru mundur selangkah kebelakang.

"Mah, Nia belum mandi dari kemaren loh" gue mencoba mengingatkannya kalau dia lupa. Mamah terdiam, tidak lagi melangkah.

Mamah mengangguk paham
"Mamah tau, memangnya kamu tidak merasa kalau dari tadi mamah menahan napas? Hm?"

Sialan, sebau itukah gue. Nampaknya gue kualat sama mbak-mbak yang ada di kantin seminggu lalu.

Dear Mas DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang