10. Jalur Sesat

1.1K 106 245
                                    

Part 10 mengandung unsur sensitif, jangan terlalu serius entar baper.
Kita tos dulu biar gak selek👏🏻


Happy reading

_______


"Nia, Lo tau gak si? Kemaren Kiki ngepost di feed Instagramnya dan captionnya uwwu banget" gita histeris sendiri

"Uwwu gimana?" Tanya gue gak paham

Kita berjalan menuju kantin fakultas karena jam kelas sudah selesai. Sebenernya mau langsung pulang,  tapi Bu Siti kayaknya terlalu rajin. Tiada hari tanpa memberi mahasiswanya tugas! Jadilah habis dari kantin, kami langsung mencari referensi untuk tugasnya.

"Ck! Itu loh, kayak nyatain cinta ke cewek gitu. Terus bilang anniversary juga"

"Lah kok gue gak tau?"

Gita mendekatkan wajahnya ke gue
"Oh iya gue lupa, Lo kan masih di blok sama si Kiki" setelahnya dia terpingkal- pingkal.

Sialan!!

"Kenapa juga si kalian saling blokiran, lebay amat kaya anak muda. Kalo masalah rumah tangga ya jangan di bawa- bawa ke sosial media lah"

"Lagian, dia duluan yang blok gue"

"Heleh, alasan aja lo. Dulu kan Kiki sering minta follback tapi lu nya sok jual mahal, yah ngambek lah. Auto di blok"

"Enggak penting banget follback makhluk kaya dia. Menuhin feed doang" cibir gue

Kantin fakultas memang gak pernah kenal kata sepi, tapi beruntungnya kita masih dapet kursi walaupun barengan dengan yang lain, gak masalah yang penting bisa makan.

Sebelum duduk gue terlebih dahulu membuang nafas gusar, gue berusaha menetralkan nafas ketika mencium bau keringat dari orang yang ada di samping gue. Tenang, tarik nafas buang. Kemudian gue duduk setelah melepaskan totebag dan menaruhnya di atas meja.

"Lo pesen apa git?" Tanya gue, Gita duduk di sebrang gue. Tepat di hadapan gue

"Pengen kambing guling deh, ada gak ya?"

"Yang bener aja, ini kantin bukan restoran" gue menahan nafas sejenak, macam anjing yang penciumannya sangat tajam, begitupun dengan gue sekarang ini. Gue melirik ke sisi samping tepat di mana bau keringat itu berasal, Ini orang sebenernya mandi gak sih, astaga!!!

"Yaudah deh, gue nasi kuning aja"

"Gue rasa belum akhir bulan, kenapa udah hemat aja?" Tanya gue meledek

"Pake segala nanya, hemat di awal demi kebangkitan di akhir bulan"

Heleh gaya doang dia mah, kebangkitan di akhir bulan katanya. Lah wong  dia ngomong hal yang sama di setiap bulannya, tapi nyatanya dia tetep nyetok mie instan sekerdus. Sulit gue percaya kalo dia bakalan bangkit di bulan ini.

"Udah pesen sana, gue mie ayam sama jus naga. Lo pesen lah sesuka lo, entar gue yang bayar"

Mata gita seketika berbinar, giliran denger kata 'gue yang bayar' aja langsung  bereaksi tu mata
"Demi apa?"

"Pake banyak nanya, udah sana sebelum jiwa pelit gue keluar lagi ni"

Tanpa menjawab gue, dia dengan gercep berangkat menuju dapurnya langsung, mentang- mentang mau 17 Agustusan jadi dia semangat 45 deh. Sedangkan gue? Tentu saja gue tersenyum puas, rencana gue berjalan mulus. Gue berdiri dari posisi duduk gue tadi, kemudian pindah ke bangku yang tadi di pake sama gita.

Dear Mas DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang