Bab 1

2K 198 24
                                    

"Ah sial, aku terlambat." Naruto melaju dengan kecepatan di atas rata-rata, matanya sesekali melirik ke arah jam tangan di lengan kirinya, 15 menit lagi ia harus segera masuk kerja.

Nasib sial menghampirinya, hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai valet parking dan dia bangun terlambat karena terlalu asik dengan kertas-kertas yang menumpuk di atas mejanya, bahkan beberapa berserakan di lantai.

Motor vespanya ia belokkan ke sebuah gang kecil, mencoba mengambil jalan pintas demi mempersingkat waktu. Ia menyesal pulang ke apartemennya bukan ke basecamp tempat biasa ia bekerja. Jika di basecamp jaraknya lebih dekat dengan tempat kerjanya.

"Woy... jangan kebut-kebutan! Apa tidak lihat ini jalan kecil?" Seorang pria dewasa berteriak, kaget ketika dirinya sedang berjalan santai hampir tersenggol oleh motor yang Naruto kendarai.

Naruto tetap melajukan vespa-nya, ia menoleh singkat dan bergumam kata 'maaf' karena jarak mereka sudah terlalu jauh. Tanpa Naruto sadari ada seorang gadis sedang menyebrangi jalan kecil tersebut. Gadis tersebut membeku di tengah jalan dengan menatap ke arah Naruto, bukannya menyingkir gadis itu malah memejamkan matanya erat. Naruto menekan rem secara mendadak hingga vespa yang ia tunggangi tergelincir, tentu dirinya ikut terseret juga.

"Aarrgghhh...." Ringisan kesakitan dari bibir Naruto membuat si gadis membuka mata perlahan. Ia memeriksa keadaannya, memegang kepala hingga kaki. Seketika ia menghela napas lega, "Syukurlah ... aku masih hidup. Jika aku mati, siapa yang akan membayar cicilan hutang mendiang ayah?"

"Heh... kenapa kau malah berdiam diri di situ? Cepat tolong aku!" Si Gadis menoleh ke asal suara, matanya membola, ia segera berlari ke arah Naruto yang sedang berusaha bangkit.

"Kau baik-baik saja?" Gadis itu kentara khawatir, ia meneliti setiap inchi tubuh si pria yang tengah menunduk mengecek keadaan tangannya.

"Kau lihat sen...di...ri 'kan..." ucapannya semakin lirih di akhir. Naruto terpesona akan keindahan amethyst di hadapannya. "Indah," gumamnya sangat lirih.

"Maafkan aku ... aku tidak melihat ada motor yang sedang melintas." Ia sedang melamun sehingga tidak memperhatikan sekitar.

"Eh? Tidak. Harusnya aku yang meminta maaf karena hampir menabrakmu. Aku sedang ngebut tadi." Naruto menggaruk tengkuknya.

Gadis itu membantu Naruto untuk berdiri. "Aku antar ke rumah sakit!"

"Eh tidak usah, tidak ada luka yang berarti." Naruto menyembunyikan telapak tangannya yang mengeluarkan darah segar itu ke belakang.

"Benarkah?"

"Tentu saja." Naruto segera mengangkat  motor vespanya. Meneliti setiap body-nya, ia meringis melihat body  vespa-nya tergores cukup panjang. Menoleh ke arah gadis yang ia tabrak, ia mengernyit ketika melihat kecemasan yang kentara di wajahnya. Naruto mendorong motornya, berhenti tepat di hadapan sang gadis.

"Kau baik-baik saja?"

"Aku baik, hanya saja aku akan terlambat masuk kerja, tapi aku juga tidak mungkin membiarkanmu begitu saja."

Naruto menggeleng perlahan, "Ya sudah biar ku antar. Kau kerja dimana?"

"Tidak usah, kau sudah terluka karena aku. Jadi aku tidak mungkin harus merepotkanmu lagi."

"Sudahlah lupakan saja. Lagi pula aku baik-baik saja. Jadi ayo naik ke motorku nona ....

"Hinata."

"Ya nona Hinata, biar aku yang mengantarmu. Ucapkan saja kau bekerja dimana, maka dengan senang hati aku akan mengantar anda."

You got meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang