Bab 17

526 102 11
                                    

"Hei kau sudah tahu?" Amaru menyenggol Hinata yang terlihat begitu tenang.

"Tentu saja, aku kan pacarnya."

"Oh tidak kusangka ternyata ..." Amaru menatap Hinata dengan senyum penuh arti.

Tentu tanpa diucapkan pun Hinata mengerti maksud dari sahabatnya itu. Amaru pikir dia menyukai Naruto karena hartanya? "Hey tidak seperti itu, aku juga belum lama tahu."

"Aku tidak percaya."

"Yang diucapkan Hinata benar. Hinata gadis yang tulus."

"Eh?" Amaru hanya bisa tertawa hambar mendengar penuturan Shino. Tentu Amaru juga percaya akan ketulusan Hinata, ia hanya ingin menggoda sahabatnya itu. Tetapi mungkin tanggapan setiap orang berbeda, buktinya Shino menyimpulkan ucapannya serius.

"Terima kasih untuk semua dukungan para karyawan dan kolega pada butik purple." Kini perhatian mereka kembali pada Naruto. "Selain untuk memperkenalkan diri, saya pun akan mengumumkan beberapa hal. Saya bermaksud mengundurkan diri dari peruhaan ini dan menyerahkan semua saham yang saya miliki pada seseorang yang berharga untuk hidup saya ... dan saya akan memperkenalkan Direktur Utama baru pengganti saya yaitu Tuan Aburame Shino."

"Hah, aku?" Tunjuk Shino pada dirinya sendiri. Ia begitu kebingungan dengan kabar yang mengejutkan dari Naruto. 

Di tengah kebingungannya, Hinata dan Amaru memberikan selamat dengan wajah riang. Hinata sudah tahu niatan Naruto dan ia tidak keberatan sama sekali. Selama Naruto nyaman, dia akan tetap mendukung kekasihnya itu.

Setelah usai mengucapkan maksudnya, Naruto menuruni podium lalu menghampiri Hinata yang masih di tempat semula.

"Hey kenapa kau __

"Maaf tidak memberitahumu sebelumnya, tapi kau layak diposisi ini."

Shino menghela napas, ia yakin Naruto sudah memikirkannya dengan baik. "Lalu kau mau kemana?"

"Ah, itu ... aku belum memikirkannya." Shino menepuk jidatnya, kali ini ia ralat kembali jika Naruto sudah memikirkannya dengan baik. Naruto hanya terkekeh ringan, menepuk lengan Shino, "Aku hanya ingin beristirahat, tapi untuk yang tadi aku serius. Aku sudah memikirkannya dengan matang. Kau memang pantas diposisi ini."

"Tapi ___

"Ssstthhh ... tinggal terima saja, Ok! Ayo Hinata!" Naruto hendak merangkul pinggang Hinata, tapi tak terlaksana ketika seseorang menarik lengannya terlebih dulu.

"Coba jelaskan padaku!" Ucap Ino penuh dengan tuntutan.

Amaru kentara terkejut, Shino menghela napas lelah, sementara Hinata melirik Naruto yang terlihat sedang berpikir. Keadaan hening sesaat sampai akhirnya Naruto membuka suara, "Kita bicarakan di ruanganmu." 

"Aku ikut."

"Aku perlu bicara berdua dulu dengannya," Naruto menolak kehadiran Shino karena ada hal pribadi yang ingin diluruskannya. Ia melirik Hinata yang hanya diam saja. Sempat merasa jika Hinata akan kecewa dengan tindakkannya, tapi pikirannya salah karena Hinata kini menampilkan senyum pertanda mengizinkannya untuk berbicara berdua dengan Ino.

"Baiklah." Shino pada akhirnya mengalah dengan keputusan Naruto.

Ino dan Naruto kini ada di ruangan Ino. Hal yang selanjutnya Naruto lakukan adalah menyerahkan sebuah amplop cokelat pada Ino. "Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk Inojin, walaupun aku tahu hal itu tidak akan cukup untuk menebus semua kesahalanku."

Ino mengernyit bingung seraya tangannya membuka simpul di amplop tersebut, lalu mengeluarkan isinya. Wajah Ino kentara terkejut ketika membaca isi dari berkas itu, "Ini?"

You got meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang