Bab 3

678 131 8
                                    


Hinata dan Naruto memilih duduk di sudut ruangan, Naruto bilang agar mereka lebih leluasa mengobrol dan tidak menjadi pusat perhatian. Selain itu, tidak terlalu banyak orang yang berlalu lalang karena hanya ada meja yang mereka tempati.

"Ternyata tempatnya sangat nyaman," ujar Hinata dengan netra yang memindai ruangan bagian dalam resto yang terlihat lenggang, hanya ada beberapa meja yang terisi dan itu pun pasangan kekasih. Tidak heran tempat ini disambangi oleh pasangan kekasih, karena tempatnya terasa nyaman, suasananya hangat dan romantis dengan alunan musik klasik yang di persembahkan secara langsung oleh pihak resto. Sangat cocok untuk pasangan yang ingin merasakan keintiman.

"Aku suka karena di sini sepi," timpal Naruto.

Hinata mengernyit menatap Naruto, "Kau suka ketenangan?"

"Euumm... kurang lebih begitu." Kening Hinata semakin mengkerut, merasa aneh jika orang seperti Naruto suka ketenangan, di lihat dari sudut mana pun pria itu terlihat urakan dengan gaya berpakaian yang serampangan, namun tetap terlihat keren.

"Selamat malam. Ini daftar menunya, silakan!" Seorang pelayan datang memberikan daftar menu.

"Terima kasih, nanti kami panggil kalau sudah selesai menentukan!" Sang pelayan membungkuk terlebih dahulu sebelum pergi dari hadapan mereka.

Hinata dan Naruto membuka buku menu tersebut secara bersamaan, namun ekspresi yang Hinata tampilkan berbeda dengan Naruto yang terlihat santai. Naruto melirik sekilas kepada Hinata, "Ada apa?"

Hinata tersenyum canggung, "Tidak ada, kau pesan saja apa yang kau mau."

Gila! pantas saja tempatnya sepi, ternyata harganya selangit.

Rasanya Hinata ingin menangis sekarang juga ketika melihat angka-angka yang tertera di sebelah kanan menu.

Hinata mencoba menghitung dari harga yang termurah dengan dua porsi, seketika ia meringis, dengan harga termurahnya saja ia dapat mengeluarkan uang seharga kerja part timenya selama seminggu, 28 jam.

Ini tempat makan atau perampok sih? 

Tanpa Hinata sadari, Naruto tersenyum geli melihat ekspresi Hinata yang berubah-ubah dalam hitungan detik. Awalnya Hinata melongo, lalu terlihat sedang berfikir, memberengut dan setelahnya mendadak lesu. Naruto tahu pasti Hinata sedang memikirkan harganya, ah sepertinya menjahili Hinata akan menarik kali ini. 

Naruto mengangkat tangannya, lalu pelayan datang menghampiri mereka. "Bisa saya catat sekarang?"

Naruto mengangguk yakin, "Aku pesan Kobe beef steak dan segelas red wine."

Sontak Hinata membatin dalam hati, ¥40.000 + ¥2.000 =  ¥42.000 ...
Kerja sampingan ¥800 perjam × 28 jam = ¥22.400 .. Astaga 1 menu saja melebihi gaji part time semingguku di satu tempat.

"Hinata?" Hinata terperanjat, lalu menatap Naruto bingung, "Kau tidak pesan?"

Hinata menggaruk pipinya, "Ah iya, aku pesan  .... cari yang termurah Hinata ... spageti aglio olio dan lemonade saja."

¥ 5.000 + ¥ 1.000 = ¥ 5.800
¥ 42.000 + ¥ 6.000 = ¥ 48.000
Melebihi seminggu gajiku di dua tempat, huuaa...
Tapi tak apa demi membalas budi, berkatnya aku datang tepat waktu. Walaupun sebenarnya yang paling pengaruh adalah keputusan ketua, tapi tak apa karena aku tidak mengenalnya dan tidak mungkin juga ketua mau makan dengan karyawan rendahan sepertiku.
Jangan khawatir gajimu di butik jauh lebih besar dari ketiga kerja part time yang kau jalani.

Naruto mengulum senyum melihat wajah Hinata, sepertinya gadis itu sedang menghitung biaya yang harus dikeluarkannya untuk membayar makanan ini. Naruto menggeleng lambat, ia tidak menyangka ternyata Hinata adalah gadis dengan berbagai macam ekspresi, dia juga menyenangkan, periang dan selalu mempunyai obrolan. Awalnya ia pikir Hinata gadis pendiam, terlihat dari penampilannya yang sederhana dan berwajah kalem. ternyata kita memang tidak bisa menilai orang hanya dari tampilan luarnya saja.

You got meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang