Bab 23

785 78 25
                                    

Naruto sedikit merasa lega ketika Obito memberikan informasi bahwa semua penjaga yang berada di luar telah dibereskan. Sekarang hanya tinggal menunggu waktu untuk mereka membantu Hinata yang berada di tangan Sasori.

"Apa maumu?"

"Aku hanya ingin kau menderita. Itu saja."

"Apa dengan aku menderita, luka di hatimu itu akan hilang? Lukamu tidak akan hilang hanya dengan membalas dendam. Sebaliknya, luka itu akan semakin menganga lebar di hatimu."

"Persetan."

Sasori lalu menodongkan pistol pada Hinata dan aksinya itu mampu membuat Naruto maupun Hinata terbelalak kaget.

"Jangan. Biar aku saja yang menggantikannya!"

"Bukankah sudah ku bilang jika aku ingin kau menderita. Jika kau mati sekarang itu hanya akan membuatmu beruntung karena akan bertemu dengan si Minato di Neraka. Aku tidak mau membiarkan kalian bersama."

Naruto mencoba menghadang Sasori, tapi usahanya tak berhasil karena di tahan oleh pria yang tadi mengantarnya masuk. Sasori menyeringai, ia hendak menarik petuknya, tapi seruan dari arah lain membuatnya teralihkan.

"Jangan bergerak!"

Sasori menatap marah pada Naruto, "Kau berani membawa bala bantuan huh? Bersiaplah melihat kematian kekasihmu."

"Tidak ... jangaaann ..." Naruto berteriak ketika Sasori telah siap membidik.

Desingan peluru nyaring terdengar, membuat Naruto lemas seketika. Hinata yang ketakutan sudah menutup mata erat, tapi dia tak merasa ada yang salah dengan tubuhnya ketika peluru itu melesat. Hinata mengerjap, lantas ia melihat keadaannya yang baik-baik saja. Lalu ia beralih pada Sasori yang ternyata membungkuk seraya memegangi kakinya.

Ternyata kaki Sasori terluka akibat tembakan dari penembak jitu yang sudah disiapkan sebelumnya. Sontak saja Naruto mendesah lega karena bukan Hinata yang terluka.

Melihat pimpinan mereka terluka, salah satu anak buah Sasori membopong Sasori untuk bersembunyi sembari melayangkan tembakan pada para petugas dengan membabi buta hingga adu tembak pun terjadi. Sementara pria pelontos satunya menarik Hinata untuk turut serta bersembunyi mengingat Hinata masihlah seorang sandera.

Naruto yang melihat itu segera berlari menghampiri pria pelontos itu, di tahannya tangan pria itu hingga pria itu menghentikan langkahnya. Pria itu memukul Naruto, membuat Hinata histeris lalu dengan refleks menginjak kaki pria itu.

Pria itu meringis hingga pegangan tangannya terlepas, tapi ia tak gentar dan menarik rambut Hinata. Naruto yang melihat itu teramat marah, dia hendak kembali menyerang, namun desingan peluru menembus kaki si pria pelontos membuat Naruto terhenti. Menoleh, ia lantas membopong Hinata untuk mencari perlindungan.

Sementara tim Obito dan tim Sasori masih beradu tembak, Naruto memanfaatkan keadaan untuk membuka tali yang melilit di tubuh Hinata.

Setelah terlepas, mereka berpelukan, "Terima kasih," gumam Hinata dengan air mata yang menetes.

"Jangan katakan itu, harusnya aku meminta maaf padamu. Karena aku ...."

"Jangan bicara begitu ...!"

...

Setelah Sasori dan anak buahnya berhasil di tangkap, Naruto beserta Hinata diantar Obito ke kediaman Namikaze.

"Terima kasih atas kerja samamu dan maaf juga kalau sudah membuatmu gelisah ketika aku mendekati Hinata."

Naruto berdecak, tapi tak lama menyunggingkan senyum. "Tidak masalah karena Hinata berhasil selamat. Aku juga berterima kasih akan itu."

"Ku harap hubungan kalian semakin baik. Jangan terlalu membenci mereka." Obito berucap dengan melirik Nenek dan Bibi Naruto yang berdiri cemas tak jauh dari mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You got meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang