Bab 7

718 120 46
                                    

Hari-hari berlalu begitu cepat, tak ada yang menarik bagi Hinata. Hidupnya tetap berjalan monoton, bangun pagi, bekerja, pulang kerja lalu tidur. Sesungguhnya setiap hari pun seperti itu, hanya saja ada yang berbeda, tak ada Naruto yang selalu menjemputnya untuk pergi dan pulang bersama. Pria itu entah memang sibuk atau ia sengaja menghindar, karena ketika ia mencoba untuk berbicara ketika ada kesempatan, pria itu selalu menjawab 'ada urusan'. Apa bekerja sebagai valet parking sesibuk itu?

Mendesah lelah, hari ini ia cukup merasa lelah karena pengunjung yang terbilang lebih banyak dari biasa. Mungkin karena ada discount akhir pekan. Hinata memukul-mukul bahunya perlahan untuk menghilangkan rasa pegal di lehernya, namun atensinya menemukan sosok pria yang baru-baru ini membuatnya tak karuan. 

"Naruto!"

Naruto menghentikan langkahnya ketika mendengar Hinata memanggilnya. Ia bergeming di tempatnya tanpa menoleh, jika menoleh hatinya pasti goyah. Ia sudah berusaha mati-matian untuk menghindari Hinata setelah mendengar percakapannya dengan Amaru 2 minggu lalu dengan menyibukkan diri mengejar deadline untuk acara ulang tahun butik.

Sebuah tepukan di pundaknya membuatnya terperanjat, namun ia masih setia dengan posisinya berdiri.

"Kau tidak sibuk? Aku sudah lama tak berbincang denganmu," Hinata sekarang sudah berada tepat di hadapan Naruto.

"Aku ...

"Jangan bilang kau ada pekerjaan lagi!" Sela Hinata dengan cepat, ia tak ingin Naruto menghindar lagi, semua kegelisahan ini harus segera ia keluarkan.

Naruto tetap bungkam, membuat suasananya menjadi hening. Pria itu sibuk mencari alasan dan si gadis yang setia menanti jawaban. Namun sayangnya di tengah keterdiaman dua insan tersebut, seruan seseorang memecah keheningan di antara mereka.

"Hinata! Kau dipanggil Nona manajer," ujar salah satu rekan kerjanya.

Berdecak, kenapa di saat penting seperti ini manajer memanggilnya? "Ck! Aku akan terus memperhatikanmu!" Hinata berucap dengan dua jari tangan yang menghunus tepat ke arah mata Naruto dan matanya.

Naruto? Oh ia tidak takut, rasanya menggelikan, mimik wajah Hinata begitu lucu hingga ia menahan tawa. Naruto menggeleng pelan, ia menggulirkan pandangan ke atas hingga bersirobok dengan aquamarine Ino. Mereka saling melempar senyum tipis dan setelahnya Naruto berlalu mengelilingi butik.

.

Hinata keluar ruangan manajer dengan gontai, tugasnya setiap hari terasa semakin banyak. Banyak hal di luar tugas sebagai pramuniaga diberikan padanya. Seperti sekarang ini, ia diberikan tugas untuk membantu tim persiapan ulang tahun butik. Bukankah ini terlalu berlebihan untuk seorang pramuniaga?

Menatap horor setumpukan kertas yang berisikan berbagai macam alamat yang tertera di bagian depannya, ia mencengkeram erat tali totebag yang berisikan tumpukan kertas kaku tersebut. Rasanya kesal bukan main ketika manajer berucap, "Bagikan undangan tersebut sesuai dengan alamatnya!" Hell, itu pekerjaan kurir, tapi kenapa jadi dirinya yang bertugas menyebarluaskan undangan tersebut? Embusan napas lelah mengudara, dibanding mengelak ia lebih baik menuruti saja demi kelangsungan pekerjaannya.

Melirik asal sudut butik, atensinya menemukan trio miss perfect yang sedang berkumpul sembari menatap jijik pada sosok seorang pria yang tengah serius memperhatikan display tas di salah satu sudut ruangan. Hanya dua orang yang menatap jijik sembari sesekali menyindir, sedangkan Pakura, gadis itu hanya menatap dan diam saja. Tatapannya pun sungguh tak dapat diartikan.

Menurut Hinata, diantara ketiga gadis tersebut, hanya Pakura lah yang berakhlak dibanding kedua temannya--Haruna dan Mabui. Pakura tidak banyak bicara dan hanya menanggapi gosip dari temannya seadanya.

You got meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang