Hari ini seharusnya menjadi hari yang baik, sekelompok remaja telah menyiapkan berbagai rencana menarik untuk merayakan hari jadi persahabatan mereka yang kesepuluh bulan, namun kabar kematian salah satu dari mereka menghancurkan semua yang telah direncanakan.
Kim Sunoo, ditemukan tewas di pinggir trotoar karena pendarahan pada bagian kepala, beberapa tulang patah, serta luka tusuk pada bagian dada. Kematian Sunoo yang tak terduga tentu membuat keluarga dan para sahabat yang ditinggal menjadi terluka.
Pemakaman Sunoo dipenuhi air mata, tak ada yang menyangka jika ia telah pergi meninggalkan dunia. Rasanya tak masuk akal dan terlalu tiba-tiba.
"Yang tadi dimakamin bukan Kak Sunoo, kan?"
Jake menoleh ke arah Jungwon yang duduk di kursi belakang, sedangkan Jay selaku pengemudi hanya melirik sebentar melalui pantulan spion tengah.
Heeseung, Sunghoon, dan Riki tak ada di dalam sana, mereka berada di mobil berbeda yang dikemudikan oleh Heeseung.
"Malam sebelum Kak Sunoo ditemuin tewas, dia masih main ke rumah gue. Jadi dia enggak mungkin mati, mungkin cuma—"
"Sunoo udah enggak ada, Won." Jay menyela dengan cepat. "Kita abis dari pemakaman Sunoo dan lo jelas ngelihat dia dimakamkan tadi."
Kalimat Jay menyadarkan Jungwon jika realita yang ada memang harus diterima. Sunoo telah tiada, dan ia adalah salah satu bagian kecil dari penyebab kepergiannya.
"Won," panggil Jake kala Jungwon mulai menangis, seolah belum puas menumpahkan air mata di pusara Sunoo beberapa saat lalu. "Lo harus ikhlas."
Jungwon hanya menunduk tanpa berniat menjawab, membiarkan tetes air matanya jatuh mewakili rasa kehilangan dan bersalah yang berpadu dalam satu waktu.
Seandainya mesin waktu itu ada, Jungwon akan memutar waktu kembali pada malam itu untuk mengantar Sunoo pulang dengan selamat, sehingga lelaki periang itu masih ada di dunia dalam keadaan sehat.
Kak Sunoo, maaf karena gue enggak nganterin lo pulang malam itu.
••••
Sejak pulang dari pemakaman Sunoo tiga hari lalu, Jungwon terus mengurung diri di kamar, tak berniat untuk keluar meski telah dipanggil sang ayah sebelum berangkat bekerja, tak mau makan meski telah dibujuk oleh asisten rumah tangganya, bahkan tak pergi ke sekolah hari ini.
Jungwon masih dikerumuni rasa kehilangan dan bersalah sehingga memilih untuk menyendiri, mencoba berdamai dengan keadaan yang terjadi karena ulahnya sendiri—begitu pikirnya.
Jay, Jake, dan Sunghoon datang tadi siang untuk bertemu dengannya, tapi Jungwon tetap tak mau keluar meski telah dibujuk. Bukannya sombong, Jungwon sedang dalam suasana hati yang tidak baik untuk bertemu siapapun.
Di sore hari, Heeseung yang datang dan Jungwon tetap tak mau bertemu, ia menolak semua yang datang untuk bertamu.
"Gue mau ngomong sesuatu tentang Sunoo, jadi tolong buka pintunya, Won."
Kalimat itu bak ilmu sihir yang membuat Jungwon bergerak membuka pintu kamar dan mempersilakan Heeseung untuk masuk, lalu kedua lelaki itu duduk di atas lantai beralaskan karpet bulu yang lembut untuk berbicara.
"Mau ngomong apa tentang Kak Sunoo?"
Heeseung menghela napas, bersiap membuka suara untuk membahas sesuatu yang penting dan sepertinya akan berlangsung cukup lama.
"Beberapa hari sebelum Sunoo mati, dia dapet surat misterius di depan rumahnya pas pulang dari minimarket."
Jungwon mengernyit. "Tau dari mana?"
![](https://img.wattpad.com/cover/280817254-288-k242786.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hypocrite | Enhypen
Fanfiction"Lo pernah denger istilah hipokrit, nggak?" •••• Katanya, tak semua hubungan persahabatan akan bersih dari pengkhianatan. Sekelompok pemuda dengan jumlah tujuh tak terlalu menghiraukan itu, karna persahabatan mereka berjalan dengan baik selama ini...