1.1 | Hypocrite

645 157 5
                                    

Motornya mogok, membuat Jungwon berencana memesan ojek online untuk pergi ke sekolah. Namun karena Heeseung datang di pagi hari untuk mengambil earphone miliknya yang semalam tertinggal, Jungwon akhirnya mendapat tumpangan gratis.

"Ngantuk?" tanya Heeseung, menyadari sejak tadi kepala Jungwon terus jatuh dan dia telah menguap beberapa kali.

Jungwon mengusap matanya yang berair. "Iya."

"Tidur jam berapa?"

"Hampir jam satu kayaknya, lupa."

"Malam banget."

"Kalian aja pulangnya hampir jam dua belas semalam."

"Kemarin gue udah bilang, pulang agak cepetan aja biar lo sama Riki nggak ngantuk di sekolah. Tapi lo nggak mau, bilang masih mau ngumpul."

"Abisnya kita jarang ngumpul kayak gitu, jadi gue nggak mau nyia-nyiain kesempatan. Belum tentu nanti kalian bakal punya waktu buat ngumpul lagi."

"Kok ngomongnya gitu?" Heeseung nampak bingung. "Kita dulu ngumpul hampir setiap hari, Won."

"Iya, dulu," ujar Jungwon dengan sedikit penekanan pada kata terakhir. "Waktu Kak Sunoo masih ada, ngumpul bertujuh udah jadi rutinitas buat kita, dan dia sering jadi orang pertama yang ngajak. Tapi setelah Kak Sunoo nggak ada, kita—"

"Kita agak renggang dan ngumpul jadi jarang," sela Heeseung, tahu apa yang akan Jungwon katakan.

Jungwon mengangguk pelan, lalu hening mengisi suasana di dalam mobil karena Heeseung tak menyalakan lagu apapun.

"Kalo bener yang ngebunuh Sunoo adalah salah satu dari kita, kayaknya dia emang nggak suka ngelihat kita seneng, sesuai apa yang dia tulis di surat itu." Heeseung memecah keheningan. "That's why he killed Sunoo."

"Kenapa Kak Sunoo?"

"Pelakunya bener, he's the bringer of happiness among us. Dan karena pelakunya nggak suka ngelihat kita seneng, dia ngebunuh Sunoo. And look what happened after he died, we're screwed." Suara Heeseung sedikit meninggi, jemarinya menggenggam stir penuh emosi. "He won, he managed to destroy us even though he only killed Sunoo."

Di tengah lingkar pertemanan ini, Kim Sunoo berperan seperti matahari, sedangkan mereka adalah planet kecil yang berotasi mengelilingi sang inti. Ketika sang matahari tak ada, planet yang mengelilinginya akan kehilangan cahaya dan rotasi tata surya tak akan berjalan seperti seharusnya.

Maka setelah Sunoo tiada, hubungan keenam pemuda tersebut mulai berantakan karena kehilangan porosnya.

"Kita harus nemuin pelakunya, Kak."

"Gimana caranya?"

Jungwon hanya diam, tak tahu harus melakukan apa untuk itu. Kasus kematian Sunoo sama sekali tak mendapat kemajuan dalam penyelidikan polisi, jadi bagaimana orang biasa seperti Jungwon dapat menemukan si pelaku yang jelas ahli?

"Harusnya kita kerja sama buat nemuin si pelaku, tapi pas kita diskusi buat bahas itu, gue takut kita malah saling nuduh kayak apa yang terjadi sama Riki beberapa waktu lalu," ujar Heeseung, menarik atensi Jungwon. "Kalo kita saling nuduh, malah bikin ribut dan hubungan kita makin renggang. Gue nggak mau si pelaku makin ngerasa menang."

Heeseung benar, apa yang terjadi pada Riki tak boleh terulang untuk yang kedua kali. Mereka tak boleh saling menghakimi dan membuat hubungan ini semakin berjarak lagi.

Jungwon pikir, mereka harus bergerak dalam diam, mengumpulkan bukti valid terlebih dahulu baru berbagi informasi, agar aksi saling menghakimi tak kembali terjadi.

Hypocrite | EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang