Jay dan Jake sedang duduk di taman fakultas, menunggu Heeseung dan Sunghoon selesai kelas. Mereka tak punya rencana apapun, hanya menunggu karena belum ingin pulang. Sebagai anak tunggal dari pengusaha super sibuk, rumah Jay dan Jake selalu sepi karena hanya ada asisten rumah tangga yang mengurus rumah sampai sore hari. Mereka jadi malas berada di rumah tanpa ada yang menemani.
"Jay, gue mau nanya sesuatu," ujar Jake sambil mematikan ponsel, kala mengingat suatu hal yang ingin dibicarakan.
"Apa?" tanya Jay yang tetap fokus menatap layar ponsel sendiri.
"Jungwon punya anxiety, ya?"
Ponsel Jay nyaris jatuh kala mendengar pertanyaan itu, namun beruntung ia bisa menangkap sebelum jatuh ke tanah.
"Maksud lo?" Jay menuntut penjelasan.
Dari reaksi yang Jay beri, Jake yakin jika pemuda itu tak tahu jawaban dari apa yang ia tanyakan. Padahal Jake berharap bisa mendapat titik terang dari Jay karena dirinya yang terlihat paling dekat dengan Jungwon.
Jake akhirnya memberi penjelasan atas pertanyaannya, menjabarkan secara ringkas namun jelas hingga Jay tak perlu mencerna dengan berpikir keras.
"Gue nggak tau soal itu, dia nggak pernah cerita apapun," komentar Jay usai Jake selesai memberi penjelasan.
"Berarti, yang tau soal itu mungkin cuma Riki."
Jay mengangguk pelan, satu pemikiran dengan sang teman.
"Gue bukannya mau ikut campur, tapi gue beneran penasaran." Jake kembali buka suara. "Kenapa Jungwon bisa punya anxiety?"
Jay mengendikkan bahu tanda tak tahu. "Ada banyak faktor yang menyebabkan gangguan mental."
"Tapi paling sering, karena kejadian di masa lalu yang bikin trauma, kan?"
Jay menggangguk pelan sebagai jawaban.
"Menurut lo, hal buruk apa yang pernah terjadi sama Jungwon sampe dia bisa kayak gitu?"
Jay terdiam sejenak untuk berpikir, lalu menjawab. "Nggak tau."
"Mau nyari tau, nggak?" Jake menawarkan ajakan. "Gue penasaran."
"Buat apa? Itu bukan hal yang perlu kita tau."
"Emang lo nggak penasaran dan khawatir sama dia?"
"Ini udah nyangkut privasi, harus Jungwon yang bilang sendiri. Kita nggak punya hak buat tau urusan pribadi orang tanpa izin, Jake."
Jay benar, tapi pemikiran dewasanya tak tepat jika digunakan sekarang. Ada hal yang perlu Jake luruskan, maka dari itu ia harus mencari kebenaran. Kepalanya nyari meledak karena terjebak dalam satu pertanyaan yang tak kunjung menemukan jawaban.
"Coba lo pikir, Jungwon punya anxiety. Dan dugaan kita, dia pasti pernah ngalamin suatu hal buruk yang bikin mentalnya jadi kayak gitu, kan?" tanya Jake yang langsung mendapat anggukan dari Jay. "Hal buruk yang terjadi sama dia, mungkin dilakuin sama seseorang. Dan mungkin aja, karena apa yang orang itu lakuin, Jungwon jadi..."
"Dendam?" lanjut Jay karena Jake tiba-tiba berhenti, tak berani melanjutkan sebab kalimatnya mungkin akan terdengar seperti tuduhan.
Jake mengangguk pelan, sedikit ragu untuk mengiyakan.
"Lo pikir Jungwon punya dendam sama seseorang yang pernah ngelakuin hal buruk ke dia?" tanya Jay, mengambil kesimpulan dari apa yang coba Jake sampaikan.
Jake kembali mengangguk, kali ini tanpa ragu.
"Lo pikir Jungwon pendendam?"
"Nggak gitu." Jake membantah dengan cepat. "Logika aja, Jay. Ada orang yang pernah jahatin Jungwon sampe mempengaruhi mental, wajar kalo dia punya dendam, kan? Jungwon bukan malaikat yang bisa terima aja kalo diperlakuin dengan jahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hypocrite | Enhypen
Fanfiction"Lo pernah denger istilah hipokrit, nggak?" •••• Katanya, tak semua hubungan persahabatan akan bersih dari pengkhianatan. Sekelompok pemuda dengan jumlah tujuh tak terlalu menghiraukan itu, karna persahabatan mereka berjalan dengan baik selama ini...