0.6 | Hypocrite

667 160 4
                                    

Jake tak tahu harus pergi ke mana untuk saat ini, jadi ia memilih untuk berhenti di tepi jalanan sepi, keluar dari mobil dan duduk di atas trotoar sambil meneguk sekaleng soda yang kemarin ia beli namun belum sempat dinikmati.

Hari telah malam, jalanan kini sedikit gelap karena penerangan dari lampu temaram. Tempat seperti ini cukup berbahaya karena memungkinkan penjahat untuk beraksi, tapi Jake tak peduli, ia hanya ingin duduk seorang diri. Namun kesendirian Jake tak berlangsung lama, karena sebuah mobil tiba-tiba datang dan berhenti tepat di samping mobilnya.

"Kak Heeseung?" Jake memandang Heeseung yang baru turun dari mobil dengan tatapan bingung, kemudian lelaki itu berjalan mendekat. "Ngapain di sini?"

"Lo sendiri ngapain di sini?" Heeseung bertanya balik sambil duduk di samping Jake.

"Rumah lagi ribut."

Heeseung mengangguk mengerti, sudah tahu bagaimana kondisi rumah Jake karena ia yang bercerita sendiri. Mereka berdua memang mempercayai satu sama lain, sering bertukar cerita tentang masalah masing-masing.

"Mau?" Heeseung menyodorkan sekotak rokok yang terbuka.

Jake menggeleng pelan. "Enggak."

Heeseung menyimpan rokoknya di dalam saku usai mengambil satu, menyalakannya dengan korek api dan menyelipkan ujungnya di antara kedua bilah bibir.

"Mobil lo udah dibalikin sama temen?" tanya Jake, baru menyadari jika Heeseung sudah menggunakan mobilnya sendiri.

"Enggak, itu baru gue ambil dari bengkel."

Alis Jake berkerut. "Mobil lo masuk bengkel?"

"Iya."

"Kenapa?"

"Nabrak orang."

"Hah?" pekik Jake terkejut. "Lo nabrak orang?"

"Bukan gue," bantah Heeseung dengan santai. "Tapi kakak gue."

"Dia nabrak orang pake mobil lo?"

"Iya."

"Kok bisa?"

"Kunci mobilnya hilang waktu itu, jadi dia pake mobil gue karena buru-buru mau nongkrong dan nabrak halte yang di dalamnya ada orang."

"Yang ditabrak, gimana?"

"Luka-luka terus patah tulang." Heeseung menghela napas sambil memandang asap yang keluar dari ujung rokoknya. "Gue yang disuruh ngurus semuanya, mulai dari perbaikan mobil sampe ngurusin korban. Gue emang dikasih duit sama bokap, tinggal transfer sama mantau pemulihannya. Cuma kesel aja, ini bukan salah gue tapi kenapa gue yang harus tanggung jawab?"

"Lo nggak coba protes ke bokap?"

"Udah, tapi nggak mungkin didengerin, Jake. Yang salah kan anak kesayangannya." Heeseung tertawa hambar. "Lagian dia punya nyokap yang bakal ngebela, sedangkan gue nggak ada. Otomatis gue kalah suara."

Jake tak tahu harus membalas apa, bukan karena tak merasa iba, tapi ia juga sama kusutnya. Mereka memang sering bertukar cerita, namun jarang sekali untuk saling memberi saran karena masalah keduanya tergolong rumit dan sulit diselesaikan. Tapi tak masalah, setidaknya mereka bisa saling membantu untuk mengurangi beban yang membelenggu.

Heeseung dan Jake sama-sama punya masalah, sehingga menyelesaikan masalah orang lain bukan perkara mudah. Orang yang tersesat mungkin tak bisa menolong orang lain yang tersesat juga, mereka hanya bisa berjalan beriringan untuk beranjak, saling menemani agar menemukan jalan keluar dari tempat yang menjebak. Meski mereka tidak tahu, apakah mereka bisa benar-benar keluar dari jalan yang sudah nampak buntu.

Hypocrite | EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang