0.2 | Hypocrite

845 189 17
                                    

Malam ini, Jungwon mengajak para sahabatnya bertemu untuk membahas perihal surat yang didapat oleh Sunoo. Rumah Jay dipilih sebagai tempat kumpul karena kedua orangtuanya sedang tak ada di rumah, sehingga mereka bisa lebih leluasa untuk berbicara.

Jungwon menceritakan semua yang ia bahas bersama Heeseung tadi sore, dan tentu saja, semua dibuat terkejut.

"Gue nggak percaya pelakunya salah satu dari kita." Itulah reaksi pertama yang Jake beri kala Jungwon selesai bercerita.

"Tapi dari yang tertulis di surat, kemungkinan besar pelakunya emang salah satu di antara kita." Heeseung mencoba meyakinkan.

"Nggak mungkin di antara kita ada yang tega ngebunuh Sunoo, kita aja nggak pernah ada yang ribut sama dia."

"Tapi tadi Sunghoon bilang, Riki sempet ribut sama Sunoo dua hari sebelum kejadian," sahut Jay, berniat mengingatkan Jake tentang perkataan Sunghoon tadi sore.

Heeseung dan Jungwon yang baru mengetahui hal itu terkejut, bahkan Riki yang ada di sana juga ikut terkejut karena namanya disebut.

"Maksudnya apa, Kak?" tanya Riki, menuntut penjelasan. "Kenapa bawa nama gue?"

"Gue cuma ngasih tau," jelas Jay.

"Riki sama Kak Sunoo ribut?" tanya Jungwon, hendak memastikan.

Jake mengangguk. "Iya, kata Sunghoon."

Heeseung melirik Sunghoon. "Ribut gimana?"

Sunghoon menghela napas, lalu menceritakan tentang apa yang terjadi pada Sunoo dan Riki dua hari sebelum Sunoo dibunuh. Jay dan Jake hanya mendengarkan karena sudah lebih dulu tahu.

Jungwon melirik Riki kala Sunghoon selesai bercerita. "Lo beneran ribut sama Kak Sunoo?"

Riki gelagapan, nampak bingung harus menjawab apa. Jika ia jujur disaat seperti ini, akan berbahaya. Tapi ia juga tak bisa mengelak karena ada Sunghoon selaku saksi mata.

"Iya." Pada akhirnya Riki memilih jujur.

"Masalah sepele kayak gitu kenapa harus pake ribut?"

"Kalo HP lo kena siram teh panas sampe mati, lo bakal marah, nggak?" Riki balik bertanya. "Gue kesel, makanya pas itu gue langsung pulang dan nggak pengen ngomong dulu sama Kak Sunoo. Udah gitu aja, gue nggak sampe benci atau gimana kok."

"Gitu aja kesel, padahal lo juga sering gangguin orang," sahut Jake.

"Gue gangguin doang, nggak sampe ngerusak barang orang. Jelas beda, nggak nyambung banget," tukas Riki tajam, kesal karena perkataan Jake melenceng dari apa yang sedang dibicarakan.

"Lo pernah ngerusakin sepatu gue," celetuk Jay, ikut dalam pembicaraan.

Riki mengernyit. "Kapan?"

"Yang pas itu lo tumpukin pake sepatu lain."

"Itu cuma kotor kali, nggak sampe rusak."

"Tapi—"

"Kenapa topiknya jadi melenceng?" sela Heeseung, merasa topik yang dibicarakan sudah tak sesuai tujuan awal. "Fokus dong, kita lagi bahas Sunoo sama Riki."

Jake menghela napas, lalu melirik Riki. "Jadi lo beneran ribut sama Sunoo dua hari sebelum kejadian?"

"Iya," jawab Riki malas.

"Apa lo yang ngebunuh Sunoo?"

"Maksudnya?" Riki menatap Jake tak suka. "Lo nuduh gue?"

"Gue cuma nanya, Ki."

"Tapi pertanyaan lo seakan nuduh gue, Kak."

"Tapi gue beneran cuma nanya, kalo enggak tinggal bilang, nggak perlu kayak gitu. Lo jadi mencurigakan."

Hypocrite | EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang