Motor Jungwon telah diantar ke bengkel oleh supir sang ayah, dan setelah pulang sekolah, ia harus datang sendiri untuk mengambilnya. Lokasi bengkel cukup jauh dari sekolah, tapi Jungwon tahu daerah tersebut karena cukup dekat dengan rumah salah satu teman SMP-nya.
Ketika sampai di bengkel, Jungwon sedikit jengkel kala mengetahui motornya belum diperbaiki karena baru diantar sekita satu jam lalu. Kata montir yang bekerja seorang diri, motor Jungwon harus mengantri karena ia memperbaiki kendaraan sesuai urutan datang.
Jungwon akhirnya menunggu, namun setelah lima belas menit berlalu, ia memilih pergi untuk menghabiskan waktu. Menunggu sendirian cukup membosankan, jadi Jungwon ingin mampir sebentar ke salah satu minimarket terdekat, mengisi perut yang mendadak ingin coklat.
"Eh?"
Jungwon menyipitkan mata, menfokuskan pandang pada sosok tak asing yang berdiri di depan sebuah ruko seberang minimarket.
Itu temannya, namun Jungwon tak tahu siapa pria dewasa yang sedang berbicara dengannya.
Jungwon tahu ini bukan urusannya, tapi karena terlanjur penasaran, ia memilih untuk menyeberang jalan, mendekati posisi sang teman dan pria asing tersebut sambil bersembunyi dibalik mobil yang terparkir berjejer depan ruko.
"Ok, saya beli mobilnya."
Dari jarak dekat yang hanya dibatasi satu mobil sebagai sekat, Jungwon dapat mendengar suara pria itu dengan cukup jelas.
"Nanti sisa uangnya saya transfer saja, ya."
"Iya, Pak. Nggak masalah."
Dari apa yang Jungwon dengar saat ini, sepertinya mereka sedang melakukan sebuah transaksi.
"Ngomong-ngomong, kenapa kamu jual mobil ini?" tanya pria tersebut, membuka topik baru. "Padahal kondisinya masih bagus banget."
"Pengen ganti mobil baru aj—"
"Aduh, sorry."
Jungwon mengelus kepala kucing yang tak sengaja ia tendang karena terlalu banyak bergerak, merasa bersalah karena mungkin membuat kepala si mungil terasa sakit.
"Siapa?" Suara sang teman tiba-tiba terdengar, membuat Jungwon diserang panik.
Jungwon segera menutup kepala dengan tudung hoodie, lalu bergegas pergi tanpa peduli wujudnya akan terlihat. Tapi semoga saja ia tak dikenali dengan pakaian tertutup seperti ini.
Lelaki yang sedang melakukan transaksi itu dilanda bingung kala melihat sosok tak asing sedang berjalan menjauh, menyeberang jalan dengan langkah terburu. Ia ingin mengejar, tapi keadaan sedang tak memungkinkan.
Sosok itu amat tak asing, baik dari postur tubuh hingga hoodie yang sepertinya sering ia lihat.
Is that you, Yang Jungwon?
••••
Pukul lima sore, Sunghoon tiba-tiba datang ke rumah Heeseung dengan sekantong makanan cepat saji berisi ayam goreng, kentang goreng, burger, soda dingin, dan juga nasi.
"Ini lagi ada promo, sayang kalo nggak dibeli. Potongan harganya gede," jawab Sunghoon kala Heeseung bertanya kenapa dirinya membeli banyak makanan. "Gue nggak bisa abisin sendiri, jadi gue mau bagi sama lo karena kebetulan rumah lo yang paling deket sama restorannya."
Makanan yang Sunghoon beli cukup banyak, melebihi porsi untuk dua manusia. Heeseung tak tahu harus membagi dengan siapa karena di rumahnya tak ada orang. Ayahnya sedang bekerja, ibunya pergi berkumpul bersama teman sosialita, dan sang kakak pergi menginap di rumah teman yang entah siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hypocrite | Enhypen
Fanfiction"Lo pernah denger istilah hipokrit, nggak?" •••• Katanya, tak semua hubungan persahabatan akan bersih dari pengkhianatan. Sekelompok pemuda dengan jumlah tujuh tak terlalu menghiraukan itu, karna persahabatan mereka berjalan dengan baik selama ini...