Seseorang pernah berkata tak ada sesuatu yang mustahil di dunia ini karna tuhan itu adatak usah jauh jauh mencari contoh, buktinya banyak keajaiban dunia yang bahkan berada di luar nalar manusia
Eliza suka cerita Fantasy, tapi ia juga menjadi seseorang yang paling percaya jika kejadian di cerita halusinasi itu tak pernah ada di dunia nyata
namun siapa sangka, jalan hidupnya kini hampir sama dengan alur cerita fantasy yang baru beberapa hari sebelum kejadian bunuh diri itu usai ia baca
mustahil memang jika menurut otak manusia, tapi seperti kata kata di atas, kemustahilan itu yang menunjukkan jika tuhan itu ada bukan?
sebulan berlalu setelah ia sadar, dan perban di kepalanya pun sudah terlepas, menyisakan luka yang terlihat cukup panjang di daerah atas kening yang tertutupi rambut
dokter sarah--dokter yang mengabdikan diri disana--beberapa kali datang untuk memeriksa keadaannya
dokter berhijab itu juga sempat menawarkan sesuatu yang sampai saat ini belum mampu Eliza jawab
satu satunya cara agar kamu tau apa yang sebenarnya terjadi, kamu harus pergi ke ibu kota, disana banyak dokter yang bisa jadi konsultan, kalau kamu mau saya akan mengurus dan mengantarkan kamu kesana
terlalu ragu Eliza kembali pada tempat yang dulu menjadi alasannya ingin mengakhiri hidup
tak perlu konsultasi pun Eliza tau jika sekarang ia mengalami Tranmigrasi raga, percaya atau tidak Eliza memang mengalami itu
melangkah melewati beberapa rumah yang hampir sama pada setiap bangunannya, Eliza tersenyum tipis saat beberapa warga menyapanya meskipun dengan bahasa yang tak ia mengerti
setidaknya ia memberi respon anggukan dan senyuman yang pastinya tak membuatnya di cap sombong
bagaimana pun ia harus memberi kesan baik pada semua warga, ia tak ingin jika sikapnya yang salah membuat mereka akan menyalahkan lisa seandainya jiwa mereka kembali tertukar nanti
setidaknya itu yang ia tangkap dari cerita cerita yang pernah ia baca, ada saatnya jika raga mereka akan tertukar kembali
sebulan disana membuat Eliza mengerti sedikit banyak tentang desa jadirejo ini
desa ini tak banyak menerima perkembangan Zaman seperti di luaran sana
alasannya cukup masuk akal, hanya tak ingin merusak tradisi nenek moyang mereka
telefisi saja tak ada, yang patut Eliza syukuri setidaknya ada lampu meskipun dengan warna kuning dan cahaya yang remang remang
jika ingin membersihkan diri jangan ditanya, mereka harus menimba di sumur dulu seperti di film film bertema kehidupan zaman dulu atau jika ingin lebih gampang mereka bisa kesungai
bisa di hitung dengan jari, benda modern apa yang masuk kedesa ini, bisa di katakan jika tak penting mereka memilih tak menggunakan barang apapun yang tidak ada di tradisi mereka
"Lisa..."
"Lisa.."
"LISA..." Eliza mengerjapkan maniknya cepat saat seorang gadis sebayanya tiba tiba berteriak di hadapannya dengan suara yang membuat Eliza refleks menutup telinga
ia hampir saja mengeluarkan aksi protesnya jika saja gadis di depannya itu tak kembali bersuara
"aku mulai mau nyeluk nyeluk koe loh lis tapi ora koe reken, entek suara ku gara gara koe, sengaja ya koe ben suara ku iki ilang"
Eliza menganga di tempat, heran sekaligus takjub dengan kecepatan suara gadis di depannya itu saat berbicara, tak ada titik maupun koma yang menjeda
KAMU SEDANG MEMBACA
Lizy's Diary
Fantasy# HARGAI KARYA AUTHOR DENGAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA # Lizy's Dairy terkadang apa yang kita yakini tak ada adalah sesuatu yang bisa terjadi di dunia ini kehendak tuhan memang lebih berkemungkinan terjadi dari pada apa yang manusia fikirkan seperti re...