Chap 3^

266 38 0
                                    


Seseorang pernah berkata tak ada sesuatu yang mustahil di dunia ini karna tuhan itu ada

tak usah jauh jauh mencari contoh, buktinya banyak keajaiban dunia yang bahkan berada di luar nalar manusia

Eliza suka cerita Fantasy, tapi ia juga menjadi seseorang yang paling percaya jika kejadian di cerita halusinasi itu tak pernah ada di dunia nyata

namun siapa sangka, jalan hidupnya kini hampir sama dengan alur cerita fantasy yang baru beberapa hari sebelum kejadian bunuh diri itu usai ia baca

mustahil memang jika menurut otak manusia, tapi seperti kata kata di atas, kemustahilan itu yang menunjukkan jika tuhan itu ada bukan?

sebulan berlalu setelah ia sadar, dan perban di kepalanya pun sudah terlepas, menyisakan luka yang terlihat cukup panjang di daerah atas kening yang tertutupi rambut

dokter sarah--dokter yang mengabdikan diri disana--beberapa kali datang untuk memeriksa keadaannya

dokter berhijab itu juga sempat menawarkan sesuatu yang sampai saat ini belum mampu Eliza jawab

satu satunya cara agar kamu tau apa yang sebenarnya terjadi, kamu harus pergi ke ibu kota, disana banyak dokter yang bisa jadi konsultan, kalau kamu mau saya akan mengurus dan mengantarkan kamu kesana

terlalu ragu Eliza kembali pada tempat yang dulu menjadi alasannya ingin mengakhiri hidup

tak perlu konsultasi pun Eliza tau jika sekarang ia mengalami Tranmigrasi raga, percaya atau tidak Eliza memang mengalami itu

melangkah melewati beberapa rumah yang hampir sama pada setiap bangunannya, Eliza tersenyum tipis saat beberapa warga menyapanya meskipun dengan bahasa yang tak ia mengerti

setidaknya ia memberi respon anggukan dan senyuman yang pastinya tak membuatnya di cap sombong

bagaimana pun ia harus memberi kesan baik pada semua warga, ia tak ingin jika sikapnya yang salah membuat mereka akan menyalahkan lisa seandainya jiwa mereka kembali tertukar nanti

setidaknya itu yang ia tangkap dari cerita cerita yang pernah ia baca, ada saatnya jika raga mereka akan tertukar kembali

sebulan disana membuat Eliza mengerti sedikit banyak tentang desa jadirejo ini

desa ini tak banyak menerima perkembangan Zaman seperti di luaran sana

alasannya cukup masuk akal, hanya tak ingin merusak tradisi nenek moyang mereka

telefisi saja tak ada, yang patut Eliza syukuri setidaknya ada lampu meskipun dengan warna kuning dan cahaya yang remang remang

jika ingin membersihkan diri jangan ditanya, mereka harus menimba di sumur dulu seperti di film film bertema kehidupan zaman dulu atau jika ingin lebih gampang mereka bisa kesungai

bisa di hitung dengan jari, benda modern apa yang masuk kedesa ini, bisa di katakan jika tak penting mereka memilih tak menggunakan barang apapun yang tidak ada di tradisi mereka

"Lisa..."

"Lisa.."

"LISA..." Eliza mengerjapkan maniknya cepat saat seorang gadis sebayanya tiba tiba berteriak di hadapannya dengan suara yang membuat Eliza refleks menutup telinga

ia hampir saja mengeluarkan aksi protesnya jika saja gadis di depannya itu tak kembali bersuara

"aku mulai mau nyeluk nyeluk koe loh lis tapi ora koe reken, entek suara ku gara gara koe, sengaja ya koe ben suara ku iki ilang"

Eliza menganga di tempat, heran sekaligus takjub dengan kecepatan suara gadis di depannya itu saat berbicara, tak ada titik maupun koma yang menjeda

Lizy's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang