Dah Ready baca part ini?
Eits.. Tekan vote dulu donk cantik, yang laki biar makin ganteng
sepuluh vote buat part ini, yuk yuk bisa yuk..😣
*
*
*
*
*Azriel mengusap wajahnya gusar, sudah lewat satu jam ia duduk di sofa bekas elliza tadi dan gadis itu belum juga membuat tanda tanda keluar
Azriel merutuki sisi lain dirinya yang tiba tiba ada saat berfikir jika elliza dekat dengan lelaki lain
Azriel bukan tipe orang yang jika marah akan meledak ledak seperti tadi, biasanya ia hanya diam dan cuek terhadap orang yang membuatnya marah sampai orang itu sadar dengan kesalahannya sendiri
tapi demi apapun, ia saja tak tau fikirannya itu benar atau tidak, emosinya meledak begitu saja saat sadar jika Elliza keluar Apartmand apalagi dengan respon gadis itu tadi yang membuatnya semakin geram
Elliza tak pernah secuek itu padanya kecuali saat mereka baru bertemu beberapa bulan lalu
itu yang membuat dirinya tanpa dasar apapun membenarkan apa yang ia fikirkan, hingga tanpa sadar menghina eliza dengan kata kata yang tak pernah ia tau akan keluar begitu saja dari mulutnya
"Bodoh az.. bodoh" bukan sekali kalimat rutukan itu terucap, Azriel bahkan mengepalkan tangan memukulkan pada dahinya penuh penekanan
hingga dering pada ponselnya membuat azriel merogoh sakunya dengan malas
salah satu bodyguard nya yang ia tunjuk untuk melihat cctv sekitar gedung
"To the point" jawab azriel tanpa kalimat sapa sedikitpun
"baik tuan, nona Alisa tadi hanya duduk di taman, nona tidak melakukan apapun kecuali mengobrol dengan anak kecil dan ibu dari anak kecil itu"
Azriel menutup maniknya lama, menyadari jika yang sedari tadi ada dalam fikirannya terlalu berlebihan
dan lagi.. apa yang sebenarnya tadi ia katakan, bitch..? azriel tak tau apa elliza berbicara lagi dengannya setelah ini atau tidak
suara pintu terbuka yang ia dengar membuat kepalanya mendongak, maniknya melebar saat menangkap elliza yang tengah membawa tasnya menuruni tangga
badannya dengan cepat bergerak, berlari hingga melewati dua anak tangga sekaligus meskipun tau jika eliza juga akan melangkah turun
manik gadis itu sembam meskipun tak berani menatap kearahnya, tanpa jeda azriel merebut tas eliza sedetik setelah mereka berhadapan
eliza menahan namun sudah pasti siapa yang lebih mendominasi disana, tak cukup sampai disitu azriel membawa tubuh elliza dengan menggendongnya Bridal style
Elliza memekik, bahkan tangannya tak lepas memukul dada azriel, ia tak terima, setelah mengatainya dengan sebutan pelacur lelaki itu masih bertingkah seenaknya
apa azriel tak mempunyai rasa bersalah?
eliza menggigit bibir, menahan benda kenyal itu agar tak terlihat bergetar meskipun percuma karna bulir bening itu meluncur tanpa mampu ia cegah
"Lepas.. Riel, hiks" cicitan itu keluar seiring dengan isakan yang terdengar, mendengar itu azriel meneguk ludah susah
"aku bukan pelacur hiks.. bukan" rasa perih menjalar meremas hati azriel, ia tak menyangka jika mulutnya tadi terlalu lancang menyebut gadisnya seperti itu
memilih tak menanggapi azriel membawa gadis itu kedalam kamarnya, ia hanya tak ingin mengambil resiko jika elliza benar benar pergi darinya
menekan tombol kunci pada pintu azriel melangkah menuju bad ukuran Queen size dan mendudukkan elliza disana

KAMU SEDANG MEMBACA
Lizy's Diary
Fantasy# HARGAI KARYA AUTHOR DENGAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA # Lizy's Dairy terkadang apa yang kita yakini tak ada adalah sesuatu yang bisa terjadi di dunia ini kehendak tuhan memang lebih berkemungkinan terjadi dari pada apa yang manusia fikirkan seperti re...