Chap 1^

375 52 6
                                    


rintik air terlihat semakin deras mengguyur ibu kota

hari ini hujan tak membiarkan tanah mengering sedikitpun dan berulang kali menyiraminya

terhitung sudah tiga kali, dalam satu hari ini awan gelap dengan semangat bertata dan mulai menumpahkan airan bening yang di tampungnya

padahal sang bulan sudah lebih dari 5 jam menggantikan peran mentari, namun rintik itu tak juga berhenti

seakan meminta pada para penduduk bumi untuk diam di rumah dan tak berkeliaran kemena mana

berbeda dengan seseorang disana, seorang gadis yang tengah duduk di sudut meja sebuah kafe yang sepi, tak menandakan adanya pengunjung selain dirinya juga para pelayan yang tengah duduk santai sembari menyeruput minuman hangatnya

manik obsidiannya untuk kesekian kali menatap pada benda putih yang melingkar di tangannya, menghembuskan nafas kesal saat tau sudah lebih dari dua jam ia menunggu

namun dia.. kekasihnya itu tak juga terlihat dari balik pintu kaca yang tertutup

mengambil benda pipih yang ia taruh tepat di sebelah 6 cangkir coklat hangat yang kini hanya tinggal jejaknya, ia menekan tombol dial up di susul dengan bunyi tut tut teratur yang menandakan jika ponsel miliknya masih tersambung dengan sang kekasih

namun hingga berselang 15 detik bunyi itu tak juga berganti dengan suara lelaki yang begitu ia harap kehadirannya

tak putus asa, tangannya melakukan kembali hal yang sudah lebih dari 10x di ulanginya

hingga saat bunyi tut tut itu berhenti, berganti dengan bunyi gemerisik pelan membuat binar dimatanya tak mampu ia sembunyikan

"daniel--"

"lizy pleasse, berhenti nalphonin aku sekarang ok? clara lagi sakit baru istirahat, kamu nalphone terus terusan jadinya ganggu dia"

manik itu berembun, bibirnya bergetar, mencoba mengulum menahan sesuatu yang di rasakan sebentar lagi meledak

"tapi kamu udah janji malam ini kita ketemu dan"

"shut up, gak usah chaldies.. sekarang posisinya clara lebih butuh aku, ngertiin aku liz, sebelum kenal sama kamu clara lebih kenal aku dulu, jadi aku gak bisa selalu mentingin kamu, lagian ini hujan, kamu pulang aja kita ketemu kalau aku lagi gak sibuk"

TUT..

hancur sudah, ia merasa ada sesuatu yang hancur dalam rongga dadanya hingga memaksa mendongkrak keluar dengan berwujud air mata

sesenggukannya tak bisa ia tahan, lagi dan lagi kekasihnya mementingkan sahabat kecilnya yang jelas hanya pura pura sakit

Daniel.. lelaki itu hanya terlalu bodoh untuk menyadari kebohongan clara dan memilih untuk menyakitinya

memang kapan sih kekasihnya itu lebih mementingkan dirinya dari pada sahabatnya itu?

"mbak.. kafe sudah mau tutup"

Eliza.. gadis itu mendongak, menemukan seorang perempuan dengan seragam pelayan yang tengah meringis tak nyaman kearahnya

"kasih saya waktu lima menit" gumamnya sembari mengeluarkan uang bergambar presiden pertama indonesia lebih dari lima lembar

meskipun sekilas Eliza bisa melihat binar senang dimata pelayan itu sebelum akhirnya mengangguk dan kembali kebelakang

Eliza menyapu air matanya kasar, kembali menekan tombol dial up namun kali ini pada nomor yang berbeda

butuh waktu 10 detik hingga suara di sebrang sana membuatnya bersuara

"pah..?"

"mau apa lagi?"

Lizy's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang