rintik air terlihat semakin deras mengguyur ibu kotahari ini hujan tak membiarkan tanah mengering sedikitpun dan berulang kali menyiraminya
terhitung sudah tiga kali, dalam satu hari ini awan gelap dengan semangat bertata dan mulai menumpahkan airan bening yang di tampungnya
padahal sang bulan sudah lebih dari 5 jam menggantikan peran mentari, namun rintik itu tak juga berhenti
seakan meminta pada para penduduk bumi untuk diam di rumah dan tak berkeliaran kemena mana
berbeda dengan seseorang disana, seorang gadis yang tengah duduk di sudut meja sebuah kafe yang sepi, tak menandakan adanya pengunjung selain dirinya juga para pelayan yang tengah duduk santai sembari menyeruput minuman hangatnya
manik obsidiannya untuk kesekian kali menatap pada benda putih yang melingkar di tangannya, menghembuskan nafas kesal saat tau sudah lebih dari dua jam ia menunggu
namun dia.. kekasihnya itu tak juga terlihat dari balik pintu kaca yang tertutup
mengambil benda pipih yang ia taruh tepat di sebelah 6 cangkir coklat hangat yang kini hanya tinggal jejaknya, ia menekan tombol dial up di susul dengan bunyi tut tut teratur yang menandakan jika ponsel miliknya masih tersambung dengan sang kekasih
namun hingga berselang 15 detik bunyi itu tak juga berganti dengan suara lelaki yang begitu ia harap kehadirannya
tak putus asa, tangannya melakukan kembali hal yang sudah lebih dari 10x di ulanginya
hingga saat bunyi tut tut itu berhenti, berganti dengan bunyi gemerisik pelan membuat binar dimatanya tak mampu ia sembunyikan
"daniel--"
"lizy pleasse, berhenti nalphonin aku sekarang ok? clara lagi sakit baru istirahat, kamu nalphone terus terusan jadinya ganggu dia"
manik itu berembun, bibirnya bergetar, mencoba mengulum menahan sesuatu yang di rasakan sebentar lagi meledak
"tapi kamu udah janji malam ini kita ketemu dan"
"shut up, gak usah chaldies.. sekarang posisinya clara lebih butuh aku, ngertiin aku liz, sebelum kenal sama kamu clara lebih kenal aku dulu, jadi aku gak bisa selalu mentingin kamu, lagian ini hujan, kamu pulang aja kita ketemu kalau aku lagi gak sibuk"
TUT..
hancur sudah, ia merasa ada sesuatu yang hancur dalam rongga dadanya hingga memaksa mendongkrak keluar dengan berwujud air mata
sesenggukannya tak bisa ia tahan, lagi dan lagi kekasihnya mementingkan sahabat kecilnya yang jelas hanya pura pura sakit
Daniel.. lelaki itu hanya terlalu bodoh untuk menyadari kebohongan clara dan memilih untuk menyakitinya
memang kapan sih kekasihnya itu lebih mementingkan dirinya dari pada sahabatnya itu?
"mbak.. kafe sudah mau tutup"
Eliza.. gadis itu mendongak, menemukan seorang perempuan dengan seragam pelayan yang tengah meringis tak nyaman kearahnya
"kasih saya waktu lima menit" gumamnya sembari mengeluarkan uang bergambar presiden pertama indonesia lebih dari lima lembar
meskipun sekilas Eliza bisa melihat binar senang dimata pelayan itu sebelum akhirnya mengangguk dan kembali kebelakang
Eliza menyapu air matanya kasar, kembali menekan tombol dial up namun kali ini pada nomor yang berbeda
butuh waktu 10 detik hingga suara di sebrang sana membuatnya bersuara
"pah..?"
"mau apa lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lizy's Diary
Fantasía# HARGAI KARYA AUTHOR DENGAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA # Lizy's Dairy terkadang apa yang kita yakini tak ada adalah sesuatu yang bisa terjadi di dunia ini kehendak tuhan memang lebih berkemungkinan terjadi dari pada apa yang manusia fikirkan seperti re...