Ena kini melihat suasana rumah berubah. Ia seakan kembali di tempat masa kecilnya dimana ada papa dan mama yang selalu menyanyanginya. Ena berpikir apakah ini mimpi atau nyata?
Disini dirinya melihat kejadian masa lalu terulang kembali. Ena melihat sosok Ena kecil yang manis dan suka tersenyum, manja, dan sering diperhatikan. Disisi lain dirinya melihat sosok kakak kembarnya Ita duduk termenung sendirian seakan tidak ada yang peduli.
Ena berpikir kenapa dulu ia tidak membantu Ita? Mungkin jika waktu bisa diputar kembali ia ingin mengalah dengan kakaknya dan membiarkan kakaknya disayang dan diperhatikan.
"Ena anak Mama cantik banget sih." Mama Ena menyisir rambut pirang Ena dengan lemah lembut.
"Anak Papa juga dong, iya 'kan Ena?" Papanya langsung mencium pipi gembul Ena.
Sementara itu sosok Ita kecil malah mengepalkan kedua tangannya karena kesal dengan Ena. Ita merasa tidak dianggap dalam keluarga. Yang disayang hanya Ena saja.
Ita tidak dipedulikan, ia benci dengan keadaan ini.
"Ma, Pa. Kak Ita kenapa nggak diajak kesini? Papa sama Mama kenapa nggak pernah perhatian sama Kak Ita?" Ena kecil bertanya pada Mama dan Papanya.
"Dengar ya Ena sayang. Kakak kamu bisa hidup mandiri lagipula Kakak kamu baik-baik saja. Sementara Ena 'kan lagi sakit. Jadi Papa dan Mama lebih merhatiin Ena daripada Ita." Papanya menjelaskan semuanya pada Ena.
Ena kecil hanya mengangguk pelan.
"Bener kata Papa, Kakak kamu baik-baik saja. Jadi Mama fokus rawat kamu sampai sembuh," tutur Mamanya.
Disisi lain Ena melihat sosok Ita kecil langsung masuk masuk ke kamarnya dengan penuh kemarahan.
Ita kecil langsung mengambil buku diarynya dan menuliskan kata-kata.
Ita benci sama Ena
Karena Ena papa dan mama
Tidak sayang lagi sama ItaEna hanya bikin masalah
Sakit-sakitan ga jelas
Ita janji suatu saat
Ita bakal membalas perbuatan EnaSaat Ita dewasa Ita
Ita akan merebut segala hal
Yang dimiliki oleh Ena
Ita bakal bikin hidup Ena hancurSupaya Ena bisa tahu
Rasanya hidup tanpa kasih sayang
Apalagi perhatian dari orabgtua
Yang ada hanyalah kebencianIta menutup buku diarynya dan menyembunyikan bukunya di dalam laci meja belajarnya.
Ena yang melihat kejadian di masa lalunya langsung menangis tanpa suara. Airmatanya tidak bisa lagi menahan rasa sakit. Sekarang ia tahu mengapa Ita membencinya karena Ena memang pantas mendapatkan semua itu.
Tidak heran sampai sekarang Ita dewasa semakin membenci. Sekarang Ena bingung harus apa? Karena Ena tak bisa mengubah masalalu. Jikalau ada kesempatan untuk mengulang waktu pasti Ena akan memperbaiki semuanya. Namun semuanya sudah terjadi bener kata Ita, nasi sudah menjadi bubur sekarang ia hanya bisa menyesali perbuatannya di masa lalu.
"Ena!" Teriak Papanya dari tadi. Ena terbangun dari pingsannya. Ternyata ia hanya bermimpi. Padahal saat disana Ena merasa itu seperti nyata bahkan disana Ena sempat menangis melihat keadaan Ita saat itu.
'Maafin aku Ka Ita. Ena memang salah dan jahat. Ena memang benalu' batin Ena.
"Ena tahu nggak? Setengah jam Papa dan Ita nungguin kamu. Kamu malah enakan tidur." Papanya menatap Ena dengan wajah orang marah.
'Ena tadi pingsan Pa. Malahan Ena tadi bertemu Mama' Ena membatin kembali.
"Palingan Ena takut sama Papa makanya tidur," tutur Ita lalu pergi ke kamarnya.
"Maafin Ena Pa. Ena tadi memang ga sengaja tidur. Bisa dibilang pingsan. Kepala Ena pusing. Maafin Ena Pa. Kalau boleh jujur tadi pas pingsan Ena ketemu dengan Mama." Ena menjelaskan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrhenphobia [END]
Подростковая литератураKehidupan Ena berubah ketika Ena bertemu dengan Angkasa yang membantunya menyembuhkan fobianya dengan bersentuhan/ melihat cowo akan membuatnya sesak napas dan tangannya bergetar. Banyak sekali kesalahpahaman serta rintangan yang membuat Ena dan Ang...