Orang itu langsung memasuki ruang UKS dan saat Ena dan Bu Sania tahu mereka langsung terkejut.
'Asa kok bisa disini? Jangan sampai dia tahu tentang percakapan aku tadi' batin Ena.
"Assalamu'alaikum Bu Sania dan Ena," tutur Angkasa pastinya dengan tatapan datar dan tajam.
"Wassalamu'alaikum Angkasa," balas Bu Sania dan Ena serempak.
"Kalau begitu Bu Sania pergi dulu," pamit Bu Sania lalu pergi meninggalkan mereka berdua.
Mata Ena menyengir sambil berkata dalam hati, "Haduh gimana nih? Ntar aku harus jawab apa?"
"Asa maafin aku." Ena menunduk karena takut Angakasa akan membencinya.
"Maaf kenapa hmm?" tanya Angakasa mendekat kasur tempat Ena berbaring.
"Please jangan deket-deket aku takut Asa." Seperti biasanya setiap dengan lawan jenis tangannya gemetar ketakutan.
"Hmm." Angkasa hanya membalasnya dengan dehaman lalu menjauh sedikit dari Ena.
"Ena kenapa kamu ga jujur sama aku? Apakah aku tak layak buat kamu percaya? Kenapa aku harus mengetahui semuanya dari orang lain bukan dari kamu sendiri?" Gerutu Angkasa dalam hati.
"Maaf aku ga bisa jujur sama kamu." Ena masih saja menunduk ke bawah.
"Emang kamu salah? Lagipula aku bukan apa-apa buat kamu 'kan Ena?" tanya beruntun Angakasa dan membuat gadis itu merasa bersalah.
Mungkin jika ia berani berkata jujur pada Angkasa karena gadis itu takut akan kehilangan Angkasa. Persis seperti kejadian masalalu yang membuat semakin trauma pada lelaki.
Apakah mulai hari ini Angkasa akan pergi karena Ena tidak memberi tahu rahasianya? Malah justru Angakasa mengetahui dari orang lain.
Ena tak tahu sekarang harus apa, gadis itu bingung harus apa? Apakah nanti Angkasa percaya alasannya? Ataukah hanya memberikan kasih sayang sesaat dan berakhir dengan luka yang mendalam.
"Maaf kalau tadi kamu semuanya tanpa sengaja. Maafin aku ga bisa berbagi kisahku padamu." Ena menghela nafas panjangnya. "Kalau kamu mau pergi karena marah, kecewa, kesal sama aku gpp kok. Aku sudah terbiasa ditinggalkan."
Mata Ena berkaca-kaca seakan menahan tangis. Kenapa semesta kini merenggut kebahagiaannya? Padahal hanya sesaat aku merasakan kebahagiaan. Kenapa semua berakhir dengan kata perpisahan? Kenapa?
"Terserah kamu, itu bukan urusan aku," ketus Angkasa.
'Ena aku kecewa banget sama kamu padahal aku sudah jatuh hati padamu. Tapi kenapa kamu merusaknya? Kenapa Na?' batin Angkasa kecewa dengan sikap Ena.
"Maaf Asa, kamu kalau mau marah sama aku boleh, maki aku silahkan, tapi jangan diem mulu itu membuat aku tersakiti." Ena mencoba menahan tangisnya, ia tak ingin dianggap gadis lemah. Kalau dulu ia bisa bangkit kenapa sekarang tidak?
"Aku cuman kecewa sama kamu," tutur Angakasa.
Sekarang hati dan perasaan Angkasa hancur lebur karena seorang gadis saja. Ini adalah hal pertama yang pernah dialaminya. Awalnya dirinya ingin memaafkan gadis itu, namun setelah melihat kejadian tadi membuatnya berubah pikiran.
Dahulu Angkasa adalah cowok dingin seperti es kutub dan ketus pada semua gadis. Dahulu tidak ada seorang gadis yang ia pedulikan kecuali mama sendiri. Bagi Angkasa cinta itu hanya membuatnya lemah.
Cinta hanya menyiksakan luka dan kepahitan.Semua berubah saat Angakasa bertemu dengan Ena, gadis dengan sejuta misteri yang membuatnya tanpa sadar merubah sikapnya. Gadis itu yang berhasil memecahkan es kutub di dalam dirinya. Namun justru karena gadis itu juga membuatnya kecewa dan mematahkan hatinya.
Apakah ini jalan takdir untuk mengujinya? Agar Angakasa bisa lebih peka dengan yang lain dan jangan mendekati seseorang karena penasaran dan mengungkapkan misteri saja? Apakah ini karma? Karena Angakasa hanya penarasan bukan tulus dari hati. Namun setelah beberapa kali dekat dengan gadis itu, dirinya menyadari bahwa ada perasaan yang mulai tumbuh tanpa diundang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrhenphobia [END]
Teen FictionKehidupan Ena berubah ketika Ena bertemu dengan Angkasa yang membantunya menyembuhkan fobianya dengan bersentuhan/ melihat cowo akan membuatnya sesak napas dan tangannya bergetar. Banyak sekali kesalahpahaman serta rintangan yang membuat Ena dan Ang...