18

211 13 0
                                    

Disaat Angakasa membawa Ena ke UKS, banyak pasang mata yang melihat kejadian itu.

"Ena pura-pura pingsan aja. Gadis macam apa itu?"

"Pinter banget sih Ena caper sama Angkasa."

"Angkasa ganteng banget cocok ga cocok sama Ena yang biasa aja."

"Harusnya Angkasa sama orang sepadan aja."

Banyak sekali celotehan dari teman-temannya namun Angkasa tetap diam, yang terpenting baginya sekarang adalah menyelamatkan Ena.

Untuk urusan celotehan dari teman-temannya itu ga penting bagi Angkasa lagipula terserah Angkasa mau deket sama siapa. Kenapa mereka sok ngatur hidupnya.

Sesampainya di UKS, Angkasa langsung meletakkan tubuh Ena ke kasur yang ada di ruangan UKS. Gadis itu masih terdampar dalam pingsan. Wajahnya masih pucat pasi dan tangannya masih saja bergetar terus.

Terlihat sekali bahwa wajah Angkasa yang masih saja dingin dan datar seperti tembok. Namun di dalam hatinya sangat mencemaskan keadaan Ena. Apalagi kejadian tadi membuat Angkasa semakin cemas.

"Kenapa tanganmu telapak tanganmu bergetar terus Ena? Maafin aku gara-gara aku kamu jadi begini." Monolog Angkasa.

Kini Ena telah di periksa oleh seorang dokter karena memang Angkasa yang memanggil dokter itu ke sekolah untuk memeriksa kondisi Ena.

"Gimana Kak Rangga?" tanya Angkasa sedari tadi memegang salah satu Ena.

"Dia cuman kurang istirahat, kecapekan, kurang cairan apalagi di lihat keadaannya dia belum makan," tutur Dokter Rangga. Atau lebih di kenal Kak Rangga karena usianya masih muda baru 23 tahun. Rangga adalah dokter pribadi dari keluarga Angkasa. Jadi jangan heran Angkasa memanggilnya dengan kata Kak.

"Terus Kak Rangga kenapa telapak tangannya bergetar terus?" tanya Angkasa karena bingung semenjak kenal dengan Ena. Telapak tangan gadis itu selalu bergetar terus tanpa sebab jelas.

"Kalau soal itu belum tahu sebab pastinya nanti kamu bisa tanyakan sendiri pada orangnya setelah siuman. Tapi satu hal yang Kak Rangga tahu gadis ini memiliki sebuah rahasia yang ditutupi dari yang lain bisa jadi itu penyakit atau hal lain dan banyak sekali kejanggalan dalam dirinya." Kak Rangga menjelaskan semuanya tentang Ena.

"Iya Angkasa juga bingung sama sikap dia," tutur Angkasa.

"Bingung gimana?" tanya Rangga.

"Ya dia aneh banget," balas Angkasa.

"Aneh gimana?" tanya Rangga.

"Dia itu aneh banget sejak awal ketemu, dia kalau sama Angkasa selalu menjauh alesannya karena ada sebab yang tak bisa diceritakan padahal yang lain malah mendekati Angkasa."

"Kenapa kamu peduli dan penasaran sama dia?" tanya Rangga.

"Karena dia berbeda dari yang lain." Angkasa menatap Rangga dengan tatapan tajam dan datar seperti tembok.

"Kalau begitu Kak Rangga pergi dulu. Itu udah ada obat nanti minta untuk di minum. Lain kali kalau ada waktu kita bahas soal teman kamu itu." Pamit Rangga lalu menghilang di balik tembok.

"Thanka Ka," balas Angkasa masih dengan tatapan datarnya.

Angakasa masih saja menunggu Ena siuman. Mendengar penjelasan dari Rangga, Angkasa semakin yakin kejanggalan dalam diri Ena itu pasti hal yang sangat besar dan berpengaruh dalam hidup Ena.

Tapi Angkasa juga bingung kenapa peduli dengan Ena? Apakah karena dia berbeda dari yang lain atau justru ada perasaan lain?

Entahlah Angkasa juga bingung atas tindakannya padahal sebelum mengenal Ena, Angkasa sangat cuek pada gadis. Bahkan tiap dikasih kado/hadiah seperti cokelat pasti nanti ujung-ujungnya di berikan kepada temannya daripada basi lebih baik di kasih yang lain aja.

Arrhenphobia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang