32

168 10 0
                                    

Kring....

Semua murid di SMA Investama langsung masuk ke dalam kelasnya masing-masing.

Terdengar suara langkah kaki menuju ruang kelas 11 MIPA 2.

"Assalamu'alaikum anak-anak hari ini ada murid baru, silakan masuk!" Perintah Bu Sania.

"Waalaikumsalam," balas serempak semua yang ada di kelas.

'Semoga itu bukan Alen' batin Ena dengan raut wajah takut dan gelisah.

Membuat Angkasa cemas, saat ditanya mengapa ekspresi gadis itu berubah semenjak bertubrukan dengan laki-laki tadi?

'Aku harap kamu baik-baik aja Na, walaupun ada firasat tidak enak tentang kamu. Semoga itu hanya prasangka saja bukan kenyataan' batin Angkasa sekilas melihat Ena.

Saat gadis itu merasa diperhatikan Angkasa, dirinya langsung mengalihkan pandangannya. Andaikan saja dirinya bisa jujur pada laki-laki yang sedang duduk di sampingnya, mungkin sekarang dirinya tak setakut ini.

Seseorang yang dipanggil Bu Sania langsung masuk ke dalam kelas.

"Silakan perkenalan dirimu!" Perintah Bu Sania.

"Perkenalkan namaku Aleidan Weilham Manian, bisa dipanggil Alen pindahan dari Jakarta."

Semua murid yang ada di kelas langsing pada terkejut melihat kedatangan Alen, sebab laki-laki itu pernah sekolah di SMA Investama 1 tahun yang lalu. Namun, mengapa tiba-tiba Alen kembali?

Jangan heran mengapa banyak orang yang mengetahui jati diri Alen karena laki-laki itu termasuk salah satu most wanted di SMA yang terkenal dengan sikap dinginnya.

Banyak sekali kaum hawa yang mendambakan sosok Alen. Jadi kabar kembalinya Alen akan membawa warna baru bagi seluruh murid SMA Investama
Tapi bagi Ena kembalinya laki-laki itu membawa awan kelabu.

Pasalnya karena Alen dirinya merasakan kebahagiaan sekaligus jejak luka yang sampai sekarang masih terpendam dalam lubuk hatinya.

Awan kelabu yang membuatnya trauma untuk jatuh cinta, kehadiran Alen membuatnya tidak tenang.

Gadis itu takut nanti Angkasa akan menjauhinya karena perubahan sikap drastis yang dilakukannya.

Yang paling parah dan membuat mungkin jikalau ini terjadi adalah Ena takut Alen akan membongkar rahasianya kepada seluruh murid di SMA. Pasti saat itu kehidupannya akan hancur.

Mungkin di Alen masih sedikit baik membiarkan gadis itu bernapas dengan tenang di SMA. Namun, jika kesahfahaman di masa lampau membuat justru balas dendam dan memberi tahu sesuatu pada Angkasa.
Itu akan menjadi hal yang sangat buruk.

"Alen silakan duduk di bangku paling pojok sebelah kanan dari meja Ibu,' tutur Bu Sania.

Alen langsung berjalan menuju meja yang diperuntukkan untuknya.

Saat berjalan pandangan teman-temanya langsung melihat ke wajah Alen.

"Alen udah lama ga ketemu kamu. Kenapa kamu baru balik Len."

"Len, tahu nggak selama kamu pergi, hatiku kosong se kosong air galon yang udah habis."

"Akhirnya yang ditunggu sekian lama tiba. Alen akhirnya ga pergi lagi."

"Kembali ke sekolah pasti membuat
kaum hawa terpana termasuk aku."

Banyak sekali celotehan yang diutarakan oleh murid yang ada di kelas. Berbeda dengan yang lain, Ena juga lebih memilih diam seribu bahasa daripada menyapa Alen.

"Mengapa semua pada mengenal Alen? Siapakah sosok Alen sebenarnya yang membuat Ena terdiam sementara murid lain gembar?" Monolog Angkasa.

Angkasa menepuk pundak Ena. "Na, kamu nggak papa 'kan?
Ena memutar bola matanya ke arah Angkasa. "Nggak papa kok." Gadis itu menyinggungkan senyumnya.

Disisi lain Ita tengah berbisik-bisik dengan Ara untuk menyusun rencana menjebak Alen dan menghasut Alen agar memberi tahu rahasianya Ena.

"Ra, gimana kalau kita gembarin rasanya besok pagi aja?" tutur dengan nada pelan.

"Siap, ntar pas Ena masuk sekolah langsung deh kasih boom biar tahu rasa dia," balas Ara.

"Anak-anak kita lanjutkan materi kemarin," tutur Bu Sania.

Arrhenphobia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang