20

221 12 0
                                    

Angakasa masih saja memikirkan sikap aneh yang dimiliki gadis itu. Gadis itu yang membuatnya penasaran dengan kehidupannya.

Gadis itu memang sangat pandai untuk menyembunyikan dan menyimpan segala hal sendirian. Saking rapatnya semua tidak mengetahuinya.

Bel sekolah telah berbunyi menandakan semua murid di sekolahnya harus masuk ke kelasnya masing-masing.

"Asa," panggil Ena lemah.

"Iya Ena gimana?" tanya Angkasa.

"Ini udah masuk jam pembelajaran kamu ga masuk ke kelas? Ntar di marahin loh." tanya Ena.

"Kalau aku ke kelas kamu gimana?" tanya balik Angkasa. Laki-laki itu jika dirinya pergi ke kelas nanti Ena tidak ada yang menjaganya dan bisa saja Ita dkk akan menggangu gadis itu.

"Aku disini gpp kok." Ena tersenyum tipis.

"Ya udah jangan kemana-mana nanti aku izinin sama gurunya," tutur Angkasa.

"Makasih, maaf ya Asa sejak pertemuan kita aku selalu nyusahin kamu. Maaf banget aku emang aneh dan berguna." Ena menunduk kebawah karena merasa tidak enak pada Angkasa.

"Kamu ga salah. Emang sih kamu aneh tapi jangan bilang kamu ga berguna oke?" Angakasa menyinggungkan senyumnya pada Ena.

"Kenapa?" Beo Ena.

"Karena manusia terlahir dengan tujuan yang berbeda termasuk kamu. Kamu memang tidak hidup sempurna tapi ga semua orang bisa bertahan seperti kamu." Terang Angkasa.

"Iya maaf. Ya udah sana masuk kelas," pinta Ena.

Angakasa hanya mengangguk pelan lalu berjalan menaiki tangga karena letak kelasnya di lantai dua.

Sesampainya di kelas 11 IPA 2.

Angakasa langsung nyelonong masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Bu saya disini mewakili murid kelas 11 IPA 2 bernama Arsina Jalena Sanders minta izin karena Arsina tengah sakit dan sekarang lagi istirahat di UKS. Untuk itu mohon izinnya," tutur Angkasa.

"Ouh baik Ibu izinkan," tutur Bu Sania.

"Terimakasih." Angkasa langsung pergi ke tempat duduknya.

Banyak sekali murid di kelas yang berbisik-bisik tentang Ena. Bagaimana seorang gadis biasa mampu membuat Ena jatuh hati padanya? Jika dilihat dalam pandangan orang termasuk orang yang susah bergaul, introvert namun pintar dalam pelajaran.

"Ena kok bisa diizinin sama Angakasa sih?"

"Palingan Ena caper lagi. Pura-pura pingsan."

"Dasar gadis drama!"

"Ga cocok Ena bersanding dengan Angkasa yang menjadi salah satu most wanted dikelas."

Itulah celotehan dari teman-temannya. Namun, Angkasa tidak menanggapinya karena baginya itu tidak penting. Lagipula dirinya sudah terbiasa dengan tatapan orang lain. Yang terpenting baginya adalah kesembuhan Ena dan mencari titik terang tentang keanehan dalam diri gadis itu.

"Diam!! Kalian fokus ke pelajaran." Bu Sania murka karena muridnya malah berbisik membahas soal Ena.

Bu Sania sebenarnya juga cemas dengan keadaan Ena karena semenjak kelas 10 guru itu memang mengetahui rahasia tentang Ena. Maka dari itu dirinya harus mengetahui kenapa Ena bisa sakit? Apakah karena phobianya terhadap laki-laki? Ataukah ada hal lain yang disembunyikan oleh Ena?

Seketika semua murid yang ada di kelas 11 IPA 2 diam dan suasana kelas menjadi sunyi dan menegangkan.

'Sampai kapan ya aku harus terbayang-bayang wajah dia?' batin Angkasa. Angkasa juga bingung kenapa dirinya tertarik pada gadis aneh seperti dia? Padahal sebelum mengenal dia Angkasa adalah laki-laki yang cuek terhadap perempuan. Dahulu dirinya tak memperdulikan sifat gadis-gadis yang mendekatinya. Malahan dirinya acuh dan peduli. Namun kenapa hal itu membuat gadis-gadis semakin tertarik kepadanya?

Apakah itu resiko dirinya memiliki wajah tampan?

Arrhenphobia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang