26

187 14 0
                                    

Ena membatin Apakah Angkasa memang ada perasaan untuknya? Ataukah sekadar lelocon?

Sikap Angkasa memang dari luar kelihatannya dingin seperti kutub es, sulit untuk tersentuh, menampakan wajah datar seperti tembok, susah sekali untuk tersenyum, dan kalau bicara langsung to the poin. Namun ada sisi lain dari diri laki-laki itu yang tak ditunjukan ke sembarang orang, hanya ditunjukkan kepada orang yang dianggap spesial dan berarti bagi kehidupannya.

Bukannya Angkasa tak ingin jujur dan lebih terbuka kepada yang lain, laki-laki itu hanya tak ingin orang lain memanfaatkan sifat baiknya. Lebih baik cukup beberapa orang yang bisa dipercaya saja yang mengetahui dinginnya.

Buat apa laki-laki itu memberi tahu ke yang lain secara terus terang? Tak ada gunanya karena pasti orang yang tulus padanya akan mengerti alasan mengapa ia bersikap seperti itu.

Seperti kata pepatah mempunyai dan mendapatkan banyak teman memang sangatlah mudah, namun mencari yang tulus dan bisa menerima itu tidaklah mudah. Lebih baik memiliki beberapa teman saja tapi bisa menghargai, mensupport, menerima dengan ikhlas tanpa mendapatkan imbalan daripada memiliki banyak teman tapi hanya datang ketika butuh saja atau bisa dikenal sebagai fake friend. Hanya memanfaatkan saja habis itu menghilangkan bak ditelan bumi.

Hal sederhana soal pertemanan tapi memiliki banyak topik lanjutan yang tak selesai-selesai. Memang begitulah kehidupan ada yang baik ada yang buruk. Ada yang malas ada yang mau bekerja keras. Semua rata layaknya manusia ada plus ada minusnya. Baik dari segi sikap dan perilaku. Ada kekurangan dan kelebihan.

Dunia memanglah sangat membuat manusia terlena atas keindahan dan suasananya, namun sebagai hamba Allah yang beriman harus bisa mengejar keduanya. Harus mengejar dunia dan akhirat, karena akhirat adalah tempat abadi manusia.
Dunianya hanyalah sebuah singgahan sementara untuk mengumpulkan amalan dan kebaikan untuk bekal di akhirat.

"Ena lanjut soal kamu tadi gih keburu nanti jam 11 loh," tutur Angakasa.

"Eh iya maaf gara-gara aku nanya malah ga selesai-selesai." Ena menyerngai kuda.

"Gpp kok," balas Angkasa singkat.

"Kamu mau tahu dari yang mana?" tanya Ena.

"Bagaimana bisa Ita tahu tentang rahasiamu?" tanya balik Angkasa.

"Sebelum aku cerita kamu harus menyimpan semuanya baik-baik dan tak boleh membocorkan ke orang lain," pinta Ena agar semuanya tidak semakin rumit. Cukuplah phobianya membuat hidupnya frustasi jangan sampai masalah lain membuatnya terpuruk untuk kedua kalinya. Cukup dulu gadis itu mengalami jangan sampai masuk ke dalam lubang yang sama.

"Hmm." Balas Angkasa dengan dehaman saja. Laki-laki itu tak sabar mendengarkan semua yang akan dibongkar perlahan oleh Ena, gadis yang membuatnya merubah sikapnya.

"Kak Ita sebenarnya Kakak kembarku." Ena tersenyum tipis.

"What? Kok bisa? Tapi kok sifatnya berbanding terbalik?" tanya beruntun Angkasa sebab tak percaya bagaimana Ena, gadis polos yang menggunakan hijab, lugu, pendiam, jarang berbicara bisa mempunyai saudara kembar seperti Ita, gadis yang suka makeup an, judes, jutek, suka membuly, suka caper, suka menebar pesona memiliki ikatan darah? Ibaratnya seperti bumi dan langit bertolak belakang tapi ada kaitannya.

Angkasa masih terheran-heran mendengar kebenaran ini membuatnya tercengang karena wajah mereka tidak terlihat kembar sebab Ena tidak menggunakan hijab dan natural tanpa makeup, baik, ramah sementara Ita suka tebar pesona, tidak memakai hijab, suka makeup membuatnya ambigu memikirkannya.

Takdir Allah memang tak bisa diperkirkan oleh nalar dan logika tapi itu nyata.

Arrhenphobia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang