24

193 10 0
                                    

Angkasa membuang mukanya dan beranjak pergi darisana. Andaikan saja sejak awal dirinya tahu kalau sebenarnya jatuh cinta rasanya sepahit ini, mungkin dirinya pasti tak akan melakukannya dan berakhir dengan kata penyesalan.

Penyesalan yang menyisakan luka yang mendalam, penyesalan adalah hal yang harus laki-laki itu terima. Semuanya sudah terjadi, laki-laki itu hanya bisa menyesali perbuatannya dan mengambil hikmahnya saja.

Penyesalan yang datang diakhir bukan di awal kalau di awal namanya pertemuan. Harusnya laki-laki sadar kalau melakukan sesuatu harus di pikirkan konsekuensinya.

Laki-laki itu bukan marah pada Ena, ia hanya kecewa. Kecewa karena Ena tidak mau jujur padanya dan justru harus mengetahui semuanya dari orang lain.

"Asa tolong maafin aku, beri aku kesempatan lagi. Ena akan berusaha membuka perasaan dan lebih terbuka kepadamu," pinta Ena yang masih ada diatas ranjang UKS.

Angkasa tidak menoleh kepada Ena, laki-laki masih saja diam seperti patung.

"Tolong Asa, hanya kamu yang Ena punya di dunia ini, Ena hanya masih trauma kejadian lampau yang membuat Ena takut untuk jatuh cinta dan memberikan kepercayaan kepada orang lain." Ena menghela napas berat. "Kalau Asa mau, Ena bisa memberi tahu semuanya asalkan Asa mau kembali."

Angkasa menoleh ke arahnya. "Kalau aku beri kesempatan apakah kamu mau terus terang padaku?" Angkasa berjalan mendekati Ena seraya berkata. "Kalau kamu terus terang, Asa akan bantu Ena untuk menyembuhkan penyakit yang kamu derita."

"Insyaallah Asa, beneran 'kan kamu mau maafin aku?" Ena mengerjapkan matanya karena gembira.

"Anak-anak karena hari ini bapak ibu guru ada rapat jadi kalian bebas dan tetap mengikuti aturan sekolah dengan tetap berada di sekolah dan boleh pulang jam 11.00 WIB." Terdengar suara pengumuman dari ruang guru. Pastinya membuat semua murid yang ada di sekolah sangat bergembira karena bisa bebas dan tidak mengikuti KMB.

"Alhamdulillah jadi Ena bisa istirahat." Ena tersenyum tipis mendengar kabar bahagia ini. Sebab saat nanti bel berbunyi, gadis itu terpaksa mengikuti pembelajaran karena tidak ingin ketinggian pelajaran. Kalau bagi siswa-siswi pada umumnya justru bahagia.

"Kalau maafin kamu aku udah bisa, tapi rasa kecewa sama kamu masih ada." Angkasa menatap lekat setiap inci wajah Ena.

"Iya maaf Asa emang aku salah. Maafin aku yah Asa."

"Iya tapi soal masalalu kamu bukan tentang phobiamu, aku ga maksa sok. Aku hanya ingin mendengar penjelasan yang asli dari kamu bukan kata orang lain."

Angakasa menjauh sedikit dari ranjang UKS tempat Ena berbaring, sebab laki-laki itu menyadari itulah hal terbaik yang harus ia lakukan demi keselamatan gadisnya.

"Maafin aku gara-gara aku kamu jadi kecewa," tutur Ena berulang kali dengan menyebut kata maaf.

"Memang manusia harus saling memaafkan sebab Allah saja mampu memaafkan dosa manusia yang dalamnya sebesar lautan, kenapa kita sebagai manusia yang penuh dosa enggak?"

"Iya, Asa aku boleh memberi tahu dalil Al-Quran tentang itu ndak?" tanya Ena.

"Boleh emang kamu hapal?" tanya balik Angkasa.

Ena hanya mengangguk pelan dan memberi tahu dalil Al-Quran tentang Allah memaafkan semua dosa hambanya yang dalamnya sebesar lautan.

Seperti yang tertuang dalam Q.S Az Zumar ayat 39.
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)."

Angkasa menjadi pendengar yang baik dan menyimak setiap kata yang diucapkan oleh Ena.

"Ena kamu kok bisa hafal caranya gimana?" tanya Angkasa selepas Ena mengucapkan dalil Al-Quran.

"Alhamdulillah aku belajar sendiri dengan membaca Al-Quran berisi terjemahan ayat tersebut. Lagi pula Al-Qur'an adalah penenang bagi semua hati yang terluka dan juga pedoman hidup bagi setiap umat manusia." Terang Ena dengan fasihnya dan membuat hati Angkasa meleleh seperti es krim yang dipanaskan.

"Ena mungkin dengan aku memberikan kesempatan lagi itu hal yang benar sebab kamu istimewa dibandingkan yang lain" gumam Angkasa.

"Asa kamu bilang apa? Kok kayak bisik-bisik." tanya Ena penasaran.

"Gpp Ena aku boleh minta penjelasan lebih rinci ga? Soal makna ayat Al-Quran itu." tanya Angkasa kini dengan senyuman merekah dan membuatnya semakin mempesona.

"Boleh kok," balas Ena singkat.

Kini Angakasa sudah mulai mempercayai Ena walaupun masih ada secuil rasa kecewa atas perbuatannya.

"Maksud semua dosa itu semuanya? Termasuk dosa zina dan syirik?" tanya beruntun Angakasa.

"Iya bener Asa, dosa syirik, zina, dan dosa kecil ataupun dosa besar Allah mengampuni semua hambanya asalkan mereka mau bertaubat dan memperbaiki diri." Terang Ena. Sementara Angkasa hanya manggut-manggut.

"Emang kamu ga tahu?" tanya Ena.

"Tahu cuman secuil ya seperti penuturan aku tadi sih. Yang jelas dan rinci makna dalil Al-Quran aku belum tahu," balas Angkasa.

"Gpp kan sekarang udah tahu," tutur Ena.

Arrhenphobia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang