Bagian ketiga

477 253 244
                                    

Hai ... semuanya.
Selamat datang di cerita ini. Semoga kalian suka dan tertarik. Pasti kalian mengerti bagaimana cara menghargai tulisan seseorang.

Pada cerita ini. Beberapa tokoh akan saya ganti nama depannya demi keberlangsungan cerita.

Ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan kehidupan nyata. Ini murni cerita fiksi.

.
.
.
.
.

"Bagaimana sekolahnya?"

Tanya Jeongyeon, yang sedang memotong sayuran.

"Tidak terlalu buruk. Aunty. Masakan Aunty memang terbaik."

Puji Jisung. Saat ini Jisung sedang menikmati Kimchi jjigae, buatan Jeongyeon.

"Tentu saja. Makan yang banyak, biar Jie tumbuh dengan baik."

Jeongyeon berdiri dari duduknya. Membawa sayuran hijau ke wastafel untuk di bersihkan.

"Baikalah. Apa Aunty tau. Semalam Papa, mengaku-ngaku sudah bisa memasak."

Jisung memang selalu berbagi cerita dengan Jeongyeon. Bahkan saat Jisung merindukan Ibunya. Ia akan mendekat kearah Jeongyeon dan berbagi cerita.

Jeongyeon langsung memeluknya, dan memberikan kata-kata penghibur. Hal itu lah yang tidak bisa Jisung lakukan bersama Winwin.

Jisung mengetahui, Papanya pasti merindukan Ibunya juga.

"Jinjja. Apa Jie memakannya?"

Tanya Jeongyeon terdengar sangat khawatir. Jisung menganggukan kepalanya.

"Aishh. Setelah makan mari ke rumah sakit. Ini sangat membuatku khawatir."

Jeongyeon dengan cepat menyelesaikan pekerjaannya. Ia melakukannya dengan terburu-buru.

"Aunty, tenanglah. Ceritaku masih belum selesai."

Ujar Jisung dengan santainya. Ia melatkkan piring kotornya di atas wastafel, tak lupa mencucinya.

Jeongyeon yang sudah melepaskan apronnya, menatap heran kearah Jisung.

"Apa kamu baik-baik saja. Perutmu sakit? Kepalamu pening?"

Jeongyeon bertanya sambil memeriksa tubuh Jisung.

"Makan malam kami. Masakan Aunty. Bagaimana bisa aku sakit."

Terdengar helaan nafas lega Jeongyeon.

"Syukurlah. Tetapi kenapa Jie bilang itu masakan Papamu?"

Jeongnyeon kembali memasang apronnya. Ia sudah terlanjur khawatir dengan keadaan Jisung.

"Papa hanya ngaku-ngaku saja."

Jawab Jisung membuntuti Jeongyeon kedapur.

"Jika benar Papamu memasak. Apa kamu mau memakannya?"

Tanya Jeongyeon yang mengambil bungkusan mihun putih.

"Tentu saja. Jisung tidak mau Papa kecewa."

"Jangan pernah makan-makanan buatan Papamu. Aunty akan tetap memasakan makanan untukmu. Nanti kamu bisa sakit."

"Papamu sungguh buruk dalam hal memasak."

Jeongyeon memasukkan Mihun putih ke dalam panci. Ia merebus mie untuk di jual.

"Jisung hanya tidak mau Papa kecewa."

Jawab Jisung, sambil menggulung kaki bajunya. Beberapa menit Jeongyeon tidak menjawab. Ia masih sibuk membuat bumbu lainnya.

Life partner | Winwin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang