Hari-hari Jungkook berubah. Tenang, damai seperti air danau. Tak ada riak, apalagi gelombang.
Ia tak perlu cemas dan mengkhawatirkan nasib pinggang dan dagunya lagi. Sebab, pelaku utama dari gangguan itu sudah tobat.
Setidaknya itu yang terjadi sejak semalam Taehyung bersama sepupunya datang ke apartemen Jungkook.
Hingga bel sekolah usai, tak didapati sama sekali sikap aneh Taehyung kepadanya. Bahkan siswa paling tampan seantero bumi itu terlihat menjauh dan menjaga jaraknya dengan Jungkook sejak memasuki kelas.
Jungkook merasa lega, tapi juga merasa ada sesuatu yang kurang di kesehariannya. Ia mencuri pandang dari belakang saat mereka ke luar dari kelas untuk pulang.
Taehyung terlihat asyik mengobrol dengan satu geng wanita cantik yang jadi primadona sekolah. Mereka bercanda bahkan sambil melakukan kontak fisik, seperti saling pukul manja, dan cubit-cubitan
Jungkook pura-pura tak perduli, tapi sungguh ia merasa terganggu melihat itu semua. Jungkook mempercepat langkah menuju halaman sekolah, melewati Taehyung dan para gadis cantik dan sexy itu.
Tanpa disadarinya, salah satu dari mereka menahan lengan Jungkook. Menarik tubuhnya mendekat.
"Hai, manis! Kau dengar tidak, kita selalu digosipkan berpacaran di kelas, padahal kita tidak dekat sama sekali. Justru Taehyung yang sering menggodamu dan sepertinya menyukaimu. Benar tidak?" gadis berponi, berbibir sexy bernama Lalisa berbicara sambil merangkul bahu Jungkook.
"Ya ... itu benar!!!" terdengar seruan persetujuan dari teman-temannya.
"Sekarang tidak lagi," jawab Taehyung santai.
"Aku lebih suka gadis-gadis cantik seperti kalian!!" seru Taehyung, sambil mencolek dagu mereka satu-satu, yang disambut teriakan manja dari mereka.
Yah, siapa yang tak senang disukai most handsome in the word. Lisa, Rose dan Jennie tentu bahagia bisa dekat dengan Taehyung.
Jungkook merasa jengah, sepertinya ia cemburu parah. Tapi pemuda manis itu mana bisa membedakan rasa cemburu dan rasa kesal.
Ia berlalu secepat mungkin dari hadapan Taehyung, setelah membebaskan diri dari rangkulan Lisa.
Jungkook hanya ingin sampai ke apartemen lebih cepat dan bertemu hyungnya.
.
.Beberapa hal yang sebenarnya ingin kita lakukan tapi tak bisa kita lakukan. Sebaliknya hal yang kita hindari justru itu yang terpaksa harus kita jalani.
Xiao Zhan memegang sepatula, mengaduk-aduk udang bumbu pedas manis yang baru saja ia tuang ke wajan. Tapi pikiran Zhan berada di tempat lain.
Di rumah bordir Jimin, sedang memikirkan nasibnya. Ia tidak ingin selamanya menjadi pria penghibur. Jika bisa, ia ingin berhenti secepatnya dan tak perlu khawatir tentang adiknya. Ia ingin mencari pekerjaan yang lebih baik, apapun yang lebih layak dari sekedar menjilati sperma.
Xiao Zhan terkejut dan sadar dari lamunannya saat suara pintu apartemen dibuka, disusul suara langkah sepatu kets yang berlari ke arahnya.
Wajah cantik adiknya, dengan mole yang sama, dan gigi kelinci yang mirip dengan Xiao Zhan, menyembul dari balik kayu pembatas ruang tamu dan dapur.
"Hyung, aku pulang!!"
Xiao Zhan berbalik, dengan cepat menyembunyikan raut resah di mukanya.
"Mau makan siang?" tanya Zhan dengan senyuman.
Saat Zhan sadar tentang makan siang yang ia tawarkan, udang di wajan sudah berubah kecoklatan, dan cabe-cabe serta bawang di sekitarnya berubah jadi hitam. Masakannya gosong.
Jungkook mengais-ngais udang di antara bawang yang gosong. Mencari warna kulit udang yang tak terlalu gelap.
"Ini masih bisa dimakan, hyung."
Jungkook nyengir, menampilkan deretan gigi lucunya, menenggelamkan matanya menjadi lekukan bulan sabit.
"Kau ini, hyung bisa pesan makanan cepat saji. Kau bisa menunggu sebentar."
"Tidak usah, hyung. Masakan hyung lebih enak!"
"Tapi ini gosong!"
Tanpa menyahut lagi, Jungkook sudah memasukkan satu ekor udang berukuran sedang itu ke mulutnya, disusul satu suap nasi yang membuat mulutnya penuh, dan pipinya yang gembul terlihat bergerak-gerak lucu saat mengunyah.
"Oh iya, nanti malam kakak libur kerja. Tapi ada janji dengan teman."
Xiao Zhan berbicara sambil menuangkan air untuk adiknya. Tangannya sedikit gemetar, saat membayangkan pertemuan macam apa yang akan terjadi antara dia dan Wang Yibo.
"Aku akan jadi anak yang patuh, menunggu hyung pulang!!" Seperti biasa Jungkook tersenyum lagi, kini lesung pipinya yang manis tampak di wajahnya.
"Adikku memang yang paling manis."
Zhan mengelus rambut pemuda di depannya.
Jungkook tidak boleh tahu, jika teman yang akan ditemui Zhan adalah kakak sepupu Taehyung.
.
.Xiao Zhan kembali melirik jam weker di nakas dengan gelisah. Menghitung detik demi detik yang berlalu sangat cepat. Menit demi menit yang terasa mencekik matanya.
Ia tak mengerti kenapa pria itu mengajak Zhan makan malam. Jelas dari kata-kata yang Yibo tulis, pria itu ingin memeras Zhan. Apa mungkin Wang Yibo meminta pelayanan gratis selama sebulan dengan ancaman akan tutup mulut di depan Jungkook?
Xiao Zhan ngeri membayangkan itu semua.
Sudah jam 7.30 saat Xiao Zhan ke luar dari kamar mandi. Mencari pakaian yang tidak terlalu mencolok, tapi sayang Xiao Zhan memiliki sedikit kemeja.
Memakai kaos di saat makan malam sungguh tidak stylish. Xiao Zhan juga tahu apa itu mode. Meski ia hanya bekerja di rumah bordir bukan di rumah produksi.
Ia tahu harus ke mana mencari kemeja yang bisa ia pakai. Bukan blouse gemerlap yang biasa ia pakai malam-malam ke tempat Jimin. Tapi hem polos yang sedikit formal dan tidak terlihat murahan. Yaitu di lemari adiknya.
Lemari mereka hanya satu, tapi terbagi dua pintu. Pintu kanan milik Jungkook dan yang kiri milik Xiao Zhan. Bisa dihitung berapa pakaian yang mereka punya. Mungkin tak sampai 2 lusin.
Xiao Zhan mengambil kemeja warna di antara tumpukan pakaian Jungkook yang lurus dan rapi. Untuk kerapian dan kebersihan Zhan dan Jungkook memiliki selera yang sama.
Xiao Zhan tidak mengenakan make up apapun. Ia sedang tidak ingin menjual diri, hanya ingin menemani makan malam. Maka ia hanya memakai pelembab wajah dan bibir. Memakai parfum Jungkook yang beraroma bayi dan memakai sepatu hitam Jungkook satu-satunya.
Untungnya ukuran kaki mereka hampir sama, selisih satu angka. Telapak kaki Zhan lebih ramping tapi panjang. Namun, ia tak mempersalahkan ukuran kaki yang berbeda. Ia hanya ingin tampil bukan sebagai Sean si pria penghibur. Melainkan sebagai Xiao Zhan kakak dari Xiao Jungkook.
Xiao Zhan menyisir rambutnya dengan rapi, ketika ponselnya yang berada di atas nakas berbunyi. Zhan sudah bisa menebak itu pasti dari Wang Yibo.
Tebakannya tak keliru, Yibo dengan suara khasnya menyapa Zhan dengan kata-kata rayuan.
"Tidak perlu lama-lama berdandan. Kau sudah manis tanpa riasan."
"Aku tidak ...."
Xiao Zhan malas meneruskan kata-katanya, ia memilih memasang sepatu milik Jungkook ke kakinya dalam posisi telpon masih tersambung.
"Cepatlah, aku sudah di parkiran. Apa kau ingin aku menjemputmu ke kamar dan berpamitan langsung pada adikmu?"
"Tidak!!!!!!!!" Xiao Zhan berteriak kalap, menyambar ponsel dan berlari cepat tak menghiraukan suara Jungkook yang memperingatkannya untuk hati-hati dan jangan pulang terlalu pagi.
Xiao Zhan tidak ingin terlambat turun ke bawah dan berakhir dengan Wang Yibo yang meracuni pikiran adiknya.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sex Paylater (Tamat Di Pdf)
FanfictionSepanjang sejarah menjadi pria penghibur, baru kali ini ada seorang pelanggan yang ngutang. Xiao Zhan bersumpah untuk terus menagihnya. Siapa pelanggan tak tahu diri itu? Apakah Zhan berhasil mendapatkan uangnya, atau malah mendapatkan hatinya juga?