14. Semakin Membaik

2K 327 33
                                    

Pukul enam pagi, si anak kedua keluarga Lee itu sudah sibuk di dapur.
Renjun sedang menuangkan air panas kedalam cangkir yang berisi teh melati untuk dikonsumsi nya.

Sejak kejadian semalam, meski kepalanya pening sekali tapi penyakitnya tak memberi tanda-tanda akan kambuh sehingga malam tadi Renjun bisa tidur nyenyak tanpa repot bolak-balik ke kamar mandi guna mengeluarkan isi perutnya.

Tapi, pagi ini udara begitu dingin sehingga Renjun memerlukan sesuatu yang hangat untuk menghangatkan tubuh. Syukurnya, hari ini ia libur. Jadi mungkin Renjun bisa menghabiskan waktunya bersama si bungsu seharian.

"Kau bangun pagi sekali, Renjun."
Suara Yangyang dari arah belakang membuat Renjun terkejut.


Renjun melirik ke belakang mendapati si pemuda Liu menidurkan kepalanya diatas meja makan.

"Kau begadang lagi?" Tanya Renjun ketika melihat mata si pemuda Liu yang sudah menghitam.

Akhir-akhir ini Yangyang suka sekali begadang. Katanya ia memiliki banyak tugas, tapi Renjun mana percaya. Namun semalaman kemarin memang pemuda itu begitu sibuk duduk didepan laptop bersama beberapa tumpukan buku di sisi benda itu.

Tak lupa dengan secangkir kopi yang terisi pada gelas kesayangannya.

"Hm." Yangyang berdehem singkat mengiyakan. Membuat Renjun menghela nafas kemudian menarik kursi yang ada dihadapan sang sahabat.

Mata Yangyang tiba-tiba terbuka lebar ketika dirinya baru mengingat sesuatu. Tangan nya tanpa sadar menggebrak meja makan. Membuat Renjun terkejut dan hampir saja menumpahkan teh yang akan ia minum.

"Aku baru ingat kalau--

Ucapan pria China itu terpotong ketika jari lentik Renjun menyentil dahinya kencang.

--AWH... YAK, KENAPA DAHI KU DI SENTIL?" ujarnya memprotes. Tak lupa tangan nya mengelus dahinya yang menjadi sasaran jari lentik Renjun.

"Diam lah. Kau baru saja membuatku hampir jantungan karena tiba-tiba menggebrak meja. Cepat katakan apa yang ingin kau bilang."

Pemuda Liu itu mendengus.

Kalau kau tidak menyeramkan saat marah, aku akan membunuhmu Lee Renjun tapi sayangnya aku tidak berani. Batin Yangyang.

"Aku baru ingat kalau Haechan akan kemari nanti,"

Renjun mengangkat satu alisnya, "Darimana kau tahu?"

"Aku membuka ponsel ku pagi ini dan Haechan mengirimkan pesan itu sekaligus membalas pesan tentang Jisung semalam," jelas Yangyang, membuat Renjun mengangguk mengerti.

Pemuda Lee itu bangkit kemudian mengambil nampan berisi mangkuk bubur juga susu hangat yang sudah ia siapkan lalu berjalan meninggalkan dapur menuju kamar dimana adik bungsunya terlelap.

🍀

Jisung mengerjap pelan.

Penglihatannya agak buram karena langsung tersorot lampu kamar yang menyala terang. Kemudian perlahan bangun karena dirinya merasa asing dengan ruangan tempatnya berada.

Pemuda Lee itu membatin.

Astaga, apa ini tempat penyekapan diriku? Kenapa rasanya bukan seperti tempat penyekapan?

Mata Jisung menelusuri seluruh penjuru kamar. Ia ingin bangun sebetulnya tapi badannya terasa pegal sekali hingga ia tak sanggup bangun ataupun tiduran lagi.

Goodbye Brother✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang