Pukul sembilan pagi, Jisung sudah harus ada di kampus guna menghadiri kelas dadakan yang dosen sialannya buat. Harusnya hari ini ia bisa merasakan libur juga seperti saudaranya yang lain, setidaknya sampai siang hari saja.
Lelaki tinggi itu berjalan dengan wajah datar di sepanjang koridor kampus. Jadwal mata kuliah nya pagi ini benar-benar padat. Lebih banyak dari yang Jisung duga. Hal tersebut mungkin saja karena sebelum-sebelumnya para dosen sering sekali tak masuk kelas karena sebuah urusan. Entah benar-benar mengurus urusannya atau tidak.
Jadinya sekarang, para mahasiswa jurusan Jisung harus menjalani serta mengganti waktu kosong itu dengan jadwal libur mereka. Beberapa dari mereka tentu saja tidak terima, waktu libur mereka dihabiskan untuk mengganti jam mata kuliah yang kosong. Tapi dosen itu mengancam jika tidak dilakukan maka satu kelas itu akan mengulang mata kuliah ini tahun depan, begitu katanya.
Begitu menemukan ruang kelasnya. Jisung langsung mengambil bangku di dekat jendela. Ia termasuk tipe mahasiswa yang tidak ambis. Hidupnya begitu monoton sejak lama, Jisung tak punya semangat hidup karena semangat itu telah hilang digantikan oleh rasa malas yang semakin lama semakin malas rasanya.
Di kelas, Jisung tak mengenal banyak orang. Mungkin hanya sekitar satu atau dua? Dia tidak tahu. Jisung tidak suka bergaul, ia lebih banyak menyendiri ketika berada di tempat umum. Itu sebabnya kalian sering menemukan Jisung ketika latar tempat berubah menjadi rumah Lee.
"Hei." Seseorang menepuk pundaknya.
Jisung tahu siapa itu. Dia salah satu teman yang Jisung sebutkan tadi, Park Sunghoon. Orang yang Jisung kenal saat awal masa ospek.
"Hm?" Jutek sekali bukan.
Sunghoon mengambil tempat disebelah pria itu. Lantas melihat apa yang sedang Jisung lakukan. Anak itu mengangkat alis ketika sadar jika sahabatnya ini semakin tak semangat setiap hari nya.
"Kau jelek kalau murung begitu." Sunghoon mencoba memancing Jisung bicara, tapi ucapan tadi tak digubris oleh pemuda disampingnya ini.
Si Park menghela nafas. "Kenapa lagi, Jisung?"
"Tidak apa-apa. Bangunkan aku saat dosen sialan itu sampai, Hoon."
Dan Jisung memilih menidurkan kepalanya diatas meja dan memejamkan mata daripada meladeni Sunghoon si temannya yang kaku.
🍀
Pukul sepuluh malam, Jisung baru selesai menyelesaikan kelasnya. Saat ini anak itu berdiri didekat pos satpam kampusnya. Jisung berdecak kesal ketika tak satupun saudara nya yang mengangkat saat ia hubungi. Jisung ke kampus tidak bawa kendaraan, tadi ia berboncengan dengan Chenle.
Melihat sekitar kampusnya mulai sepi, Jisung berjalan menuju halte yang gak jauh dari sana. Dengan perasaan kesal ia kembali mengotak-atik ponselnya. Berharap ada salah seorang saudaranya yang menyahut.
Tapi, nihil.
Di jam seperti ini, sudah tidak ada lagi kendaraan umum yang lewat. Entah itu taksi ataupun bus. Terlebih posisi kampus yang berada agak jauh dari pusat kota.
"Ck, kalau tahu begini. Aku lebih memilih menaiki motor ku tadi daripada boncengan dengan Chenle. Menyebalkan," Jisung menghela nafas panjang.
Pilihan satu-satunya sekarang adalah berjalan kaki. Meskipun jarak rumah dan kampus itu cukup jauh, tidak mungkin pula ia pulang setelah semua saudaranya menghubunginya kembali. Hari semakin larut, dan daerah sini sudah begitu sepi.
![](https://img.wattpad.com/cover/270233367-288-k605042.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Brother✓
Hayran Kurgu-revisi end- "Thank you all, goodbye my brother." --Lee Renjun ©zalphaco, 2021