Di pagi hari Sabtu yang cerah. Pria bermarga Liu itu berencana untuk menemui Renjun dan meminta maaf.
Jujur saja, Yangyang tidak nyaman dengan sifat cuek Renjun yang ditunjukkan terang-terangan padanya. Hal itu membuatnya resah, entah mengapa. Walau ragu, namun tekad Yangyang sudah bulat untuk menemui pria berparas manis itu di rumahnya hari ini.
Kantung mata yang terlihat menghitam membuat Yangyang sudah seperti mayat berjalan. Setidaknya, selama tiga hari terakhir ini ia tak bisa tidur. Ia mungkin memiliki riwayat insomnia yang cukup parah, tapi Yangyang sangat yakin penyebabnya bukan gangguan tidur itu melainkan pertengkarannya dengan Renjun tempo hari.
"Apa dia akan memaafkan ku? Ah, tentu saja. Kau temannya Yangyang. Bagaimana jika tidak? Sangat tidak mungkin, Lee Renjun itu sangat baik. Lalu jika dia tak mau menemui mu? Dobrak saja rumahnya, tapi--AKH.."
Yangyang sudah seperti orang tak waras. Berbicara sendirian dibalik setir mobil. Memikirkan bagaimana ia mengatakan permintaan maaf pada sang sahabat. Apa iya harus di sogok seperti dirinya waktu itu?
"Tapi Renjun bukan tipikal orang seperti itu, astaga.."
Rambut yang sudah tertata rapi itu diacaknya hingga tak berbentuk. Yangyang sungguh dibuat frustasi dengan pertengkaran ini.
Dua puluh lima menit berlalu dan Yangyang masih duduk dibalik setir mobil tanpa ada niatan untuk menjalankan benda itu menuju kediaman Lee. Akhirnya, ia menghela nafas panjang. Kepalanya terasa berdenyut saat memikirkan cara untuk melakukan permintaan maaf.
Pria berusia 20 tahun itu memijit pelipisnya, "Ah, baiklah. Huh, berhenti memikirkan kemungkinan terburuknya Liu Yangyang. Renjun itu malaikat, sangat tidak mungkin kalau dia tidak memberikan maafnya padamu. Baik, semangat. Waktunya meluncur ke rumah Lee,"
Brumm!!
🍀
Di kediaman keluarga Lee Eunhyuk, putra bungsu dari pria bermarga Lee itu terbaring lemas dengan posisi terlentang di atas kasur king size miliknya. Kanker esofagus, yakni kanker saluran yang memanjang dari tenggorokan ke perut. Penyakit ganas nan langka yang menyiksanya beberapa tahun terakhir ini.
Pengobatan yang dapat dilakukan sesuai dengan berapa persen sel kanker yang telah menyebar didalam tubuh.
Dan naas nya, kanker esofagus dalam tubuh Renjun sudah menyentuh stadium tiga. Walau masih ada harapan untuk sembuh, namun Renjun tak mau membuang uang sang ayah angkat hanya untuk pengobatan yang menurutnya tak berarti itu. Serta sudah sejak lama, Renjun ingin musnah saja dari dunia ini.
Tetapi sesaat ia akan menyerah atas penyakit ini, Eunhyuk dan tiga kakaknya selalu hadir untuk menyemangati. Hal itu selalu bisa membuat Renjun menghilangkan niatnya untuk pergi dari dunia lebih cepat karena ia akan merasa jauh lebih sakit lagi kalau air mata dari empat orang paling berharga bagi Renjun itu jatuh kembali.
Kini suara nya serak setelah mengalami batuk berkepanjangan yang lama sekali berhentinya. Renjun sedang kambuh, dadanya terasa dihimpit oleh sesuatu dan tubuhnya sangat lemas. Ditengah-tengah rasa sakit itu, kepala Renjun berdenyut memikirkan pertengkarannya dengan Yangyang tempo hari.
Dengan susah payah, ia menolehkan kepala kearah meja nakas. Menatap benda pipih berharga itu dan berusaha meraihnya. Setelah berhasil, Renjun menekan salah satu nomor darurat pada layar ponselnya. Lantas memberi tahu keadaan nya pada si penelepon setelah sambungan seluler itu tersambung.
"Halo?"
"Yangyang.."
🍀
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Brother✓
Fanfic-revisi end- "Thank you all, goodbye my brother." --Lee Renjun ©zalphaco, 2021