Kok bisa ya malem ini chapter 20 bertepatan sama usiaku yang ke-20 juga? Konspirasi apakah ini? Hmmm ... 🤔
Udahlah, daripada pusing mikirin konspirasi mending langsung baca aja.
Eits, tapi seperti biasa. Aku minta dukungan kalian dengan cara klik bintang di pojok kiri bawah, komen yang banyak, dan juga share. Doain aku bisa rajin nulis biar cepet up dan tamat ceritanya.
Enjoy 💜
"Kok lo bisa-bisanya salah beli tiket sih, Kak?" Bintang mengajukan protes pada Kakaknya saat mereka sudah keluar dari bioskop. "Mana horor lagi, kan gue jadi enggak bisa menikmati itu film," sambungnya.
"Lo aja kali yang enggak menikmati. Buktinya Rayya enggak protes kayak lo."
"Lo kan tau gue enggak suka film horor. Gue mau jual tiket filmnya kayak di salah satu film yang gue pernah tonton."
"Itu cuman film, aslinya mana ada."
"Terserah gue dong."
Adu mulut di antara keduanya tidak akan berakhir jika Rayya tidak berusaha merelai. Untung Rayya berhasil melerai keduanya dan membiarkan Raga berjalan di depan dan menentukan di mana mereka akan mengisi perut. Sedangkan Bintang masih mengoceh di sampingnya. Rayya mencoba mengalihkan kekesalan Bintang dengan membicarakan member NCT. Sedikit demi sedikit Bintang mulai melupakan kekesalannya terhadap Raga.
Selama mereka makan pun tidak ada yang bersuara sama sekali. Bahkan kakak beradik itu sejak tadi enggan untuk saling meminta maaf. Rayya sudah tidak aneh dengan situasi seperti ini. Dirinya beberapa kali terlibat dalam perdebatan Raga dan Bintang.
"Masih mau diem-diem gini?" tanya Rayya sambil bergantian menatap Raga dan Bintang.
"Kak, tolong bilangin sama Kak Raga. Gue enggak mau minta maaf karena bukan gue yang salah."
"Bilangin sama Bintang, Ra. Gue manusia yang enggak luput dari salah dan lupa," timpal Raga. "Gue juga enggak sengaja kali."
"Ini kalian tuh depan-depan lho, bisa denger langsung juga, kan?" Rayya menyenggol lengan Raga yang duduk sampingnya. "Ga, minta maaf dong sama adiknya.
"Bintang, ayo minta maaf sama kakaknya.," pinta Rayya. "Masa karena masalah kayak gini jadi diem-dieman."
"Gue enggak salah," ucap mereka bersamaan.
"Lagian Kak Rayya enggak ngerasain sih seseorang lupa hal kecil tentang kita. Apalagi itu Kakak sendiri, kan nyebelin," lanjut Bintang.
Ucapan yang keluar dair mulut Bintang sedikit mencubit hati Rayya. Itu benar adanya. Rayya tidak pernah merasakan hal itu. Sesibuk apapun kedua orang tuanya, mereka selalu ingat hal-hal kecil tentang Rayya, mungkin karena dia anak satu-satunya. Rayya bersyukur tentang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virtualzone [COMPLETED]
Roman pour Adolescents[Hak Cipta dilindungi Allah] . Untuk yang selalu menunggu kabar melalui notifikasi Untuk yang sedang berteman dengan jarak. Semoga berhasil merayu semesta agar diberi restu waktu untuk bersua. ____________________________ Rayya mencari jawaban dar...