Virtualzone - Chapter 5

853 109 241
                                    

Hai, apa kabar? Masih ada yang nungguin cerita ini enggak?

Kalo ada typo langsung di komen aja ya

Oh iya, jangan lupa feedback berupa vote dan komen biar aku makin semangat nulisnya :)

Enjoy 💜

Berbeda dari biasanya, setelah sarapan Rayya tidak kembali naik ke kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berbeda dari biasanya, setelah sarapan Rayya tidak kembali naik ke kamarnya. Pagi ini Rayya duduk di depan rumah sambil membaca novel ditemani jus alpukat kesukaanya. Angin pagi membelai malu-malu wajah dan anggota badan Rayya yang tidak tertutupi oleh baju tidurnya. Iya, Rayya masih mengenakan baju tidur berwarna biru langit dengan gambar kelinci di saku kirinya. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Ayahnya sudah pergi ke rumah sakit satu jam yang lalu menggantikan rekannya yang berhalangan hadir, sedangkan bundanya masih bersiap-siap untuk mengecek toko.

Bunda Rayya memiliki toko kue yang diberi nama ARA Cake. Kata ARA diambil dari singkatan nama Rayya, yaitu Amitta Rayyana Aurora. Menu yang mereka sediakan juga beragam, mulai dari cookies, cake, pastry, es kerim, cupcake, puding dan kue yang lainnya. Menu yang paling Rayya sukai adalah cupcake red velvet dan es krim goreng. Itu menu yang selalu dia pesan jika Bunda pergi ke toko. Toko ini sudah memiliki beberapa cabang di Jakarta dan di luar Jakarta meskipun baru berdiri 3 tahun yang lalu. Beberapa menu yang tersedia itu sangat ramah di dompet anak sekolah karena mereka juga menyediakan menu special bagi pelajar. Terkadang di hari-hari tertentu seperti hari anak nasional, hari pendidikan, mereka memberikan diskon bagi anak-anak dan pelajar. Itu sebabnya toko ini sangat terkenal.

"Kamu mau mandi jam berapa Ra?" tanya Bunda dengan penampilan yang sudah rapi berbeda sekali dengan Rayya yang masih mengenakan baju tidur.

"Nanti ajalah, enggak bakal kemana-mana juga. Biar enggak mubazir, harus irit air Bun." jawabnya dengan mata yang masih fokus dengan bacaannya.

"Jangan kayak orang susah air deh." Bunda duduk di samping Rayya. "Hari ini Raga ke rumah, kan?"

"Iya, tapi aku minta Raga dateng jam satu. Biar aku bisa santai dulu."

"Belajar yang bener." Bunda mengusap rambut Rayya lembut. Kedatangan Raga tidak lain dan tidak bukan untuk menemani Rayya belajar. "Bunda jam 11 udah pulang lagi, dan kamu udah harus cantik," lanjutnya.

Rayya mengacungkan ibu jarinya santai.

"Hari ini Bunda punya rasa baru buat beberapa menu," terangnya.

Mendengar ucapan Bunda, Rayya menutup novelnya dan menoleh pada Bunda. "Mau," rengeknya.

"Tapi kali ini enggak gratis." Bunda tersenyum jahil.

"Kok gitu? Kan biasanya Rayya suka nyicip duluan, Bun."

"Tidak untuk kali ini."

Rayya menegakkan posisi duduknya dan memasang mimik yang cukup serius. "Anda siapa berani-beraninya berbicara seperti itu? Saya ini putri tunggal pemilik toko," tegasnya.

Virtualzone [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang