Virtualzone - Chapter 30

392 49 4
                                    

Aku udah mulai kuliah lagi Senin kemarin. Semangat yaa buat yang lagi sekolah, kuliah, kerjanya juga.

Jangan lupa sentuh bintang di pojok kiri bawah, dan komen juga.

Enjoy 💜

 "Ah, gue nggak bisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 "Ah, gue nggak bisa." Rayya mendengus seraya menaruh pensil yang sejak tadi dia pegang untuk mengerjakan soal-soal di buku SBMPTN. Matanya masih menatap deretan soal, dia sudah berkutat dengan buku tersebut selama 15 menit dan hanya berhasil mengerjakan 5 soal saja. Sebenarnya dia masih berkesempatan untuk mengikuti SNMPTN, tetapi Rayya tidak ingin berharap lebih karena penolakan bisa saja dirinya dapatkan. Namun, mengerjakan soal juga tidak semudah yang dibayangkan. Berbeda dengan laki-laki yang ada di hadapannya kini, dia bisa mengerjakan soal dengan mudah karena dikaruniai kecerdasan. Raga datang ke rumah untuk menemani Rayya belajar, karena sejak 30 menit yang lalu sahabatnya ini mengeluh tidak bisa mengerjakan soal sebelum Raga datang.

Sepertinya memang benar apa yang dikatakan Iqbaal Ramadhan, ada 2 tipe manusia di bumi. Pertama, mereka yang terlahir cerdas seperti sahabatnya, Raga, yang sejak tadi sibuk berpacaran dengan soal. Kedua, mereka yang terlahir untuk berusaha menjadi cerdas, dan itu Rayya. Untungnya Raga selalu bersedia menemani Rayya belajar dan sabar menerima pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan mengenai materi yang belum dipahami, meskipun harus berulang kali menjelaskan.

"Semangat belajar gue mulai hilang deh kayaknya, dia nggak betah kali ya lama-lama sama gue," keluhnya.

"Coba lo inget-inget deh, apa yang bikin semangat lo hilang?" Fokus Raga bukan lagi pada soal, tetapi pada sahabatnya. "Lo udah nggak mau banggain Jaehyun lagi kalo nanti ketemu?" tambah Raga.

Iya, kemarin Rayya mulai semangat belajar dengan embel-embel jika nanti bertemu dengan sang idola, setidaknya ada yang bisa dibanggakan dari dirinya di hadapan Jaehyun. Namun, baru satu minggu, semangat itu mulai padam entah tertiup angin dari mana. Rayya meletakkan dagunya di atas tangan kirinya yang dia taruh di atas meja dengan jari telunjuk tangan kanan yang mengetuk meja mencari jawaban dari pertanyaan Raga.

"Kalo lo lagi belajar sendiri dan ada yang lo kurang paham, bisa langsung chat atau telepon gue aja. Biasanya juga begitu. Apa itu cuman alasan lo aja biar bisa belajar bareng gue terus, iya?"

"Pede banget, lo." Setelah menimpali ucapan Raga, Rayya hanyut dalam pikirannya sendiri. Sebagai anak tunggal, satu-satunya harapan dari kedua orang tua, tanpa disadari ternyata beban yang selama ini dirinya pikul itu berat sekali. Tuntutan dari sang ayah mengenai masa depannya yang harus menjadi dokter masih membuatnya ragu. Rayya tidak pernah ingin menyuarakan isi kepalanya kepada siapapun, terutama tentang hal ini.

"Ra, jangan ngelamun. Gue takut lo kesurupan." Raga menepuk pundak cewek itu dan membuatnya sadar dari lamunan.

"Ga, kok gue ngerasa nggak ada kemajuan dalam diri gue ya? Selama satu minggu kemaren gue berusaha rajin belajar, tapi nggak ada perubahan yang signifikan." Dia masih berada di posisi yang sama, tidak bergerak sedikitpun dan menghiraukan ucapan sahabatnya.

Virtualzone [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang