Virtualzone - Chapter 44

336 37 6
                                    

Hai guys, maaf baru bisa update sekarang. Apa kabar, nih? Aku berharap part ini ngefeel sama kalian, semoga.

Perpisahan sama mereka semakin di depan mata. Jadi jangan lupa tinggain jejak, ya.

Enjoy 💜

Tubuh Rayya tepat berada di samping ranjang rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tubuh Rayya tepat berada di samping ranjang rumah sakit. Di dalam ruangan ini hanya ada mereka berdua. Mata Rayya memperhatikan setiap sudut ruangan IGD untuk menghindari tatapan laki-laki itu. Sosok yang dia hindari kenyataannya sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Rayya mengatur napasnya yang tidak teratur karena hatinya diselimuti rasa sesak, tenggorokannya ikut tercekat.

"Hai," sapa Bara pelan, "nggak usah khawatir, gue cuman ketabrak kodok doang. Ibu aja yang lebay sampe gue harus dirawat inap," tuturnya lemah. Di saat seperti ini Bara masih mencoba menghibur Rayya dengan caranya.

"Kodoknya segede gajah sampe bikin lo tepar di rumah sakit begini?" Suara Rayya terdengar serak.

Terlihat senyum simpul di bibir laki-laki yang sedang terbaring ini. "Lo dibawa ke sini pasti sama Raga, kan? Tuh anak keras kepala. Udah dibilangin nggak usah kasih tau, masih aja ngomong sama lo."

"Lo sakit apa?" Rayya mengindahkan celotehan Bara.

"Tadi, kan, gue bilang, cuman ketabrak kodok."

"Serius, Bara! Nggak mungkin ketabrak kodok doang." Rayya keukeuh mendesak Bara agar memberikan jawaban yang sebenarnya.

"Beneran, gue serius." Untuk meyakinkan Rayya, Bara memasang raut serius.

Rayya keluar, meninggalkan Bara tanpa berkata apapun sebelumnya. Dia akan bertanya kepada Raga mengenai sakit apa yang diderita Bara. Tepat saat pintu dibuka, Rayya mendapati Raga duduk di kursi yang ada di depan pintu. Ibu jari sahabatnya itu sedang menari-nari di atas layar ponselnya. Setelah pintu ditutup, Rayya duduk sambil menghela napas.

Raga segera memasukkan ponselnya ke dalam saku dan menatap Rayya yang matanya memperhatikan lantai rumah sakit. Kedunya sibuk bergelut dengan isi kepalanya masing-masing. Raga mengerti jika gadis di sampingnya masih terkejut dengan apa yang baru diketahuinya. Sama seperti apa yang dirinya rasakan saat pertama kali mendengar hal tersebut. Jika biasanya melihat Rayya menangis karena menonton drama Korea, kali ini dia melihat Rayya menangisi orang baru yang ternyata adalah abangnya sendiri.

"Bara sakit apa?" Rayya mengangkat kepala dan menoleh pada Raga.

"Dia nggak bilang sama lo?"

Rayya menggeleng pelan. "Dia nggak mungkin mau bilang, Ga."

Sebelum menjawab pertanyaan Rayya, Raga menghela napas, lalu menyandarkan punggungnya pada kursi dan memalingkan pandangannya menatap pintu IGD di depannya. "Dia sakit gagal hati. Kerusakan di hatinya udah parah dan harus transplantasi, tapi donor hati dari orang yang udah meninggal di rumah sakit lagi nggak ada. Jadi kita harus nunggu buat dapetin donor yang cocok."

Virtualzone [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang